Sabtu, 28 Maret 2009

Cing Bing, Budaya Yang Terpelihara

PONTIANAK—Bagi masyarakat Tionghoa, kegiatan sembahyang kubur atau Ching Bing/Ceng Beng telah menjadi budaya yang tidak bisa terpisahkan. Khusus di wilayah Kalimantan Barat, tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun itu digelar dua kali dalam setahun,yakni pada awal April (Ching Bing) dan pada tanggal 1-15 bulan ke 7 Tahun Imlek (Cung Yuan/Shi Ku).

Beberapa pekan menjelang pelaksanaan Ceng Beng, biasanya masyarakat Tionghoa yang ada di tanah rantau akan mudik ke kampung halamannya. Tujuannya tidak lain adalah untuk berziarah kemakam orangtua atau leluhur. Di tilik dari segi budaya, Ching Bing/Cheng Beng dilakukan untuk mengenang serta menghargai orangtua atau leluhur yang telah tiada.

Menurut FX Asali, pemerhati adat budaya Tionghoa Kalimantan Barat, kegiatan yang paling di utamakan dalam prosesi Ching Bing/Cheng Beng adalah melakukan Xao Moh atau membersihkan kuburan. Kegiatan ini dilakukan sebagai tanda bahwa kuburan tetap di pelihara dan di jaga keasriannya oleh keturunan yang masih hidup.

Bagi umat penganut Sam Kaw atau Tri Dharma, persembahan yang di utamakan adalah dupa, lilin,pakaian/uang kertas alam barzah,tiga jenis daging dan teh. Uang kertas alam barzah itu sebagian ada yang di bakar. Sisanya di sebarkan ke sekeliling dan diatas pusara. “Dalamdialek Hakka, ritual membakar serta menyebar-nyebarkan uang kertas itu di sebut Kua Ci,” katanya, Rabu (18/3) kemarin..

Kepada Pontianak Post lebih lanjut pria yang bernama asli Lie Sau Fat ini menerangkan, sejak dulu hingga kini tradisi Cheng Beng/Ching Bing terus di pertahankan. Di Kota Pontianak, prosesi sembahyang kubur dilakukan berdasarkan pengelompokan marga. Tujuannya adalah untuk menciptakan keharmonisan hidup antar marga,

Prosesi sembah yang kubur yang terjadwal ini di benarkan oleh Lindra Lie,Ketua UmumYayasan Bhakti Suci (YBS) Kalbar. Dijelaskannya, penjadwalan kegiatan sembahyang kubur ini dilakukan atas dasar musyawarah mufakat. Berdasarkan data yang ada pada YBS Kalbar, tahun ini kegiatan sembahyang kubur di mulai pada 20 Maret sampai dengan 4 April. “Sebagai pembuka, kegiatan sembahyang kubur akan dilakukan Jumat (20/3) mendatang, oleh pengurus dan anggota Yayasan Halim. Seluruh rangkaian prosesi sembahyang kubur akan di akhiri oleh kami dari YBS, pada Sabtu (4/4) mendatang,” jelasnya.

Di lain pihak, pelaksanaan sembahyang kubur ternyata mendatangkan berkah tersendiri bagi para agen perjalanan wisata. Bagaimana tidak. Semakin mendekati hari “H”, harga tiket pesawat biasanya akan mengalami kenaikan. Seperti di ungkapkan Firdaus dari Antya Tour and Travel, tingginya arus mudik dari Jakarta ke Pontianak ini di perkirakan akan mencapai puncaknya pada awal April. Sementara arus balik dari Pontianak ke Jakarta akan mengalami peningkatan pada beberapa hari setelah pelaksanaan sembahyang kubur, 4 April mendatang.

Selain pesanan tiket pesawat yang melonjak, jasa transportasi taxi dari Pontianak ke Singkawang dan sebaliknya juga kebanjiran order. Kebanyakan mereka yang memesan jasa taxi ini adalah warga Tionghoa dari rantau yang ingin berziarah ke makam leluhur yang ada di Kota “Amoy” Singkawang. “Untuk sementara, pesanan tiket pesawat dan taxi melalui kami belum terlalu ramai. Biasanya lonjakan baru akan terjadi beberapa hari menjelang dan pasca sembahyang kubur,” paparnya.(go)

Tidak ada komentar: