Sabtu, 28 Maret 2009

Solusi Krisis Finansial Global

PONTIANAK—Terpuruknya sektor industri ril di era krisis finansial global ternyata membawa dampak buruk bagi kaum buruh. Data dari Kantor Jamsostek Pontianak menyebutkan bahwa sepanjang Januari hingga Fabruari 2009, setidaknya ada 2.856 orang telah di PHK. Dari jumlah tersebut, jaminan hari tua yang telah di bayarkan baru sebanyak 2.444 orang atau sebesar Rp9,4 miliar.

Di lihat dari nilai dana yang di keluarkan Jamsostek, tanpa disadari hal itu merupakan kekuatan usaha yang besar bagi para buruh yang di PHK. Di sebut demikian karena dana tersebut dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha baru. Dengan adanya usaha baru, maka peluang untuk lapangan kerja pun akan terbuka.

Demikian di ungkapkan Dekan Fakultas Ekonomi Univesitas Tanjungpura, Evi Asmayadi SE.MM, saat menyikapi persoalan krisis finansial global di Kalimantan Barat. Dikatakannya, peluang untuk membuka bisnis baru itu selalu ada. Syaratnya hanya satu, yakni harus memiliki jiwa entrepreneurship atau semangat kewirausahaan yang baik.

Jiwa entrepreneurship itu ada jika pelaksananya memiliki semangat untuk maju. Jika di kaitkan dengan kondisi perekonomian daerah yang mulai terkena imbas dari krisis finansial global, para pengambil kebijakan harus memiki empat unsur penting dari jiwa entrepreneurship, yakni bisnis entrepreneurship, social entrepreneurship, government entrepreneurship dan academic entrepreneurship.

Bisnis entrepreneurship merupakan kekuatan yang muncul dari para pengusaha yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kemajuan ekonomi. Melalui sentuhan tangan dingin mereka, usaha kecil dan menengah pun di bangun dengan tetap memanfaatkan jaringan bisnis yang baik. Kelangsungan bisnis usaha kecil dan menengah yang di bangun itu akan tumbuh dan berkembang lewat adanya social entrepreneurship, berupa pinjaman modal usaha berbunga ringan. “Bicara social entrepreneurship, saya rasa Jamsostek telah memulainya melalui pemberian jaminan hari tua bagi mereka yang di PHK,” ungkap Evi menerangkan.

Adanya gerakan pertumbuhan ekonomi ril seperti ini, lanjut Evi, sebaiknya di tindak lanjuti melalui kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Dengan kewenangan yang mereka miliki, berbagai upaya dalam meningkatkan gerakan ekonomi kerakyatan tentu dapat terealisasi dengan mudah. Di tahapan ini, peran government entrepreneurship sangatlah diperlukan.

Di level pendidikan sekolah, sedini mungkin para guru harus menanamkan nilai-nilai kewirausahaan kepada para siswanya. Bila perlu sejak masih duduk di bangku TK, anak-anak di latih insting kewirausahannya melalui kegiatan-kegiatan ekonomi. “Pola pelatihan seperti ini hendaknya terus di kembangkan secara berkelanjutan hingga ke tingkat SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi. Tujuannya jelas, yakni lulusan dari setiap jenjang pendidikan kedepannya dapat membuka peluang usaha baru, tanpa harus membenani lingkungan di sekitar mereka,” terang Evi.(go)

Tidak ada komentar: