Rabu, 28 Maret 2012

Balasdendam Sang Bima

Werkudara melihat anaknya, Gatutkaca gugur di Tegal Kurusetra menjadi marah. Werkudara menyapu para Kurawa dengan gada Rujakpolonya. Banyak korban berjatuhan. Akhirnya Werkudara mendapatkan Dursasana dalam posisi sudah terpojok. Dursasana adalah pendamping Senapati Adipati Karna. Werkudara dan Dursasana berkelahi habis-habisan. Werkudara teringat waktu Perang dadu. Yaitu tantangan Kurawa bermain judi kepada Pandawa, namun dengan kecurangan Patih Sengkuni maka semua harta benda, Istana sampai dengan Dewi Drupadi menjadi taruhan. Sampai Pandawa menjadi budak. Harus melepaskan seluruh pakaian kerajaan. Sedangkan Dursasana belum puas dengan itu, masih berbuat kurang ajar. Ia menjambak rambut Dewi Drupadi dan menyeret Dewi Drupadi ketengah tengah jkerumunan Kurawa sampai sanggulnya lepas, dan Dursasana berusaha menelanjangi Dewi Drupadi. Para Pandawa yang telah menjadi budak tidak bisa berbuat apa-apa, mereka tidak bisa menolong Dewi Drupadi.Namun atas pertolongan Sanghyang Wisnu, maka setiap lapis kain yang lepas selalu diganti , sehingga Dursasana sampai bercucuran keringat ketika melepas kain Dewi Drupadi. Pakaian Drupadi sudah menumpuk, namun kain yang dibadan Dewi Drupadi tidak pernah habis. Disinilah Dewi Drupadi bersumpah, bahwa selama hidupnya tidak akan menyanggul rambutnya, sebelum keramas dengan darah Dursasana Sedangkan Werkudara bersumpah untuk membunuh Dursasana dan menghirup darahnya.Ahirnya Werkudara dengan kekuatan amarah, bagai serigala hutan, memukul Dursasana dengan Gada Rujakpolo. Berkali kali dihantamkannya Gada Rujakpala ke tubuh dan kepala Dursasana, sehingga tubuh dan kepalanya hancur. Werkudara menghirup darah Dursasana untuk memenuhi sumpahnya. Setelah itu dengan sebuah topi baja prajurit,yang tergeletak didekatnya, Werkudara mengambilnya, untuk dijadikan sebagai bokornya, untuk menampung darah Dursasana dan dibawanya pergi menjumpai Dewi Drupadi yang sedang menunggu di perkemahan Tegal Kurusetra. Werkudara memberikan bokor berisi darah Dursasana kepada Dewi Drupadi. Dewi Drupadi segera membasuh rambutnya dengan darah Dursasana, maka Dewi Drupadi telah memenuhi sumpahnya. Dewi Drupadi berterima kasih kepada Werkudara.

Gatotkaca Gugur

Setelah burisrawa gugur, kurawa mengangkat adipati karna dari awangga sebagai senopati. Hari sudah gelap, sang surya sudah lama meninggalkan jejak sinarannya di ladang Kurusetra. Harusnya perang dihentikan, masing – masing pihak beristirahat dan mengatur strategi untuk perang esok hari. Namun entah mengapa Kurawa mengirim senopati malam – malam begini. Adipati Awonggo ngamuk punggung menerabas dan menghancurkan perkemahan pasukan Pandawa di garda depan. Penjaga perkemahan kalang kabut tidak kuasa menandingi krida Sang Adipati Karno. Secepat kilat berita ini terdengar di perkemahan Pandawa Mandalayuda. Sri Kresna tahu apa yang harus dilakukan. Dipanggilnya Raja Pringgondani Raden Haryo Gatotkaca, putra kinasih Raden Brataseno dari Ibu Dewi Arimbi. Disamping Sri Kresna, Raden Brataseno berdiri layaknya Gunung memperhatikan dengan seksama dan waspada pembicaraan Sri Kresna dengan putranya. ”Anakku tersayang Gatotkaca….Saat ini Kurawa mengirimkan senopati nya di tengah malam seperti ini. Rasanya hanya kamu ngger yang bisa menandingi senopati Hastina di malam gelap gulita seperti ini” ”Waduh, wo prabu…..terimakasih Wo. Yang saya tunggu – tunggu akhirnya sampai juga kali ini. Wo prabu, sejak hari pertama perang baratayuda saya menunggu perintah wo prabu untuk maju ke medan perang. Wo prabu Kresna, hamba mohon do’a restu pamit perang. Wo hamba titipkan istri dan anak kami Danurwindo. Hamba berangkat wo, Rama Wrekudara mohon pamit….” “Waaa………Gatot iya…..“ Sekejap Gatotkaca tidak terlihat. Sri Kresna merasakan bahwa inilah saatnya Gatotkaca mati sebagai pahlawan perang Pandawa. Dia tidak mau merusak suasana hati adik – adiknya Pandawa dengan mengutarakan apa yang dirasakannya dengan jujur. Namun perasaan wisnu nya mengatakan Wrekudara harus disiapkan untuk menerima kenyataan yang mungkin akan memilukannya nanti. “Wrekudoro…“ “Kresna kakangku, iya ….“ “Aku kok agak merasa aneh dengan cara pamitan Gatotkaca, mengapa harus menitipkan istri anaknya ??“ “Wah…Kakang seperti anak kecil. Orang berperang itu kalau nggak hidup ya mati. Ya sudah itulah anakku Gatotkaca, dia mengerti tugas dan akibatnya selaku satria.“ “Oo..begitu ya, ya sudah kalau begitu. Kita sama – sama doakan mudah-2an yang terbaik yang akan diperoleh anakmu Gatotkaca.“. Sebenarnya Kresna hanya mengukur kedalaman hati dan kesiapan Wrekudara saja. Paling tidak untuk saat ini, Wrekudara terlihat sangat siap dengan apapun yang terjadi. Malam gelap gulita, namun di angkasa ladang Kurusetra kilatan ribuan nyala obor menerangi bawana. Nyala obor dari ribuan prajurit dua belah pihak yang saling hantam gada, saling sabet pedang, saling lempar tombak, saling kelebat kelewang dan hujan anak panah. Gatotkaca mengerahkan semua kesaktian yang dimilikinya. Dikenakannya Kutang Antakusuma, dipasangnya terompah basunanda, dikeluarkan segala tenaga yang dimilikinya. Terbang mengangkasa layaknya burung nazar mengincar mangsa. Sesekali berkelebat menukik merendah menyambar buruannya. Sekali sambar pululan prajurit Hastina menggelepar tanpa daya disertai terpisahnya kepala – kepala mereka dari gembungnya. Semenjak lahir, Gatotkaca sudah menunjukkan tanda-tanda kedidgyaannya. Ari – arinya berminggu – minggu tidak bisa diputus dengan senjata tajam apapun. Kuku pancanaka Wrekudara mental, Keris Pulanggeni Arjuna tiada arti, Semua senjata Amarta sudah pula dicobai. Namun ari – ari sang jabang bayi seperti bertambah alot seiring bertambahnya usia si jabang bayi. Para pinisepuh Amarta termasuk Sri Kresna pun kehabisan reka daya bagaimana menolong Sang jabang bayi Dewi Arimbi ini. Maka lelaki kekasih Dewata – Sang Paman Raden Arjuna – menyingkirkan sejenak dari hiruk piruk dan kepanikan di Kesatrian Pringgondani. Atas saran Sri Kresna, Raden Arjuna menepi. Semedi memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kiranya memberikan kemurahannya untuk menolong Pandawa mengatasi kesulitan ini. Di Kayangan Suralaya, permintaan Arjuna didengar oleh para dewa. Bethara Guru mengutus Bethara Narada untuk memberikan senjata pemotong ari – ari berupa keris Kunta Wijayandanu. Bethara Narada turun dengan membawa senjata Kunta bermaksud menemi Arjuna yang kala itu diiringi oleh para punakawan, abdi tersayang. Sahdan di tempat lain, Adipati Karno sedang mengadu kepada Ayahnya Dewa Surya, dewanya Matahari. Adipati Karno, memohon welas asih kepada Sang Ayah untuk memberikan kepadanya senjata andalan guna menghadapi perang besar nanti. Dewa Surya menyarankan anaknya untuk merampok Senjata Kunta dari Bethara Narada. Karno dan Arjuna adalah saudara seibu yang wajah dan perawakkanya sangat mirip melebihi saudara kembar. Hanya suara saja yang membedakan keduanya. Maka ketika Adipati Karno dirias oleh Dewa Surya menyerupai Arjuna, Bathara Narada tidak akan mengenal Adipati Karno lagi melainkan Arjuna. Kelicikan Dewa Surya tidak cukup di situ. Siang yang terik dan terang benderang itu tiba – tiba meredup seolah menjelang malam. Dengan upaya dan rekayasanya, terjadilah gerhana surya. Narada, dewa yang sudah tuwa dengan wajah yang selalu mendongak ke atas itu, semakin rabun karena gerhana ini. Adipati Karno mencegat Bethara Narada, tanpa perasaan curiga diberikannya senjata Kunta kepada ”Arjuna”. Merasa tugas selesai Narada berniat kembali ke Kahyangan. Ternyata masih ditemuinya Arjuna lagi yang kali ini tidak sendiri melainkan diiring para punakawan. Sadar Narada tertipu, diperintahkannya Arjuna untuk merebut senjata kunta dari Sang Adipati Karno. Perang tanding tak bisa dielakkan, namun hanya warangka senjata yang dapat direbut oleh Arjuna dari kakak tertuanya itu. Dengan warangka senjata itulah ari – ari jabang bayi arimbi yang kelak bernama Raden Gatotokaca dapat diputus. Keanehan terjadi ketika sesaat setelah ari – ari jabang bayi diputus, seketika warangka hilang dan menyatu ke badan si jabang bayi. Sekarang, saat perang besar terjadi takdir itu sudah sampai waktunya. Senjata Kunta mencari warangkanya, di tubuh Raden Gatotkaca. Tidak berarti sesakti apapun Gatotkaca, setajam pisau cukur tangannya memancung leher musuhnya. Konon pula otot gatotkaca sekuat kawat tembaga, tulangnya sealot besi tempa. Kesaktiannya ditempa di Kawah Candradimuka. Namun garis tangan Gatotkaca hanyalah sampai di sini. Di gerbang yang memisahkan antara alam fana dengan alam baka, sukma Kalabendono, paman yang sangat menyawangi Gatotkaca menunggu “sowan ke pengayunan yang Maha Pemberi Hidup”. Begitu sayangnya Kalabendono kepada keponakannya, sukmanya berjanji tidak akan kembali ke asal kehidupan jika tidak bersama sang keponakan. Di sisi seberang ladang pertempuran, Karno telah siap dengan busur panahnya dengan anak panah Kunta Wijayandanu. Dalam hatinya berbisik “Anakku bocah bagus, belum pupus bekas ari – arimu….berani – beraninya kamu menghadapi uwakmu ini. Bukan kamu yang aku tungggu ngger…Arjuna mana? Ya ya ..sama – sama menjalani darma satria, ayo aku antarkan kepergian syahidmu dengan Kunta Wijayandanu”. Gatotkaca, mata elangnya sangat tajam melihat gerak – gerik seekor tikus yang baru keluar dari sarangnya. Pun meski dia melihatnya dari jarak ribuan tombak diatas liang tikus itu. Begitu pula, dia tahu apa yang sedang dilakukan Sang Adipati Karno. Dia tahu riwayatnya, dia tahu bahwa warangka senjata Kunta ada di tubuhnya dan menyokong kekuatannya selama ini. Dicobanya mengulur takdir. Dia terbang diantara awan – awan yang gelap menggantung nun di atas sana. Dicobanya menyembunyikan tubuhnya diantara gelapnya awan yang berarak – arakan di birunya langit. Namun takdir kematian sama sekali bukan di tangan makhluk fana seperti dia. Takdir itu sejengkal pun tidak mungkin dipercepat atau ditunda. Sudah waktunya Gatotkaca, sampai di sini pengabdian kesatriaanmu. Kunta Wijayandanu dilepaskan dari busurnya oleh Adipati Karno. Di jagad ini hanya Arjuna yang mampu menyamai keahlian dan ketepatan Basukarno dalam mengolah dan mengarahkan anak panah dari busurnya. Kuntawijandanu melesat secepat kilat ke angkasa, dari Kereta perang Basukarno seolah keluar komet bercahaya putih menyilaukan secepat kilat melesat. Di angkasa….Kalabendono yang sudah siaga menunggu tunggangan, dengan sigap menumpang ke senjata Kunta. Senjata kunta dan Kalabendono, menghujam ke dada Gatotkaca, membelah jantung Sang Satria Pringgandani. Dalam sekaratnya, Gatotkaca berucap ”Aku mau mati kalau dengan musuh ku….”. Seperti bintang jatuh yang mencari sasaran, jatuhnya badan Gatotkaca tidak lah tegak lurus ke bawah, namun mengarah dan menghujam ke kereta perang Basukarno. Basukarno bukanlah prajurit yang baru belajar olah kanuragan setahun dua tahun. Dengan keprigelan dan kegesitannya, sebelum jasad Gatotkaca menghujam keretanya dia melompat seperti belalang menghindar dari sergapan pemangsa. Jasad gatotkaca menimpa kereta, Keretapun hancur lebur, pun delapan kuda dengan kusirnya tewas dengan jasad tidak lagi bebentuk. Selesailah episode Gatotkaca dengan perantaraan Uwaknya, Adipati Karno Basuseno. Gugurnya Gatotkaca menjadi berita gembira di kubu kurawa. Para prajurit bersorak sorai mengelu – elukan sang Adipati Karno. Kepercayaan diri mereka berlipat, semangat perang mereka meningkat. Keyakinan diri bertambah akan memenangi perang dunia besar yang ke empat ini. Sebaliknya, kesedihan mendalam tergambar di kubu Pandawa. Wrekudara hampir – hampir tidak mampu menguasai diri ”Gatot…, jangan kamu yang mati biar aku saja bapakmu…Hmmm Karno…..!!! beranimu hanya dengan anak kemarin sore..Ayo lawanlah Bapaknya ini kalau kamu memang lelaki sejati…!”. Arimbi, sang ibu, tidak kuasa menahan emosi. Selagi para pandawa meratapi dan merawat jasad Gatotkaca, Arimbi menceburkan ke perapian membara yang rupanya telah disiapkannya. Sudah menjadi tekatnya jika nanti anak kesayangannya mati sebelum kepergiannya ke alam kelanggengan, dia akan nglayu membakar diri. Dan itu dilakukannya sekarang. Pandawa, dengan demikian kehilangan dua keluarga dekat sekaligus di malam menjelang fajar ini. Wrekudara kehilangan anak tersayang dan istri tercintanya. Namun keturunan tidaklah terputus, karena baik Antareja maupun Gatotkaca telah mempunyai anak laki – laki sebagai penerus generasi Wrekudara. Fajar menjelang, jenazah Gatotkaca dan abu Arimbi telah selesai diupakarti sesuai dengan ageman dan keyakinan mereka. Sri Kresna sudah bisa menenangkan Wrekudara dan para pandawa yang lain. Sekarang saatnya mengatur strategi. Tugas harus dilanjutkan. Pekerjaan harus diselesaikan, perang harus dituntaskan. Dunia akan segera mengetahui, gunjingan dunia mengenai perang besar antar dua saudara kembar akan segera terjadi siang ini.

Wisanggeni

Wisanggeni adalah cucu Bathara Brahma. Wisanggeni terlahir premature karena ketika masih dalam kandungan ibunya disiksa oleh Batari Durga. Batari Durga tidak menginginkan kelahiran anak Dresnala dari Arjuna. Batari Durga menginginkan Dresnala menikah dengan Dewa Srani. Wisanggeni adalah seorang pemuda yang tampan, cerdas, jenius, sakti dan berani. Kesaktiannya tidak mempan segala senjata. Wisanggeni selalu ngoko (tidak berbicara halus) kepada siapa pun, termasuk kepada Sanghyang Wenang. Arti nama Wisanggeni berasal dari kata “Wisa” dan “Geni”. Wisa berarti bisa yang beracun, dan Geni berarti api. Nama yang luar biasa, sanggup membakar angkara murka tidak memandang orang tua, teman, apalagi musuh. Melihat kharakter Wisanggeni sebenarnya adalah melihat sebuah proses bangkitnya semangat yang berapi-api dan siap membakar. Ketika pada masa kelahirannya sudah ditempa dengan berbagai ujian di Kawah Candradimuka. Seperti ketika Ibrahim/Abraham dibakar dalam api karena mempertahankan keyakinannya. Kawah Candradimuka sifat dasarnya adalah menghancurkan apa saja yang dimasukkan, tetapi ketika yang dimasukkan adalah seorang calon ksatria yang tangguh maka sifat menghancurkan ini menjadi luruh menjadi sifat menempa. Seperti besi ketika disepuh, dipanaskan hingga menjadi bara, kemudian dimasukkan ke dalam air. Proses perubahan suhu yang cepat ini malah manjadikan besi lebih kuat. Bayi dalam tempaan Kawah Candradimuka kemudian diberi nama Wisanggeni. Wisa dan Geni. Pemuda harus “diracuni”, dalam arti diberikan pemahaman dasar tentang sikap keutamaan, kebaikan dan kebenaran. Sifat-sifat itu harus terpatri dalam hati, dan mengalir dalam darah seperti racun yang menyebar dengan cepat. Racun-racun inilah yang kemudian melekat pada tubuh yang kuat, akhirnya akan menjadi kebal terhadap segala racun-racun lainnya. Sehingga dalam zaman apa pun, dalam kondisi apa pun, mampu menahan segala racun kebobrokan, kebathilan dan katamakan. Selanjutnya ketika kekuatan sudah terpatri dalam segala gerak, timbullah pergerakan yang masif, pergesekan, memanas dan membakar, jadilah “geni”. Geni dalam arti semangat dalam pergerakan adalah api yang membakar segala angkara murka, menahan segala gerak kemunafikan. Geni dalam artian menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Disinilah muncul sifat Kawah Candradimuka yang akan mempreteli segala bentuk kebobrokan pemikiran yang merasuk dalam jiwa-jiwa pemuda. Dalam puncak-puncak pergerakan inilah, maka pemuda Wisanggeni digambarkan bisa terbang, bisa berjalan secepat angin, dan bisa masuk ke dalam bumi. Begitulah Wisanggeni dibentuk. Di sisi lain, memang harus ditumbuhkan kesadaran, sifat Wisa dan Geni sering dalam semangat yang melebihi zamannya, sehingga juga dianggap tidak sesuai dengan keadaaan. Sifat ini digambarkan dalam cara bicara wisanggeni yang “nungkak kromo”. Seperti dalam beberapa lakon carangan dikisahkan, Wisanggeni berangkat sendiri ke Astina untuk meminta Kurawa mengembalikan tahta kepada pepunden Pandawa. Tanpa pasukan, tanpa Kresna, tanpa Pandawa, sendiri. “Wa Duryudana, aku njaluk baline negeri Astina saiki Wa, Siwa tetep manggon neng kene, nanging punjering paprentahan bali menyang tangane Pandawa. Dadi baline Astina tanpa dredah perang (Paman Duryudana, aku minta kembali Negara Astina. Paman tetap disini, tetapi pemerintahan dikembalikan kepada Pandawa. Jadi kembalinya Astina tanpa peperangan) , ” begitulah Wisanggeni dengan lugas menyatakan kebenaran kepada Duryudana atas hak kembalinya Astina kepada Pandawa. Begitulah pemuda, begitu mengatahui dasar kebenaran, selalu “to the point”. Hanya satu kata, harap maklum bahwa ini yang bicara adalah “Wisa” dan “Geni” yang bersatu untuk kebangkitan dalam keyakinan kebenaran hakiki.

Srikandi Panglima Perang di Kurusetra

(Zzzz!)
MARKAS RANDUGUMBALA, AMARTA.–Pasukan Multinasional Wirata tumpas-kandas di neraka Kurusetra. Matswapati, Presiden Wirata, geram-dendam! Tapi apa daya, ia jago tua. Demi jaga wibawa, ia gegas-bablas menuju markas. Pandawa sedang mengadakan rapat-kilat. DARMAKUSUMA: Para Pembesar Pandawa–kita perlu menyusun strategi dan mengangkat panglima baru demi menandingi pasukan Multimodern Kurawa yang dipimpin Jendral Bisma. Begitu kan, Jendral Kresna? KRESNA: Benar! Kiranya tiada yang mampu menggempur-hancur Jendral Bisma kecuali Kolonel Srikandi. Kelemahan panglima itu ada di tangan wanita. Nah, apakah Jendral Arjuna tak keberatan? ARJUNA: Tidak! Tapi apa tak salah-angkat? Amarta masih banyak memiliki perwira tinggi. Kenapa memilih wanita untuk menjabat panglima? KRESNA: Memang, Jendral Arjuna–tapi kita perlu cara lain. Amarta kalah karena terlalu mengandalkan strategi dan teknologi tempur. Padahal strategi dan teknologi tempur Jendral Bisma jauh lebih tangguh-ampuh tanpa kelemahan sama sekali. Satu-satunya cara untuk menemukan kelemahan Jendral Bisma hanyalah dengan meneliti biografinya, teristimewa dalam “Kisah Dewi Amba”. Di situlah terletak tragic aspect manusia Bisma. Dan wanita lebih mampu menguasai kekuatan makna-batin kisah itu. BIMA: Waaah, gak nalar! Mana bisa sastra dijadikan tandingan teori-strategi perang! NAKULA: Kenapa tidak? Jika diambil secara tepat dan jitu, inspirasi bisa lebih hebat-dahsyat daripada teori maupun strategi. SADEWA: Mungkin! Lagipula negeri ini anti diskriminasi. Divisi Sawojajar setuju terhadap pengangkatan panglima wanita. BIMA: Baik! Divisi Jodipati juga setuju! DARMAKUSUMA: Saya harap permusyawaratan mencapai mufakat-bulat. Sebab tanpa kemufakatan, mana bisa terlaksana kesatuan tindakan. Dan bagaimana menurut Ki Lurah Semar? “Sip, Mo. Usulkan aku jadi panglima.” “Huh, sok aje lu, Kang!” “Demi bela-bakti lho, Truk.” “Bela-bakti atau pangkat?” “Jadi hansip aja gak becus!” “Sok pahlawan!” “Sssh, usah ribut, Le!” “Ya, Mo!” SEMAR: Matur nuwun, saya percaya pada kebijakan-kebajikan para pemimpin. Ya, monggo kerso sajalah. “Payah! Gak nyuaraken nurani rakyat.” “Sst! Loyalitas, Kang!” “Eh, suara apa, Truk?” “Bagong ngorok–” “Dwasar!” “Diam, Le!” DARMAKUSUMA: Terima kasih, Ki Lurah. Baiklah, tampaknya kita sepakat untuk mengangkat Kolonel Srikandi menjabat panglima. Dan rapat selesai. (Tok! Tok! Tok!) “Excuse me, Sir. Can you tell me about–” “No! Scat!” “Op de rekord, Mistuh!” “Siapa sih, Gong?” “Isuis-luar, nyasar!” “He-he, yo-ah ke garis depan!” (Kriiing… klek!)–”Hello, siapa?… O, Mas Gatot… Di sini Sri! Ada berita penting?… Oke, Brigade Jane d’Ark Madukara siap menuju Kurusetra!… Ya, Merdeka!”–(Klek!) Mabuk, usah sibuk Mabuk, usah sibuk Mabuk, usah sibuk MARKAS BULUPITU, ASTINA.–Kurawa berpestaria merayakan kemenangannya. Minum-minum sampai ambruk-mabuk! Anak muda bilang: “Teller!” Melihat anak-buahnya jatuh-disiplin begitu rupa, Jendral Bisma kecewa-berat. Memang, kemenangan bisa memabukkan! “O ciu kehidupan!” (Gluk! Gluk!)–”Aahh….” “Vodka. O dansa Mazurka!” (Pluf!)–”Minum, Dur! Selamat–” (Ting!) “O Mbodrooo-mBodro, sini, Yang… esok Arjuna kan kupanggang! K-kau k-kan k-kuberi s-suaka… hooeekh!” CITRAYUDA: Huh! Mabuk-kampungan! DURSASANA: Lempar aja ke got, biar minum comberan! DURMAGATI: Eh, zangan–kazihan! Kazih racun aza zekaliguz biar mampuz! “Oh, Rukma, k-kau m-mati? B-biarlah, k-kau pahlawan yang ter–” “Konyol!” Jendral Bisma keluar dari markas. Ia tak tahan melihat kondisi pasukan! Apa artinya kemutakhiran strategi dan teknologi perang jika para serdadu jatuh-lumpuh mati-disiplin? Sia-sia! “Ada apa, Pral?” “Lapor! Pandawa memberi upeti wanita!” “Lho! Aziiik!” “Cihuy, yuk ah ke Kurusetra!” (Prok! Prok! Prok!)–”Hey Dur, Cit, Karta! Ayo ke front!” BISMA: Hai pasukan! Buang botol-botol setan itu! Pandawa menyerbu! “S-siaaap!” BISMA: Apa boleh buat! Pasukan-mabuk ini terpaksa kugiring ke medan tempur. Mabuk-tempur! Babak-belur! Do not weep War is kind “Gue mau liat perang, Tante.” “Jangan, Sanjaya! Entar kena rudal nyasar!” “Enggak, Tante Kunti–ada kelir Anti Nuklir.” “Ngaco! Papi marah lho!” “Biarin, yo-ah, Tante.” “Widura! Widura! Anakmu nekat minggat ke Kurusetra!” “Biar, Mbakyu. Siapa tau jadi wartawan perang?” KURUSETRA.–Pinggiran! “Nonton di sini aja.” “Iya deh!” Tam-tratamtam-tam-tam! Bass drum berdentam! “Hidup Bisma! Hidup Kurawa!” “Hinup Ngurawa! Ngemarin angu mengang naruhan nerong– hinup Muna Nerong!” “Gong, kepruk-remuk aja tuh botoh Kurawa!” “Plintheng ae, Truk!” “Ini batunya.” (Cpret!)–”Hinup–(Plethak!)–anuh! Menyut ngunulngu!” “He-he-he…!” “Rokok-rokok, premen Menthos, tisu Getsby! Tisu, Oom–anti-hamil?” “Gak gah!” “Ese es! Es berasap!” “Koran-koran! Berita panas–KURUSERTA MEMBARA. Tempur konyol di Kurusetra, ya, koran-koran!” “Teloor, telor manis!” (Jreng!)–”Ya, Sodara-sodara, met jumpa dan izinkanlah menghibur Anda!”–(Jreng!) “Maaas, paring kula nyuwun, eMaaas!”–(Klotrak!) (Cplek!)–”Sip! Gue jagoin Pandawa! Apa taruhannya?” “Bojoku!” “Ngapain! Tuwek-jelek!” “Ngece-kere!” (Tet-treteeet!) “Ngentut, Oom?” “Terompet bego!” “Brengsek! Pindah ah!” “Jeile itu barisan cewek–mau perang apa renang?” “Sst! Tempur di kasur!” “Hush! Ngawur!” Dalam pada itu Brigade Jane d’Ark Madukara menjebol-ambrol pasukan Kurawa. Dan konyolnya, serdadu Kurawa menyambut serangan itu persis seperti sama istri. “O, come, Darling!” “Darling-darling nje–(Dor!)–gundulmu!” “Eladalah! Teja-teja sulaksana, tejanira wong anyar katon, ing wingking pundi pinoko, ing ngajeng–” (Dor!)–”Kesuwen!” “Habisin aja, Non! Perang kok pake basa-basi kuno!” SRIKANDI: Bisma, terimalah saat-tepat buat tamat riwayat! “Awal, Jendral!”–(Dor!) BISMA: Aaakkkhhh! “Hooorrreee! Bisma gugur!” “Hidup Panglima Wanita!” Ki Harsono Siswocarito

Bima NGAJI

Ternyata harta dan kedudukannya tidak bisa menjamin kepuasan hidupnya, lalu sebenarnya apa yang ia cari di dunia ini. Rupanya si Bima sena menginginkan kebahagiaan yang hakiki, akhirnya ia pergi ke seorang dukun di daerah Padepokan Sukalima untuk berguru kepada Pendita Durna charya. Setelah Bima mengutarakan maksudnya lalu Durna mengajak Bima keluar ke halaman rumah. Bima bertanya : “kena apa tidak di dalam saja” Durna menjawab ” didalam gelap, kalau diluar lebih terang”. Begini Bima…. Untuk mencapai kebahagiaan hidup ada 2 (dua) syarat yang harus dipenuhi: 1. Harus bisa mendapatkan kayu Gong susuhing angin yang adanya di hutan lereng gunung Condromuko. 2. Harus minum “tirta prawito sari” (air mineral penyejukrasa) yang berada di dasar samudra. Singkat cerita penonton . . . . ., Dengan susah payah sang Bima bahkan hampir mati diterkam binatang buas di hutan belantara, dan ternyata “susuh angin” bukan berada di hutan melainkan berada didalam hati, maksudnya semua tujuan/ keinginan bergantung pada kebulatan tekad dan bagaimana niatnya. Dengan kebulatan tekadnya dan niat sungguhan sang Bima menuju tepian samudera untuk mencari syarat ke 2 yaitu mencari ” tirta prawito sari “. Termangu sang bima di tepian samudera, desis angin dan gemuruh alunan ombak membuat Bima merinding (setengah takut). Tiba-tiba terdengar suara dan muncul seorang anak bajang ( bocah kecil) yang wujudnya menyerupai dirinya memangil-manggil, mahluk apalagi ini…?, apakah mahluk ini akan membunuh diriku . .?, demikian prasangka Bima guna membangkitkan jiwa keperkasaannya. Bocah bajang yang oleh kidalang disebut “Dewaruci” lalu bertanya kepada Bima Lagi ngapain kamu Bima ..? ditempat sunyi sepi hanya terbentang samudra luas dengan ombaknya yang menjulang, dikelilingi hutan belantara serta gunung-gunung tinggi, disini tidak ada apa-apa, yang ada hanyalah malapetaka dan bencana, kepada siapa kau Bima jika ada binatang buas atau bahaya lain yang mengancammu.. .? Bima nenjawab: Aku hendak nyebur kedasar laut mengambil air meneral yang sejuk segar, dan dengan kebulatan tekad serta niatkulah yang dapat mengalahkan segala rintangan. Dewaruci: Komitmen saja belum cukup Bima. . . ., aku kasihan sekali melihat tingkahmu yang bego dan dungu, tahukan kau Bima bahwa pendita Durna itu menyesatkan, ia ingin mencelakakanmu, harapannya agar kurowo nantinya bisa menang dalam perang Mahabharata . Bima : Ahh…..,tidak….., aku sudah kukuh pendiriannya, aku akan tetap patuh dan setia tuhu pada guruku. Dewaruci : Jika demikian , cepatlah kau masuk dalam telinga kiriku, selama ini aku tidak pernah mendengar do’a do’a mu karena selalu sibuk dengan urusan bisnismu, siapa tahu dewo ruci dapat membantu agar segera terwujud keinginanmu. Bima : Hai Dewo ruci. . . .bagai mana mungkin, kau hanya bocah bajang, sedangkan tubuhku tinggi besar, mana mungkin bisa masuk kedalam telingamu ?. Dewaruci : Aduh Bima. . . .,harta dan kedudukanmu serta badanmu yang tinggi besar telah membuat dirimu menjadi sombong, coba kau renungkan:, tinggi mana tubuhmu dengan gunung yang diatasmu ?, lebar mana dadamu dengan samudra yang ada didepanmu ?, besar mana badan/tubuhmu dengan alam jagat ini?, tahukan kau Bima…..,ikan asin yang setiap hari dimakan kamu baru bayar upah nelayan dan minyak gorengnya , kamu belum membayar sama yang empunya, apalah arti dirimu jika dibanding dengan alam semesta beserta isinya ini. Bima : Seketika Bima merasa kecil tubuhnya, bergetar hatinya, perasaan bersalah dan takutpun muncul dalam benaknya Aduh Dewo ruci….., tiba-tiba penglihatanku menjadi gelap, aku tidak tahu lagi arah utara selatan, berat sekali cobaan hidup ini, aku bingung harus bagai mana..?? Dewaruci : sabarlah Bima . . .,.memang berat cobaan hidup ingatlah pesanku ini senantiasa: jangan berangkat sebelum tahu tujuanmu, jangan menyuap sebelum mencicipnya, tahu hanya berawal dari bertanya, bisa berpangkal dari meniru, sesuatu terwujud hanya dari tindakan janganlah bagai orang gunung membeli emas, baru mendapat besi kuning pun puas dikira emas bila tanpa dasar, bakti membuta pun akan bisa menyesatkan . Bima : Aduh pukulun….,sebenarnya siapa diriku ini??, apa saja yang telah aku lakukan..? apa sebenarnya yang sedang aku cari, bunuh saja aku pukulun. Dewaruci: Jangan sebut aku pukulun, siapa pukulun itu.?, aku ini Dewo ruci, aku ini adalah otak kirimu yang berada dialam bawah sadarmu yang tidak pernah/ jarang kau sentuh. Aku adalah kamu, sehingga aku tahu persis siapa Bima, Bima adalah anak dari Dewi Kunti dan bapakmu Pandu sedangkan saudara-saudaramu satu ibu adalah Yudistira dan Arjuna, Nakula, Sadewo (dari ibu Madrim). Kau adalah hamba yang hidup & matimu, derajat, pangkat serta kedudukanmu hanyalah milik Allah swt Nah sekarang coba buka mata hatimu, apa yang terlihat olehmu..?,. Bima : Ya..ya..aku melihat warna kuning tapi tapi tapi kemudian hilang dan berganti warna biru, lalu hilang lagi eh eh muncul lagi warna hijau, merah, putih. Dewaruci : Cukup Bima. . . .,sekarang keluarlah dari tubuhku, setelah Bima keluar kembali ke alam nyata terang benderang penglihatannya dan terbuka mata batinnya. Dewaruci : Nah…Bima, Ternyata tirta prawito sari tidak jauh, tidak perlu ke dasar laut atau ke luar negri tetapi berada dalam qolbumu sendiri. Jika kau sudah bisa mengjaga hatimu hingga bisa “ngrasuk roso jati” kemuadian baru kau bisa kenal jati dirimu. Tok….tok….crek….crek…nong….gong

Bima Suci

Lakon ini amat digemari di kalangan kasepuhan karena mengandung permenungan mendalam tentang asal dan tujuan hidup manusia (sangkan paraning dumadi) dan menjawab kerinduan hidup dalam perjalanan rohani orang jawa untuk bersatu dengan Tuhan (manunggaling kawulo Gusti; curiga manjing warangko). Begitu disenangi dan diulang-ulang sebagai bahan permenungan, maka kisah ini memilik variasi-variasi bahkan menyimpang dari lakon awalnya, tergantung siapa yang menyalin kisah ini, siapa dalang yang memainkan lakon dalam pertunjukan wayang. Poerbotjaroko, tahun 1940 menyelidiki variasi-variasi naskah dan menemukan kurang lebih 29 buah naskah Bima Suci. 19 buah naskah tersimpan di Universitas Leiden Belanda. Dalam disertasinya untuk memperoleh gelar doctor tahun 1930, Prijohoetomo membandingkan dua kisah : Nawaruci dan Dewaruci. Kitab Nawaruci yang juga dikenal dengan nama Sang Hyang Tat-twajnana (kitab tentang hakekat hidup) ditulis oleh Empu Siwamurti (th. 1950-an) dengann latar belakang budaya Kerajaan Majapahit. Pada jaman itu mistik Islam mulai masuk dalam budaya Jawa, dan kisah Nawaruci digubah menjadi lakon Dewaruci (dengan dimasuki unsur-unsur Islam) dan dipentaskan dalam dunia perwayangan. Alur ceritera Dewaruci/Bima Suci dipengaruhi oleh kisah Markandeya dari India. Di kisahkan Markandeya mengarungi kedalam samudera dan berjumpa dengan anak kecil. Anak kecil itu bernama Narayana, jelmaan dari Dewa Wisnu. Narayana meminta Markandeya masuk dalam tubuhnya untuk menyaksikan seluruh isi alam semesta. Dalam kisah ini tokoh Bima tidak ada. Dari berbagai kisah Bima Suci yang bervariatif itu dapat ditemukan benang merahnya. Alkisah, Bima atas perintah gurunya (Durno) mencari “Banyu Perwitasari”. Dalam perjalanan mencari air kehidupan, Bima menuju hutan Tikbrasara (berarti landeping cipta) yang terletak di gunung ReksaMuka (yang artinya Mata). Di hutan ini Bima dihadang oleh dua raksasa Rukmuka (berarti kamukten) dan Rukmokala (yang berarti Kamulyan). Bima mampu mengalahkan ke dua raksasa itu. Untuk memperoleh “inti sari pengetahuan sejati” (Perwitasari), Bima harus melalui samadi (yang dilambang dengan hutan Tibaksara dan gunung Reksomuka =Mata/pemahaman yang mendalam). Bima tidak bisa mencapai titik penyatuan mata batin dalam samadi kalau tidak ‘membunuh’ pikiran tentang kamukten dan kamulyan. Kisah selanjutnya, Bima tahu bahwa air ‘perwitasari’ tidak terletak di hutan Tikbrasara yang ada di gunung Reksamuka, tetapi di dasar samudera. Maka perjalanan dilanjutkan ke dasar samudra (samudra pangaksama=pengampunan). Dalam samudra bertarung dengan naga (symbol kejahatan/keburukan) dan Bima berhasil membunuhnya. Untuk memperoleh air perwitasari tidak cukup dengan membuang kamukten dan kamulyan tetapi harus juga berani mengampuni kepada orang-orang yang bersalah dan membunuh kejahatan yang ada dalam dirinya (masuk samudra pengampunan dan membunuh naga kejahatan). Setelah melampaui berbagai rintangan, akhirnya Bima ketemu Dewaruci, yang persis dengan dirinya namun dalam ukuran kecil. Bima masuk ke badan Dewaruci melalui telinga kanan dan di dalam diri Dewaruci, Bima melihat seluruh isi semesta alam. Bima dengan samadi secara benar : menutup mata, mengatur nafas, konsentrasi dengan pikiran dan perasaan yang bersih (Cipta Hening). Dalam samadi ini, Bima menerima Terang atau wahyu sejati dalam samadi: “manunggaling kawula gusti”, kesatuan manusia dengan Tuhan. Dalam jati diri terdalam, manusia bersatu dengan Tuhan. Kemanunggalan ini yang menjadikan manusia mampu melihat hidup yang sejati. Dalam istilah kejawen: Mati sakjroning urip, urip sakjroning mati. Inilah perjalanan rohani untuk masuk dalam “samudera menanging kalbu”.

Selasa, 27 Maret 2012

Pandawa Lima Lan Drupadi

Pandawa Lima Lan Drupadi Dalam hidup cobalah untuk bersabar dalam menghadapi cobaan Ilahi. Jagalah mulut dari perkataan nista yang bisa mengakibatkan celakanya diri sendiri maupun orang lain. Janganlah serakah ketika menerima nikmat Ilahi. Jangan pernah takabur dengan kemampuan yang dikaruniakan pada diri kita. Jangan selalu merasa bisa, tetapi selalulah bisa merasa. Kalo bahasa latinnya, bisoo rumongso, ojo rumongso biso. Supaya kita ora dumeh dengan apa yang telah kita miliki.

Taksaka

Taksaka (Sanskerta: तक्षक; Takṣaka) adalah salah satu naga, putera dari Dewi Kadru dan Kashyapa. Ia tinggal di Nagaloka bersama saudara-saudaranya yang lain, yaitu Basuki, Antaboga, dan lain-lain. Dalam Mahabharata, Naga Taksaka adalah naga yang membunuh Raja Parikesit. Naga Taksaka juga muncul dalam mitologi Bali, selayaknya pengaruh mitologi Hindu dari India. dalam mitologi Bali, Taksaka adalah ular yang tinggal di kahyangan. Tidak semua ular ini mempunyai perilaku yang jahat.

Rangda

Rangda adalah ratu dari para leak dalam mitologi Bali. Makhluk yang menakutkan ini diceritakan sering menculik dan memakan anak kecil serta memimpin pasukan nenek sihir jahat melawan Barong, yang merupakan simbol kekuatan baik.

Lembu Suro

Lembu Suro adalah seorang yang sakti mandraguna. Kepalanya berbentuk Kerbau sedangkan badannya ke bawah berbentuk manusia.

Barong

Barong adalah karakter dalam mitologi Bali. Ia adalah raja dari roh-roh serta melambangkan kebaikan.

Gatot Kaca

Gatotkaca adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata yang dikenal sebagai putra Bimasena atau Wrekodara dari keluarga Pandawa. Ibunya yang bernama Hidimbi (Harimbi) berasal dari bangsa rakshasa, sehingga ia pun dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam perang besar di Kurukshetra ia banyak menewaskan sekutu Korawa sebelum akhirnya gugur di tangan Karna.Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Misalnya dalam pewayangan Jawa ia dikenal dengan ejaan Gatutkaca (bahasa Jawa: Gathutkaca). Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan “otot kawat tulang besi”.

Garuda

Garuda (Sanskerta: Garuda dan Bahasa Pali Garula) adalah salah satu dewa dalam agama Hindu dan Buddha. Ia merupakan wahana Dewa Wisnu, salah satu Trimurti atau manifestasi bentuk Tuhan dalam agama Hindu. Garuda digambarkan bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah. Paruh dan sayapnya mirip elang, tetapi tubuhnya seperti manusia. Ukurannya besar sehingga dapat menghalangi matahari..

Hanoman

Hanoman (Sanskerta: हनुमान्; Hanumān) atau Hanumat (Sanskerta: हनुमत्; Hanumat), juga disebut sebagai Anoman, adalah salah satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana yang paling terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putera Batara Bayu dan Anjani, saudara dari Subali dan Sugriwa. Menurut kitab Serat Pedhalangan, tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari wiracarita Ramayana, namun dalam pengembangannya tokoh ini juga kadangkala muncul dalam serial Mahabharata, sehingga menjadi tokoh antar zaman. Di India, hanoman dipuja sebagai dewa pelindung dan beberapa kuil didedikasikan untuk memuja dirinya.

Arjuna

Arjuna (Sanskerta: अर्जुन; Arjuna) adalah nama seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal sebagai sang Pandawa yang menawan parasnya dan lemah lembut budinya. Ia adalah putra Prabu Pandudewanata, raja di Hastinapura dengan Dewi Kunti atau Dewi Prita, yaitu putri Prabu Surasena, Raja Wangsa Yadawa di Mandura. Arjuna merupakan teman dekat Kresna, yaitu awatara (penjelmaan) Batara Wisnu yang turun ke dunia demi menyelamatkan dunia dari kejahatan. Arjuna juga merupakan seorang yang sempat menyaksikan “wujud semesta Kresna” menjelang perang Bharatayuddha berlangsung. Ia juga menerima ajaran Bhagawadgita atau “Nyanyian Dewata”, yaitu wejangan suci yang disampaikan oleh Kresna kepadanya sesaat sebelum perang Bharatayuddha berlangsung karena Arjuna mengalami keragu-raguan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang Ksatria dimedan perang.

Bima

Bima (Sanskerta: भीम, bhīma) atau Bimasena (Sanskerta: भीमसेन, bhīmaséna) adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dianggap sebagai seorang tokoh heroik. Ia adalah putra Dewi Kunti dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya hatinya lembut. Ia merupakan keluarga Pandawa di urutan yang kedua, dari lima bersaudara. Saudara se’ayah’-nya ialah wanara yang terkenal dalam epos Ramayana dan sering dipanggil dengan nama Hanoman. Akhir dari riwayat Bima diceritakan bahwa dia mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuddha. Cerita ini dikisahkan dalam episode atau lakon Prasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.

Hikayat Mahabharata

Mahabharata (Sansekerta: महाभारत) adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi. Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari. Ringkasan cerita Latar belakang Mahabharata merupakan kisah kilas balik yang dituturkan oleh Resi Wesampayana untuk Maharaja Janamejaya yang gagal mengadakan upacara korban ular. Sesuai dengan permohonan Janamejaya, kisah tersebut merupakan kisah raja-raja besar yang berada di garis keturunan Maharaja Yayati, Bharata, dan Kuru, yang tak lain merupakan kakek moyang Maharaja Janamejaya. Kemudian Kuru menurunkan raja-raja Hastinapura yang menjadi tokoh utama Mahabharata. Mereka adalah Santanu, Chitrāngada, Wicitrawirya, Dretarastra, Pandu, Yudistira, Parikesit dan Janamejaya. Para raja India Kuno Mahabharata banyak memunculkan nama raja-raja besar pada zaman India Kuno seperti Bharata, Kuru, Parikesit (Parikshita), dan Janamejaya. Mahabharata merupakan kisah besar keturunan Bharata, dan Bharata adalah salah satu raja yang menurunkan tokoh-tokoh utama dalam Mahabharata. Kisah Sang Bharata diawali dengan pertemuan Raja Duswanta dengan Sakuntala. Raja Duswanta adalah seorang raja besar dari Chandrawangsa keturunan Yayati, menikahi Sakuntala dari pertapaan Bagawan Kanwa, kemudian menurunkan Sang Bharata, raja legendaris. Sang Bharata lalu menaklukkan daratan India Kuno. Setelah ditaklukkan, wilayah kekuasaanya disebut Bharatawarsha yang berarti wilayah kekuasaan Maharaja Bharata (konon meliputi Asia Selatan)[2]. Sang Bharata menurunkan Sang Hasti, yang kemudian mendirikan sebuah pusat pemerintahan bernama Hastinapura. Sang Hasti menurunkan Para Raja Hastinapura. Dari keluarga tersebut, lahirlah Sang Kuru, yang menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut Kurukshetra (terletak di negara bagian Haryana, India Utara). Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru atau Wangsa Kaurawa. Dalam Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa, yang menjadi ayah Prabu Santanu, leluhur Pandawa dan Korawa. Kerabat Wangsa Kaurawa (Dinasti Kuru) adalah Wangsa Yadawa, karena kedua Wangsa tersebut berasal dari leluhur yang sama, yakni Maharaja Yayati, seorang kesatria dari Wangsa Chandra atau Dinasti Soma, keturunan Sang Pururawa. Dalam silsilah Wangsa Yadawa, lahirlah Prabu Basudewa, Raja di Kerajaan Surasena, yang kemudian berputera Sang Kresna, yang mendirikan Kerajaan Dwaraka. Sang Kresna dari Wangsa Yadawa bersaudara sepupu dengan Pandawa dan Korawa dari Wangsa Kaurawa. Prabu Santanu dan keturunannya
Prabu Santanu adalah seorang raja mahsyur dari garis keturunan Sang Kuru, berasal dari Hastinapura. Ia menikah dengan Dewi Gangga yang dikutuk agar turun ke dunia, namun Dewi Gangga meninggalkannya karena Sang Prabu melanggar janji pernikahan. Hubungan Sang Prabu dengan Dewi Gangga sempat membuahkan anak yang diberi nama Dewabrata atau Bisma. Setelah ditinggal Dewi Gangga, akhirnya Prabu Santanu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu melanjutkan kehidupan berumah tangga dengan menikahi Dewi Satyawati, puteri nelayan. Dari hubungannya, Sang Prabu berputera Sang Citrānggada dan Wicitrawirya. Citrānggada wafat di usia muda dalam suatu pertempuran, kemudian ia digantikan oleh adiknya yaitu Wicitrawirya. Wicitrawirya juga wafat di usia muda dan belum sempat memiliki keturunan. Atas bantuan Resi Byasa, kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika, melahirkan masing-masing seorang putera, nama mereka Pandu (dari Ambalika) dan Dretarastra (dari Ambika). Dretarastra terlahir buta, maka tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandu, adiknya. Pandu menikahi Kunti dan memiliki tiga orang putera bernama Yudistira, Bima, dan Arjuna. Kemudian Pandu menikah untuk yang kedua kalinya dengan Madri, dan memiliki putera kembar bernama Nakula dan Sadewa. Kelima putera Pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa. Dretarastra yang buta menikahi Gandari, dan memiliki seratus orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan istilah Korawa. Pandu dan Dretarastra memiliki saudara bungsu bernama Widura. Widura memiliki seorang anak bernama Sanjaya, yang memiliki mata batin agar mampu melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Keluarga Dretarastra, Pandu, dan Widura membangun jalan cerita Mahabharata. Pandawa dan Korawa Pandawa dan Korawa merupakan dua kelompok dengan sifat yang berbeda namun berasal dari leluhur yang sama, yakni Kuru dan Bharata. Korawa (khususnya Duryodana) bersifat licik dan selalu iri hati dengan kelebihan Pandawa, sedangkan Pandawa bersifat tenang dan selalu bersabar ketika ditindas oleh sepupu mereka. Ayah para Korawa, yaitu Dretarastra, sangat menyayangi putera-puteranya. Hal itu membuat ia sering dihasut oleh iparnya yaitu Sangkuni, beserta putera kesayangannya yaitu Duryodana, agar mau mengizinkannya melakukan rencana jahat menyingkirkan para Pandawa. Pada suatu ketika, Duryodana mengundang Kunti dan para Pandawa untuk liburan. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh Duryodana. Pada malam hari, rumah itu dibakar. Namun para Pandawa diselamatkan oleh Bima sehingga mereka tidak terbakar hidup-hidup dalam rumah tersebut. Usai menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti masuk hutan. Di hutan tersebut Bima bertemu dengan rakshasa Hidimba dan membunuhnya, lalu menikahi adiknya, yaitu rakshasi Hidimbi. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Gatotkaca. Setelah melewati hutan rimba, Pandawa melewati Kerajaan Panchala. Di sana tersiar kabar bahwa Raja Drupada menyelenggarakan sayembara memperebutkan Dewi Dropadi. Karna mengikuti sayembara tersebut, tetapi ditolak oleh Dropadi. Pandawa pun turut serta menghadiri sayembara itu, namun mereka berpakaian seperti kaum brahmana. Arjuna mewakili para Pandawa untuk memenangkan sayembara dan ia berhasil melakukannya. Setelah itu perkelahian terjadi karena para hadirin menggerutu sebab kaum brahmana tidak selayaknya mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi kemudian meloloskan diri. sesampainya di rumah, mereka berkata kepada ibunya bahwa mereka datang membawa hasil meminta-minta. Ibu mereka pun menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk seluruh saudaranya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa anak-anaknya tidak hanya membawa hasil meminta-minta, namun juga seorang wanita. Tak pelak lagi, Dropadi menikahi kelima Pandawa. Permainan dadu Dursasana yang berwatak kasar, menarik kain yang dipakai Dropadi, namun kain tersebut terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat kekuatan gaib dari Sri Kresna Agar tidak terjadi pertempuran sengit, Kerajaan Kuru dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan Korawa. Korawa memerintah Kerajaan Kuru induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota Indraprastha. Baik Hastinapura maupun Indraprastha memiliki istana megah, dan di sanalah Duryodana tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi Dropadi. Hal tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa. Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira secara perlahan namun pasti, Duryodana mengundang Yudistira untuk main dadu dengan taruhan harta dan kerajaan. Yudistira yang gemar main dadu tidak menolak undangan tersebut dan bersedia datang ke Hastinapura dengan harapan dapat merebut harta dan istana milik Duryodana. Pada saat permainan dadu, Duryodana diwakili oleh Sangkuni yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Satu persatu kekayaan Yudistira jatuh ke tangan Duryodana, termasuk saudara dan istrinya sendiri. Dalam peristiwa tersebut, pakaian Dropadi berusaha ditarik oleh Dursasana karena sudah menjadi harta Duryodana sejak Yudistira kalah main dadu, namun usaha tersebut tidak berhasil berkat pertolongan gaib dari Sri Kresna. Karena istrinya dihina, Bima bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, Dretarastra merasa bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan. Duryodana yang merasa kecewa karena Dretarastra telah mengembalikan semua harta yang sebenarnya akan menjadi miliknya, menyelenggarakan permainan dadu untuk yang kedua kalinya. Kali ini, siapa yang kalah harus menyerahkan kerajaan dan mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah. Karena kekalahan tersebut, Pandawa terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa penyamaran selama setahun. Setelah masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin Duryodana. Namun Duryodana bersifat jahat. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa, walau seluas ujung jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa habis. Misi damai dilakukan oleh Sri Kresna, namun berkali-kali gagal. Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi. Pertempuran di Kurukshetra
Pandawa berusaha mencari sekutu dan ia mendapat bantuan pasukan dari Kerajaan Kekaya, Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola, Kerajaan Kerala, Kerajaan Magadha, Wangsa Yadawa, Kerajaan Dwaraka, dan masih banyak lagi. Selain itu para ksatria besar di Bharatawarsha seperti misalnya Drupada, Satyaki, Drestadyumna, Srikandi, Wirata, dan lain-lain ikut memihak Pandawa. Sementara itu Duryodana meminta Bisma untuk memimpin pasukan Korawa sekaligus mengangkatnya sebagai panglima tertinggi pasukan Korawa. Korawa dibantu oleh Resi Drona dan putranya Aswatama, kakak ipar para Korawa yaitu Jayadrata, serta guru Krepa, Kretawarma, Salya, Sudaksina, Burisrawas, Bahlika, Sangkuni, Karna, dan masih banyak lagi. Pertempuran berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam pertempuran itu, banyak ksatria yang gugur, seperti misalnya Abimanyu, Drona, Karna, Bisma, Gatotkaca, Irawan, Raja Wirata dan puteranya, Bhagadatta, Susharma, Sangkuni, dan masih banyak lagi. Selama 18 hari tersebut dipenuhi oleh pertumpahan darah dan pembantaian yang mengenaskan. Pada akhir hari kedelapan belas, hanya sepuluh ksatria yang bertahan hidup dari pertempuran, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa dan Kretawarma. Penerus Wangsa Kuru Setelah perang berakhir, Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura. Setelah memerintah selama beberapa lama, ia menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, yaitu Parikesit. Kemudian, Yudistira bersama Pandawa dan Dropadi mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Di sana mereka meninggal dan mencapai surga. Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana. Ia menikahi Madrawati dan memiliki putera bernama Janamejaya. Janamejaya menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki putera bernama Satanika. Satanika berputera Aswamedhadatta. Aswamedhadatta dan keturunannya kemudian memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura.

The Raid

Indonesia patut berbangga. Salah satu filmnya berhasil memenangkan penghargaan di ajang Festival Film Internasional Toronto (TIFF) 2011. Film ‘Serbuan Maut’ atau ‘The Raid’ yang dibintangi oleh Iko Uwais, Donny Alamsyah, dan Ray Sahetapy ini berhasil memenangkan The Cadillac People’s Choice Midnight Madness Award dalam ajang tersebut. Setelah sukses lewat Merantau, Gareth Evans kembali mempersembahkan film aksi berjudul The Raid (Serbuan Maut) yang merupakan satu-satunya film Indonesia yang tayang di Midnight Madness Toronto International Film Festival, pujian demi pujian di lontarkan dari penontonnya. layaknya Bope di film Tropa De Elite, The Raid menceritakan sekelompok pasukan anti narkotika menyerbu sebuah bangunan bertingkat tempat para penjahat bersenjata berlindung, lantai demi lantai mereka lewati, namun Tama sang pemilik gedung memerintahkan anak buahnya untuk menutup seluruh jalan keluar dan menjebak mereka. The Raid tidak hanya menyuguhkan adegan baku tembak yang seru tapi juga menyuguhkan adegan 3 jenis beladiri!, yaitu silat, taekwondo dan judo, tidak percaya ? silahkan lihat sendiri trailernya yang penuh aksi dan kekerasan tingkat tinggi. Seperti dilansir dari tiff.net, film ini merupakan kerja sama ke-2 antara sutradara Gareth Evans dan aktor Iko Uwais setelah film aksi pertama mereka, ‘Merantau’, yang dirilis pada 2009 lalu. Kedua film ini sama-sama menonjolkan seni bela diri tradisional Indonesia, yaitu pencak silat. Tak hanya melibatkan sutradara Gareth Evans, salah satu personel Linkin Park, Mike Shinoda, juga ikut menangani music scoring untuk film ini. ‘The Raid’, diputar perdana di Toronto, Kanada, pada tanggal 8 September 2011 lalu dan mendapatkan pujian dari kritikus film dunia. The Cadillac People’s Choice Midnight Madness Award merupakan penghargaan pilihan penonton selama acara Midnight Madness TIFF 2011 yang digelar 8-18 September 2011. Film berdurasi 100 menit ini berhasil mengalahkan sembilan film lainnya seperti ‘Kill List’, ‘Lovely Molly’ dan ‘You’re Next’. Film ‘Lovely Molly’ dibesut sutradara Eduardo Sanchez yang pernah meraih penghargaan Award of the Youth di Festival Film Cannes untuk film ‘The Blair Witch Project’.Rencananya film ‘The Raid’ akan tayang di bioskop Indonesia pada awal 2012 mendatang. SERBUAN MAUT (THE RAID) adalah salah satu film Produksi dalam negeri yang paling banyak mendapat perhatian Internasional dan sangat ditunggu saat ini. Setelah dibeli hak peredarannya oleh Negara-negara lain termasuk oleh SONY untuk peredarannya di Amerika, film ini juga baru saja meraih satu lagi prestasi sebagai satu-satunya film Indonesia yang diputar perdana di ajang Midnight Madness salah satu festival film paling bergengsi di dunia yaitu TORONTO INTERNATIONAL FILM FESTIVAL 2011. Sinopsis The Raid: Menceritakan tentang sekelompok tim SWAT yang tiba di sebuah blok apartemen kumuh dengan misi menangkap pemiliknya, seorang raja bandar narkotik bernama Tama. Blok ini tidak pernah di lakukan penggerebekan atau pun tersentuh oleh Polisi sebelumnya. Sebagai tempat yang tidak dijangkau oleh pihak berwajib, gedung tersebut menjadi tempat berlindung para pembunuh, anggota geng, pemerkosa, dan pencuri yang mencari tempat tinggal aman. Mulai bertindak di pagi buta, kelompok SWAT diam-diam merambah ke dalam gedung dan mengendalikan setiap lantai yang mereka naiki dengan mantap. Tetapi ketika mereka terlihat oleh pengintai, penyerangan mereka terbongkar. Dari penthouse suite-nya, Tama memerintahkan untuk mengunci gedung apartemen dengan memadamkan lampu dan menutup semua jalan keluar. Terjebak di lantai 6 tanpa komunikasi dan diserang oleh penghuni apartemen yang diperintahkan oleh Tama, tim SWAT harus berjuang melewati setiap lantai dan setiap ruangan untuk menyelesaikan misi mereka dan bertahan hidup.

Cara Mencegah dan Cara Mengobati Gigitan Tomcat

Tomcat (Paederus fuscipes) menjadi spesies serangga paling menakutkan untuk warga Surabaya dan Yogyakarta sepanjang akhir Maret 2012. Serangga yang biasa hidup di wilayah mangrove ini ‘menginvasi’ pemukiman manusia hingga menimbulkan korban. Tomcat adalah serangga yang cukup beracun. Serangga ini hidup di daerah yang lembab. Selama ada pepohonan, tambak dan semak-semak, tomcat bisa hidup di sana. Racun yang terdapat pada serangga ini bisa menimbulkan efek yang cukup menyakitkan di kulit meskipun tidak mematikan. Bahaya tomcat terletak pada racun paederin yang terletak pada cairan tubuhnya. Bila terkena kulit manusia, akan menimbulkan efek seperti mengalami luka bakar dan gatal. Jika memang Anda terkena cairan ini, pakar serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hari Sutrisno, mengatakan, "Jika kena serangga ini, maka kita harus cuci dengan air sabun agar menetralisir racun." Ciri-ciri kulit yang terkena serangan gigitan Tomcat.Berikut adalah ciri-ciri kulit yang terkena serangan gigitan Tomcat : timbul warna kemerah-merahan pada kulit; kulit akan terasa gatal; terjadi iritasi atau peradangan pada kulit; kulit akan tampak melepuh akibat adanya iritasi; apabila parah, maka akan timbul nanah pada kulit.
Cara Mengobati Serangan Gigitan Tomcat Pengobatan tambahan bisa dilakukan. Pilihannya adalah dengan memakai salep Hydrocortisone satu persen, salep Betametasone, antibiotik Neomycin Sulfat tiga kali sehari, atau dengan salep Acyclovir lima persen. "Yang lebih berbahaya adalah jika sampai terjadi infeksi sekunder. Jadi jangan sampai terjadi luka karena kuman akan masuk,". Penggunaan salep hydrocortisone tak bisa sembarangan. Meski digadang-gadang sebagai obat untuk mengobati serangan Tomcat, namun penggunaan salep ini harus melalu izin dokter ahli. Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Maura Linda Sitanggang menjelaskan, salep hydrocortisone merupakan salah satu jenis obat generik keras. Untuk itu, penggunaan salep tersebut tak bisa dibeli secara bebas tanpa resep dokter. "Harus diperiksa dulu oleh dokter, baru bisa beli obat itu dengan resep dokter," Karena hal tersebut, dihimbau pada korban untuk tidak menggaruk bagian yang memerah walaupun terasa gatal. Selain itu disampaikan pula cara mencegah gigitam tomcat, Yakni dengan menutup semua jendela dan pintu sebelum menyalakan lampu. Sebab, serangga ini tertarik dengan pendaran cahaya lampu. Selain Memakai salep Hydrocortisone satu persen, salep Betametasone, antibiotik Neomycin Sulfat tiga kali sehari, atau dengan salep Acyclovir lima persen untuk menangani gigitan tomcat secara medis, kita juga bisa mencegah serangan serangga Tomcat, Dirjen P2PL Prof dr Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan persnya Selasa (20/3/2012) menyebutkan, jumlah tersebut adalah yang tercatat dan berobat di 7 Puskesmas dan 1 layanan kesehatan swasta di Jawa Timur. "Sebagian pasien sudah sembuh, sebagian lain dengan keluhan di kulit yang tidak terlalu hebat," ungkap Tjandra, Tips cara mencegah dan mengatasi serangan serangga Tomcat: jka ada menemukan serangga ini, jangan dipencet, agar racun tidak mengenai kulit. Masukkan ke dalam plastik dengan hati-hati, terus buang ke tempat yang aman. Hindari terkena kumbang ini pada kulit terbuka. Usahakan pintu tertutup dan bila ada jendela diberi kasa nyamuk untuk mencegah kumbang ini masuk. Tidur menggunakan kelambu jika memang di daerah anda sedang banyak masalah ini. Bila serangga banyak sekali, maka dapat juga lampu diberi jaring pelindung untuk mencegah kumbang jatuh ke manusia. Jangan menggosok kulit dan atau mata bila kumbang ini terkena kulit kita. Bila kumbang ini berada di kulit kita, singkirkan dengan hati-hati, dengan meniup ataumengunakan kertas untuk mengambil kumbang dengan hati-hati. Lakukan inspeksi ke dinding dan langit-langit dekat lampu sebelum tidur. Bila menemui, segera dimatikan dengan menyemprotkan racun serangga. Singkirkan dengan tanpa menyentuhnya. Segera beri air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan serangga ini. Bersihkan lingkungan rumah, terutama tanaman yang tidak terawat yang ada di sekitar rumah yang bisa menjadi tempat kumbang Paederus.

Pasar Timur Tengah Sukai Kondom Bergerigi

Meski pasaran kondom di Indonesia dibanjiri produk impor, anehnya produk kondom Indonesia sendiri sangat disukai oleh konsumen di kawasan Timur Tengah, Iran, Malaysia dan Filipina. Produk yang paling disukai itu adalah 'kondom bergerigi' merek Artika bikinan PT Mitra Rajawali Banjaran (anak perusahan PT Rajawali Nusantara Indonesia). Inovasi kondom bergerigi itu rupanya sesuai dengan selera Kaum Adam di kawasan Timur Tengah. Untuk konsumen Timur Tengah, tentu saja kondom yang dipasarkan ke sana ukurannya lebih besar dibanding yang dipasarkan di Indonesia. Secara fisik saja, ukuran postur orang-orang Timur Tengah lebih besar dibanding lelaki Indonesia. Artinya untuk ukuran kondom pun disesuaikan dengan kebutuhan konsumen di sana. "Ukurannya tentu beda dengan pasaran dalam negeri, tapi kualitasnya sama," kata Presiden Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Ismed Hasan Putro kepada Tribunews, Selasa 27 Maret 2012. Anehnya, meski sudah tembus pasaran mancanegara, penguasaan pasar di dalam negeri masih sangat kecil, yakni baru 2 persen. Selebihnya didominasi produk impor seperti Sutera, Durex dan Fiesta. "Per tahun kita bisa produksi hingga 900 ribu gross biji kondom," tutur Ismed. Seperti diketahui, kondom produksi China pernah dikabarkan ditolak di pasaran Timur Tengah karena ukurannya kekecilan. Tapi Ismed memastikan, produk kondom bikinannya tentu sudah disesuaikan dengan kebutuan pasar tiap negara tujuan ekspor, termasuk Timur Tengah. Ismed yang juga mantan wartawan itu bertutur, sekitar 15 tahun lalu produksi kondom RNI menguasai 25 persen pasar kondom di Indonesia. Tapi serangan produk impor membuat tergencet di pasaran 2 persen. "Padahal potensi pasar kondom di Indonesia mencapai 190 juta kondom per tahun. Ini potensi luar biasa besar tapi belum digarap serius," tegasnya. (Laporan Wartawan Tribunnews.com, Agung Budi Santoso)

Menuju Pemberdayaan Masyarakat Yang Kemandirian

MEMPAWAH, HUMAS---Tekad pemerintah dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat yang mandiri kiat kuat. Setelah di tahun 2007 pemerintah suskes melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri , yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa Tertinggal, maka kini pemerintah mencoba untuk memacu kemandirian masyarakat di desa/kelurahan dengan membentuk Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM). KPM lahir sebagai bentuk impelemntasi dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat dan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan. “KPM ini dibentuk dengan tujuan utama peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan,” kata Sekretaris Badan KB,PP,PA,PM,PD Kabupaten Pontianak, Mochrizal, Selasa (13/3) kemarin. Pemantapan tentang KPM ini dipaparkan secara jelas pada pelaksanaan Pelatihan Pelatih KPM Tingkat Provinsi di Regional I, di Denpasar, Bali, 4-10 Maret 2012. Kegiatan ini diikuti oleh 80 peserta dari regional I Indonesia, seperti provinsi Bali (40 peserta), provinsi Kalimantan Barat (16 peserta), provinsi Kalimantan Tengah (8 peserta), provinsi Kalimantan Timur (8 peserta), dan provinsi Kalimantan Selatan (8 peserta). Sebelum diterjunkan kelapangan, kata Mochrizal, mereka terlebih dahulu pelatih KPM ini diwajibkan mengikuti uji kompetensi nasional. Uji kompetensi itu sendiri dilaksanakan di akhir acara kegiatan, yakni tanggal 10 Maret 2012. Para peserta yang mengikuti kegiatan ininantinya akan menjadi pelatih bagi KPM di daerahnya masing-masing. Setiap desa/kelurahan nantinya akan di bentuk KPM dengan jumlah anggota 5-10 orang. Para kader inilah yang dikemudian hari nanti diharapkan bisa menuntaskan program kemandirian pemberdayaan masyarakat yang keberlanjutan. Apa itu kemandirian? Kemandirian yang dimaksud disini merupakan kemampuan dalam mengorganisir diri sendiri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya. Tugas kemandirian tidak lantas berhenti sampai disi saja, tetapi berlanjut pada olah kemampuan diri dalam mengelola sumber daya tersebut untuk kemudian di manfaatkan mengatasi masalah kemiskinan. Untuk kabupaten Pontianak, Mochrizal telah menyusun sejumlah program kerja KPM. Beberapa program kerja itu adalah melakukan sosialisasi kepada dinas serta instansi terkait tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat dan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan, menggelar seminar serta lokakarya terpadu tentang penanaman nilai-nilai pemberdayaan masyarakat kepada seluruh camat serta kepala desa/lurah, menggelar pelatihan KPM di tingkat desa/kelurahan se-kabupaten Pontianak, dan lain sebagainya. Mengingat seluruh kegiatan itu memerlukan dukungan dana yang tidak sedikit jumlahnya, maka Badan KB,PP,PA,PM,PD Kabupaten Pontianak selaku leading sector pemberdayaan masyarakat, tahun 2012 ini baru bisa melaksanakan kegiatan sosialsiasi saja. Sedangkan untuk kegiatan pelatihan KPM, kemungkinan baru akan dilaksanakan pada tahun depan (2013).(hms)

Mempelam Paoh Yang Terlupakan

MEMPAWAH, HUMAS---Bagi masyarakat kota Mempawah dan sekitarnya, keberadaan pohon Mempelam Paoh bukanlah hal yang baru. Pohon yang berbuah mirip buah mangga ini diam-diam memiliki kisah sejarah yang erat kaitannya dengan asal-usul nama kota Mempawah. Dalam catatan Ellyas Suryani Soren, seorang penulis buku SEJARAH MEMPAWAH Tempo Doeloe, dituliskan bahwa sejumlah sumber dari Mempawah Hulu mengatakan Mempawah berasal dari kata ‘Buah Asam Paoh’, sementara sumber lain dari Mempawah Hilir menyebutkan bahwa Mempawah berasal dari kata ‘Mempelam Paoh’. Baik pohon maupun buah mempelam paoh ini dulunya banyak di temukan di sekitar kota Mempawah, tepatnya disela-sela pohon nipah, di daratan yang tidak jauh dari laut. Pendapat berbeda juga di kemukakan oleh sejumlah sumber lain, dimana mereka menyebutkan mempawah berasal dari bahasa Cina, yakni ‘Nam Pa Wa’, yang berarti ‘Arah Selatan’. Pendapat ini terbilang cukup mendasar karena berdasarkan catatan sejarah yang ada orang-orang Cina dulu pernah datang ke daerah pesisir pantai Kalimantan Barat, sekitar pertengahan abad ke 16 (ketika itu Kerajaan Bangkule masih berdiri) sampai abad ke 18 (saat Belanda menduduki tanah air). Karena dialeg orang-orang Cina, kata Nam Pa Wa di lafaskan menjadi kata Mempawah. Catatan sejarah yang lain menyebutkan bahwa Pendiri kerajaan Mempawah, Panembahan Adijaya, menamakan kerajaannya dengan nama Mempawah. Nama ini terinspirasi dari imbasan kata Asam Paoh, Mempelam Paoh, dan Nam Pa Wah. Di jaman pemerintahan Hindia Belanda, mereka kemudian mengubah nama Mempawah menjadi Mempawa. Seiring dengan berjalannya waktu, oleh almarhum Panembahan Muhammad Taufik Accamaddin (sumber Buku Hari Jadi/Lahir Kota Mempawah oleh M. Yusuf Sahar) nama Mempawa dikembalikan lagi ke nama asalnya, yakni Mempawah. Lantas, mengapa setiap tanggal 15 Februari diperingati sebagai hari jadi kota Mempawah? Menurut catatan yang di buat oleh M. Yusuf Sahar dalam bukunya yang berjudul Hari Jadi/Lahir Kota Mempawah, disana dituliskan hari Rabu, tanggal 8 Jumaidil Akhir 1175 H atau 1761 M sebagai hari lahirnya kota Mempawah. Pendapat Yusuf Sahar ini terbilang cukup beralasan karena dirinya mencatat ada 3 peristiwa penting yang satu sama lain saling bertalian. Ke 3 peristiwa itu adalah berpindahnya ibukota Kerajaan yang di sebut Mempawah sekarang dari Sebukit Kerajaan oleh Panembahan Adijaya yang menamakannya; hapusnya sebuah kerajaan bernama Bungkale Rajakng secara otomatis; dan berdirinya sebuah kerajaan Mempawah dengan raja pertamanya Panembahan Adijaya pada hari Rabu, tanggal 8 Jumaidil Akhir 1175 H atau 1761 M. Dalam sarasehan kedua, 15 Februari 1980, pendapat M. Yusuf Sahar ini sempat di bahas secara mendalam oleh para peserta. Di akhir pertemuan tersebut, para peserta sepakat menerima pendapat tersebut dan menetapkan penggunaan hitungan tahun Masehi sebagai metode penghitungan hari jadi kota Mempawah. Sedangkan ritual acara Robok-Robok di sepakati untuk digelar pada hari Rabu, minggu terakhir di bulan Syafar. Sebagai upaya pelestarian sejarah, sekaligus mensukseskan program pemerintah dalam penanaman seribu pohon, Marsupandi, salah seorang staf di Kantor Informasi, Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Pontianak, memberikan secara simbolis bibit pohon Mempelam Paoh kepada bupati Pontianak, Ria Norsan. Penyerahan pohon bersejarah ini disampaikan diacara peringatan HUT ke-49 Pemindahan Ibukota Kabupaten Pontianak di Mempawah, Jumat (3/2) lalu. Upacara bendera ini digelar di Halaman Kantor Bupati Pontianak. Baik pemimpin, pembina maupun panitia upacara semuanya mengenakan busana Telok Belaga’ bermotifkan Awan Berarak. Tak ketinggalan peserta upacaranya pun mengenakan busana bermotif Awan Berarak.(go/hms)

Selasa, 20 Maret 2012

Kabupaten Pontianak Munuju 2025

MEMPAWAH, HUMAS---Sebagai daerah yang dinamis, kabupaten Pontianak saat ini tengah berbenah menuju terwujudnya pembangunan 2025. Pelaksanaan pembangunan berbasis ekonomi kerakyatan yang ramah lingkungan ini jauh hari telah di rancang dalam masterplan pembangunan ekonomi kabupaten Pontianak, 2011-2025. Penjelasan ini disampaikan Wakil Bupati Pontianak, Rubijanto, saat melakukan ekspose pembangunan kepada peserta KKM Prodi IP Fisip Untan, belum lama ini, di Aula Kantor Bupati Pontianak. Acara ini diikuti oleh 236 mahasiswa Prodi IP Fisip Untan, Ketua serta dosen Prodi IP Fisip Untan, kepala SKPD, serta para camat. Dalam pemaparannya wakil bupati Pontianak mengatakan rencana pemerintah kabupaten Pontianak akan membangun sejumlah proyek di beberapa kecamatan. Proyek pembangunan ini ada yang dikerjakan oleh dinas serta instansi terkait, dan ada pula yang di kerjasamakan dengan pihak swasta. “Pada dasarnya dalam pelaksanaan pembangunan, kita tetap mengedepankan prinsip-prinsip kemitraan, khususnya dengan pihak swasta, baik lokal, nasional maupun asing,” kata Rubijanto menjelaskan. Apa saja proyek pembangunan pemerintah kabupaten Pontianak itu? Proyek pembangunan itu berupa pembangunan Sungai Kunyit Kompleks seluas 3.540 ha untuk sentra padi, kelapa dan ternak; pengolahan tepung tapioka seluas 150 ha di kecamatan Sungai Kunyit; bekerjasama dengan PT Antam dalam pembangunan pabrik alumina dilahan seluas 60 ha di kecamatan Sungai Kunyit; pembangunan Pelabuhan Internasional Temajo di Pulau Temajo; pengolahan kelapa terpadu dilahan seluas 24.340 ha di kecamatan Mempawah Hilir; melanjutkan pembangunan Pelabuhan Regional Kuala Mempawah; membangun sentra budidaya nanas di lahan seluas 1.260 ha di kecamatan Sungai Kunyit; meningkatkan mutu serta produktiivitas sentra khusus kawasan benih di kecamatan Anjongan; membangun Food Estate di lahan seluas 20.000 he di kecamatan Siantan dan kecamatan Segedong dan lain sebagainya. Dari sekian banyak proyek berskala besar ini, kata Rubijanto, beberapa diantaranya telah ada yang di kerjakan. Untuk bisa mewujudkan rencana pembangunan tersebut, dukungan serta bantuan dari pemerintah pusat dan provinsi sangatlah di perlukan. Melalui kerjasama yang baik antar dinas serta instansi terkait, dan pihak swasta, pemerintah kabupaten yakin rencana besar itu akan terlaksana sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan.(go/hms)

Evaluasi P2W-KSS

MEMPAWAH, HUMAS—Guna peningkatan kualitas pelaksanaan Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat (P2W-KSS) di tahun 2012, Tim P2W-KSS Kabupaten Pontianak berencana menggelar rapat evaluasi. Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan di Kamis (22/3) pagi, Aula Atas Kantor Bupati Pontianak. Dalam kesempatan yang sama juga dilakukan ekspose potensi dan permasalahan desa binaan program P2W-KSS Tahun 2012. Untuk tahun ini Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir di tunjuk sebagai desa binaan program P2W-KSS Kabupaten Pontianak. “Kegiatan P2W-KSS merupakan program terpadu peningkatan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan secara terkoordinasi untuk meningkatkan kualitas keluarga,” kata Plt Kabag Humas dan Protokol Setdakab Pontianak, Suroto. Mengingat sifatnya yang terpadu, sambung Suroto, pelaksanaan P2W-KSS akan melibatkan semua lini sektor pemerintahan. Sesuai dengan petunjuk teknis yang ada, pelaksakaan program ini (P2W-KSS) diarahkan untuk pencapaian peningkatan taraf hidup masyarakat, baik dari sektor kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial. Melalui program ini, pemerintah ingin masyarakat bisa memanfaatkan SDA (Sumber Daya Alam) yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. “Disini peran pemerintah desa dan kecamatan sangat jelas terlihat. Untuk itu, adalah menjadi tanggungjawab kita bersama untuk memaksimalkan program nasional ini,” imbuhnya.(go/hms)

Senin, 19 Maret 2012

Jemput Bola Ala KPP Pratama Mempawah


MEMPAWAH, HUMAS---Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Mempawah diam-diam memiliki ‘jurus’ jitu dalam pencapaian target penerimaan pajak. Trik ini terungkap saat gelar jumpa pers dengan Kepala KPP Pratama Mempawah, Henny Suatri Suardi dan Bupati Pontianak, Ria Norsan, di Aula Bupati Pontianak, Senin (12/3) kemarin.

Seperti dikatakan Henny, KPP Pratama Mempawah sampai saat ini memiliki prestasi yang gemilang. Salah satunya adalah adanya grafik peningkatan kepatuhan wajib pajak dalam penyampaian SPT tahunan. Dimana berdasarkan data yang ada, wajib pajak terdaftar di kabupaten Pontianak jumlahnya mencapai 16.254 wajib pajak. Dari angka tersebut, jumlah wajib pajak yang efektif adalah 15.930. “Angka ini lebih besar 67,5 persen di banding tahun 2010,” katanya.

Menjawab pertanyaan dari Johan wahyudi, wartawan Borneo Tribune, soal langkah kongkret dari KPP Pratama Mempawah dalam pencapaian target penerimaan pajak, secara lugas Henny menerangkan sejak awal pihaknya selalu menerapkan pola ‘jemput bola’. Melalui pola ini, pihaknya berupaya untuk mendatangi wajib pajak, baik itu pejabat daerah, pengusaha, tokoh masyarakat, tokoh agama dan lain sebagainya. Sebagai contoh, beberapa waktu lalu KPP Pratama Mempawah telah bekerjasama dengan Polres Pontianak untuk pengisian SPT Tahunan.

Terkait soal peningkatan kesadaran wajib pajak, sebagaimana di tanyakan Rosyid , wartawan Tribune Pontianak, Henny menjelaskan bahwa KPP Pratama Mempawah saat ini tengah gencar-gencarnya melaksanakan sosialsiasi tentang pajak. Salah satunya adalah dengan melaksanakan kegiatan Pekan Panutan Pajak setiap tahun. Dengan adanya penyampaian SPT Tahunan yang dilakukan oleh kepala daerah dan pejabat penting daerah lainnya, di harapkan akan timbul kesadaran dari diri wajib pajak lain untuk mencontohnya.

Sementara itu Hamdan Abubakar, wartawan Pontianak Post, menanyakan tentang peran serta Ketua RT/RW dalam penyampaian SPT Tahunan, khususnya kebijakan pemerintah kabupaten Pontianak mengenai honor. Mendapat pertanyaan yang demikian, bupati Pontianak, Ria Norsan, mengatakan usulan untuk pemerian insentif bagi ketua RT/RW sebenarnya sudah lama dibahas. Namun, untuk sementara belum bisa terealisir secara penuh. “Pemberian insentif ini teah kita usulkan. Soal besarannya, hal itu disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah,” terangnya.

Dalam kesempatan tersebut, bupati juga mengingatkan kepada kepala desa agar segera melaporkan ke KPP Pratama Mempawah, apabila di daerahnya terjadi transaksi jual beli tanah. Hal ini penting untuk dilakukan agar Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dapat segera di urus. Langkah ini sangat tepat dilakukan karena pajak dibayar oleh rakyat dan dipergunakan untuk kepentingan rakyat.

Menurut Norsan, sistem perpajakan dikatakan efektif apabila pajak mampu memberikan manfaat maksimal bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini akan terjadi apabila, pertama jumlahnya memadai, sehingga mampu menopang berbagai kegiatan Pemerintah untuk melakukan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik. Kedua, strukturnya mencerminkan keadilan dalam perpajakan, artinya orang-orang yang lebih kaya dikenakan beban pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang lebih miskin. Ketiga, penggunaannya tepat sasaran. “Tugas pemerintah adalah meyakinkan masyarakat kalau pajak yang dipungut dari masyarakat memenuhi azas keadilan dalam perpajakan,” paparnya.(hms)

2014 Pemkab Pontianak Kelola PBB P2 dan BPHTB


MEMPAWAH, HUMAS--- Pemerintah kabupaten Pontianak saat ini tengah bersiap melaksanakan sistem pengelolaan Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Kedua pajak itu nantinya akan di kelola sebagai pajak daerah. Pengalihan PBB-P2 dan BPHTB dalam UU No 28 Tahun 2009 diatur masa transisinya. Untuk BPHTB mulai dipungut daerah 1 Januari 2011 dan PBB-P2 mulai 1 Januari 2012 dan paling lambat 1 Januari 2014.

Hal ini disampaikan Bupati Pontianak, Ria Norsan usai menghadiri Pekan Panutan Pajak, Senin (12/3) kemarin, di Aula Kantor Bupati Pontianak. Dikatakan olehnya, sebagaimana bunyi Pasal 185 UU PDRD, maka sejak 1 Januari 2010 pemerintah kabupaten/kota sudah diperbolehkan untuk menerima pengalihan PBB P2 dan BPHTB. Namun, pemerintah pusat tentu menyadari bahwa tidak semua daerah siap dengan perubahan ini. Diperlukan persiapan-persiapan yang matang sampai pemerintah daerah benar-benar siap untuk menerapkan kebijakan pengalihan ini.

Terkait masa persiapan ini, pemerintah mendelegasikan Menteri Keuangan bersama dengan Menteri Dalam Negeri untuk mengatur tahapan pengalihan PBB P2 dan BPHTB. Selain itu, pemerintah juga memberikan tenggang waktu kepada pemerintah daerah untuk menyiapkan segala kelengkapan guna mendukung kebijakan baru tersebut.

Seperti yang diatur dalam Pasal 182 UU PDRD, pemerintah memberikan tenggang waktu sampai dengan 31 Desember 2013. Artinya, suka atau tidak suka, pemerintah daerah harus menerima pengalihan PBB P2 beserta seluruh aspeknya, mulai dari pengiriman Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sampai dengan penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), pemenuhan hak Wajib Pajak sampai dengan sengketa dengan Wajib Pajak di Pengadilan Pajak, Jakarta.

Sedangkan, BPHTB dialihkan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak berlakunya UU PDRD, yakni pada 31 Desember 2010. Yang patut disayangkan, sampai dengan saat tulisan ini diturunkan, peraturan pelaksana yang akan mengatur lebih lanjut tentang tahapan pengalihan PBB P2 dan BPHTB sesuai dengan Pasal 182 tersebut, belum juga diterbitkan. Padahal, bagi pemerintah kabupaten/kota yang sudah matang tingkat persiapannya, mungkin saja ingin secepatnya menerima pengalihan pajak tersebut.

Selama masa transisi, pemerintah telah mempersiapkan tahapan pengalihan PBB-P2 dan BPHTB. Kebijakan ini dilakukan agar pada waktu pemungutan kedua pajak tersebut dapat dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah daerah. “Disatu sisi hal ini jelas menguntungkan bagi daerah. Namun, disisi lain beban tanggungjawab daerah bertambah besar,” jelas bupati Norsan.

Beban tanggungjawab yang dimaksud, sambung bupati, adalah pemerintah daerah dituntut bisa memberikan pelayanan prima kepada masyarakat (Wajib Pajak PBB dan BPHTB) sebagaimana yang telah diberikan oleh KPP Pratama Mempawah saat ini. Menjelang pengalihan tanggungjawab pengelolaan PBB P2 dan BPHTB, ada 4 hal penting yang patut menjadi perhatian, yakni pemenuhan hak dan kewajiban wajib pajak, penyiapan administrasi PBB P2 dan pengelolaan BPHTB, pemahaman metode penilaian pojek PBB, dan pemahaman tentang karakter PBB P2 dan BPHTB.

Terkait soal penentuan target PBB-P2 dan BPHTB di 2014 mendatang, bupati menjelaskan bahwa bukanl hal mudah dalam memprediksi atau menargetkan besaran pajak yang akan diperoleh sebuah kabupaten/kota. Mengapa? Karena objek BPHTB memiliki sifat yang spesifik, yakni tergantung pada volume transaksi perolehan hak atas tanah yang sangat sulit untuk diprediksi setiap tahunnya. Pengalihan PBB P2 dan BPHTB akan berpengaruh pada penerimaan daerah kabupaten/kota.

Pendapatan daerah diyakini meningkat apabila penerimaan PBB P2 dan BPHTB akan sepenuhnya menjadi bagian kabupaten/kota. Selain itu, pendapatan daerah juga akan naik bila pengenaan BPHTB untuk waris, hibah wasiat dan hak pengelolaan dihapuskan. Sebaliknya, penurunan penerimaan daerah akan terjadi jika NJOPTKP sekurang-kurangnya Rp10 juta atau NPOPTKP sekurang-kurangnya Rp60 juta. Untuk hibah wasiat satu derajat dan waris, diberikan NPOPTKP sekurang-kurangnya Rp300 juta.(hms)

Pers Yang Berimbang, Independen dan Mencerdaskan


MEMPAWAH, HUMAS--Keberadaan pers dalam pembangunan nasional sangatlah penting. Selain dituntut mampu menyediakan informasi yang objektif, pers juga diminta bisa menyajikan produk pemberitaan yang berimbang, independen dan mencerdaskan.

“Tiga kata ini (berimbang, independen dan cerdas) penting untuk diaktualisasikan guna terselenggaranya tata pemerintahan yang kuat. Kuat yang dimaksud disini bukan berarti otoriter dalam menjalankan pemerintahan," kata bupati Pontianak Ria Norsan, terkait peringatan Hari Pers Nasional ke-27, Kamis (9/2) kemarin.

Menurut Norsan, diera keterbukaan seperti saat ini pers hendaknya mampu pemposisikan diri sebagai mediasi publik yang netral. Pers juga di tuntut untuk bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah. Tentunya dengan tetap mengedepankan prinsip kode etik jurnalistik. Dalam melaksanakan tugas, fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers diminta untuk menghormati hak asasi setiap orang, khususnya nara sumber.

Di bidang pemberitaan, bupati mengingatkan kepada para pewarta untuk selalu menguji informasi yang masuk, untuk kemudian memberitakannya secara berimbang dan proporsional, tanpa mencampur adukkan fakta dan opini yang sifatnya menghakimi, dengan tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah.

“Di momen yang bahagia ini, saya atas nama pemerintah daerah kabupaten Pontianak mengucapkan selamat Hari Pers Nasional ke-27. Semoga kedepannya pers bisa lebih bijaksana dan arif dalam menyajikan pemberitaan yang informatif dan edukatif kepada publik,” ungkap Norsan. (go/hms)

Buka Peluang Usaha Kecil


MEMPAWAH, HUMAS---Peluang untuk tumbuh dan berkembangnya usaha kecil di kecamatan Mempawah Timur terbuka lebar. Kehadiran ‘Rumah Oleh’oleh’ yang menjual ragam oleh-oleh khas kabupaten Pontianak merupakan salah satu solusi bagi para pengusaha kecil dalam memasarkan produknya.

Salah satu produk makanan ringan yang banyak diminati adalah keripik pisang. “Untuk produk keripik pisang, alhamdulillah permintaannya cukup tinggi. Selain harganya terjangkau, kemasannya juga menarik,” kata Daeng Juniati, Camat Mempawah Timur.

Keripik pisang jadi primadona karena memiliki rasa yang unik. Ada rasa jagung bakar, keju, coklat, balado, pedas manis dan lain sebagainya. Pengolahannya juga relatif mudah dan murah. Namun sayang. Tingginya permintaan konsumen tersebut tidak di barengi dengan ketersediaan bahan baku, berupa pisang nipah/kepok. Untuk di kecamatan Mempawah Timur, ketersediaan pisang nipah ini sangat terbatas. Alhasil, tidak sedikit pelaku insdustri keripik pisang yang mencari pisang nipah hingga ke kecamatan Sungai Kunyit.

Kurangnya ketersediaan bahan baku pisang nipah ini menurut Juniati merupakan sebuah peluang usaha baru di bidang pertanian. Disebut demikian karena permintaan akan pisang nipah dipasaran sangat tinggi. Lagi pula, penanaman pisang nipah tidaklah terlalu sulit. “Peluang bisnis ini hendaknya mampu dimanfaatkan dengan baik oleh para petani di kabupaten Pontianak. Jika sebelumnya pisang nipah kurang dilirik, maka kini keberadaannya telah menjadi primadona,” terang perempuan berjilbab ini ramah.

Terkait soal lahan pertanian, Juniati menerangkan bahwa kecamatan Mempawah Timur masih banyak menyimpan potensi lahan pertanian yang subur. Kekayaan alam tak ternilai ini merupakan modal usaha yang menguntungkan bagi para petani dalam mengembangkan tanaman pisang nipah yang bernilai ekonomis tinggi.

Selain bersyukur atas majunya usaha kecil di wilayah kerjanya. Juniati juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak perbankan yang telah membantu memberikan pinjaman modal usaha kepada para pengrajin kecil di kecamatan Mempawah Timur. Terimakasih yang sama juga disampikan kepada PNPM-MPd, Dinas Perindagkoptamben Kabupaten Pontianak serta Balai POM yang telah memberikan bimbingan serta arahan yang mebermanfaat bagi kemajuan usaha kecil. (hms)