Rabu, 28 Maret 2012
Bima NGAJI
Ternyata harta dan kedudukannya tidak bisa menjamin kepuasan hidupnya, lalu sebenarnya apa yang ia cari di dunia ini.
Rupanya si Bima sena menginginkan kebahagiaan yang hakiki, akhirnya ia pergi ke seorang dukun di daerah Padepokan Sukalima untuk berguru kepada Pendita Durna charya.
Setelah Bima mengutarakan maksudnya lalu Durna mengajak Bima keluar ke halaman rumah. Bima bertanya : “kena apa tidak di dalam saja” Durna menjawab ” didalam gelap, kalau diluar lebih terang”.
Begini Bima….
Untuk mencapai kebahagiaan hidup ada 2 (dua) syarat yang harus dipenuhi:
1. Harus bisa mendapatkan kayu Gong susuhing angin yang adanya di hutan lereng gunung Condromuko.
2. Harus minum “tirta prawito sari” (air mineral penyejukrasa) yang berada di dasar samudra.
Singkat cerita penonton . . . . .,
Dengan susah payah sang Bima bahkan hampir mati diterkam binatang buas di hutan belantara, dan ternyata “susuh angin” bukan berada di hutan melainkan berada didalam hati, maksudnya semua tujuan/ keinginan bergantung pada kebulatan tekad dan bagaimana niatnya.
Dengan kebulatan tekadnya dan niat sungguhan sang Bima menuju tepian samudera untuk mencari syarat ke 2 yaitu mencari ” tirta prawito sari “.
Termangu sang bima di tepian samudera, desis angin dan gemuruh alunan ombak membuat Bima merinding (setengah takut).
Tiba-tiba terdengar suara dan muncul seorang anak bajang ( bocah kecil) yang wujudnya menyerupai dirinya memangil-manggil, mahluk apalagi ini…?, apakah mahluk ini akan membunuh diriku . .?, demikian prasangka Bima guna membangkitkan jiwa keperkasaannya.
Bocah bajang yang oleh kidalang disebut “Dewaruci” lalu bertanya kepada Bima
Lagi ngapain kamu Bima ..? ditempat sunyi sepi hanya terbentang samudra luas dengan ombaknya yang menjulang, dikelilingi hutan belantara serta gunung-gunung tinggi, disini tidak ada apa-apa, yang ada hanyalah malapetaka dan bencana, kepada siapa kau Bima jika ada binatang buas atau bahaya lain yang mengancammu.. .?
Bima nenjawab: Aku hendak nyebur kedasar laut mengambil air meneral yang sejuk segar, dan dengan kebulatan tekad serta niatkulah yang dapat mengalahkan segala rintangan.
Dewaruci: Komitmen saja belum cukup Bima. . . ., aku kasihan sekali melihat tingkahmu yang bego dan dungu, tahukan kau Bima bahwa pendita Durna itu menyesatkan, ia ingin mencelakakanmu, harapannya agar kurowo nantinya bisa menang dalam perang Mahabharata .
Bima : Ahh…..,tidak….., aku sudah kukuh pendiriannya, aku akan tetap patuh dan setia tuhu pada guruku.
Dewaruci : Jika demikian , cepatlah kau masuk dalam telinga kiriku, selama ini aku tidak pernah mendengar do’a do’a mu karena selalu sibuk dengan urusan bisnismu, siapa tahu dewo ruci dapat membantu agar segera terwujud keinginanmu.
Bima : Hai Dewo ruci. . . .bagai mana mungkin, kau hanya bocah bajang, sedangkan tubuhku tinggi besar, mana mungkin bisa masuk kedalam telingamu ?.
Dewaruci : Aduh Bima. . . .,harta dan kedudukanmu serta badanmu yang tinggi besar telah membuat dirimu menjadi sombong, coba kau renungkan:, tinggi mana tubuhmu dengan gunung yang diatasmu ?, lebar mana dadamu dengan samudra yang ada didepanmu ?, besar mana badan/tubuhmu dengan alam jagat ini?, tahukan kau Bima…..,ikan asin yang setiap hari dimakan kamu baru bayar upah nelayan dan minyak gorengnya , kamu belum membayar sama yang empunya, apalah arti dirimu jika dibanding dengan alam semesta beserta isinya ini.
Bima : Seketika Bima merasa kecil tubuhnya, bergetar hatinya, perasaan bersalah dan takutpun muncul dalam benaknya
Aduh Dewo ruci….., tiba-tiba penglihatanku menjadi gelap, aku tidak tahu lagi arah utara selatan, berat sekali cobaan hidup ini, aku bingung harus bagai mana..??
Dewaruci : sabarlah Bima . . .,.memang berat cobaan hidup ingatlah pesanku ini senantiasa:
jangan berangkat sebelum tahu tujuanmu, jangan menyuap sebelum mencicipnya, tahu hanya berawal dari bertanya, bisa berpangkal dari meniru, sesuatu terwujud hanya dari tindakan
janganlah bagai orang gunung membeli emas, baru mendapat besi kuning pun puas dikira emas bila tanpa dasar, bakti membuta pun akan bisa menyesatkan .
Bima : Aduh pukulun….,sebenarnya siapa diriku ini??, apa saja yang telah aku lakukan..? apa sebenarnya yang sedang aku cari, bunuh saja aku pukulun.
Dewaruci: Jangan sebut aku pukulun, siapa pukulun itu.?, aku ini Dewo ruci, aku ini adalah otak kirimu yang berada dialam bawah sadarmu yang tidak pernah/ jarang kau sentuh.
Aku adalah kamu, sehingga aku tahu persis siapa Bima, Bima adalah anak dari Dewi Kunti dan bapakmu Pandu sedangkan saudara-saudaramu satu ibu adalah Yudistira dan Arjuna, Nakula, Sadewo (dari ibu Madrim). Kau adalah hamba yang hidup & matimu, derajat, pangkat serta kedudukanmu hanyalah milik Allah swt
Nah sekarang coba buka mata hatimu, apa yang terlihat olehmu..?,.
Bima : Ya..ya..aku melihat warna kuning tapi tapi tapi kemudian hilang dan berganti warna biru, lalu hilang lagi eh eh muncul lagi warna hijau, merah, putih.
Dewaruci : Cukup Bima. . . .,sekarang keluarlah dari tubuhku, setelah Bima keluar kembali ke alam nyata terang benderang penglihatannya dan terbuka mata batinnya.
Dewaruci : Nah…Bima,
Ternyata tirta prawito sari tidak jauh, tidak perlu ke dasar laut atau ke luar negri tetapi berada dalam qolbumu sendiri.
Jika kau sudah bisa mengjaga hatimu hingga bisa “ngrasuk roso jati” kemuadian baru kau bisa kenal jati dirimu.
Tok….tok….crek….crek…nong….gong
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar