Rabu, 25 Juni 2008

Saatnya Mandor Berdarah Masuk ke Mulok

Ismail: Jangan Biarkan Anak Bangsa Kebilangan Jati Dirinya

MANDOR—Peristiwa Mandor Berdarah telah lama berlalu. Kendati demikian, bukan berarti tragedi memilukan itu harus dilupakan begitu saja. Untuk mengenang serta menghargai jasa perjuangan para pahlawan, sudah selayaknya apabila kisah bersejarah itu diangkat ke mata pelajaran Mulok (Muatan Lokal).
Demikian gagasan ini diungkapkan oleh Ismail Upran, Kasi Trantib di Kecamatan Mandor. Kepada Pontianak Post, dia menerangkan bahwa setiap anak bangsa wajib melestarikan sejarah bangsanya sendiri. Oleh karenanya, adalah sebuah kemuduran yang besar jika ada siswa atau mahasiswa Kalimantan Barat yang tidak tahu soal kejadian Mandor Berdarah. “Rasanya kok aneh jika ada generasi muda kita yang tidak tahu dengan sejarah di daerahnya sendiri,” katanya.
Untuk bisa menumbuh kembangkan minat generasi muda terhadap sejarah, sepertinya para pendidik dituntut lebih kreatif dalam menyampaikan ilmu sejarah kepada para anak didiknya. Salah satu solusi agar sejarah daerah dapat dengan mudah dipahami dan diingat adalah dengan melakukan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah.
Untuk onteks penyampaian sejarah Mandor Berdarah, adalah tepat kiranya jika para guru mengajak serta siswanya mengunjungi Makam Juang Mandor. Sembari bercerita tentang sejarah, guru diharapkan mampu menujukkan bukti otentik keberadaan sejarah yang sebenarnya kepada para siswa.
Bila perlu, disela melakukan peninjauan objek sejarah, guru memberikan serangkaian pertanyaan atau tugas terstruktur kepada para siswa. Melalui pola penyampaian sejarah seperti ini, Ismail yakin para siswa akan dengan mudah memahami serta mengingat pelajaran sejarah yang disampaikan. “Jika diperlukan untuk member keterangan tambahan, dengan senang hati kami dari pihak pemerintahan kecamatan Mandor akan memberi bantuan penjelasan. Kalau bukan kita yang mewariskan sejarah daerah kepada anak negeri, lantas siapa lagi yang akan melakukannya,” ungkapnya.(go)

Tidak ada komentar: