Minggu, 28 Juni 2009

Kawin Kontrak Rendahkan Martabat Perempuan

PONTIANAK—Kawin kontrak atau mut’ah kian marak terjadi antara lelaki Timur Tengah dengan perempuan lokal. Di tanah Jawa, kawasan wisata Puncak, Bogor selalu menjadi tempat terfavorit untuk melangsungkan kawin kontrak. Ironisnya semua itu dilakukan atas dasar alasan ekonomi, bukan atas dasar tujuan dari pernikahan yang sesungguhnya. Persoalan mulai terasa semakin rumit manakala perkawinan tersebut menghasilkan keturunan.

Dalam perspektif dunia Islam, kawin kontrak jelas tidak di benarkan. Kawin kontrak bertentangan dengan tujuan persyari’atan akad nikah, yakni membangun ikatan keluarga yang langgeng (mitsaqan ghalidzha) yang dipenuhi dengan sinar kedamaian (sakinah), saling cinta (mawaddah), dan saling kasih-sayang (rahmah).

Selain berseberangan dengan ajaran keislaman, dimana masyoritas umat Islam di Indonesia penganut paham Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah), pelaksanaan kawin kontrak juga bertentangan dengan UU Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam yang sifatnya mengikat. Bagimana tanggapan organisasi keislaman menyikapi persoalan ini?

Majelis Ulama Indonesia (MUI) ternyata tidak tinggal diam. Dalam fatwanya, MUI telah mengharamkan terjadinya kawin kontrak atau mut’ah. Dalilnya adalah Quran Surah Al Mukminun (23) ayat 5-6, yakni “Dan (diantara sifat mukmin itu) mereka memelihara kemaluannya kecuali terhadap istri atau jariah mereka maka sesungguhnya mereka (dalam hal ini) tidak tercela”.

Ayat di atas menurut Ketua MUI Kalbar, dr H Achmad Zaim M.Kes, menjelaskan hubungan kelamin hanya di perbolehkan kepada wanita yang telah bestatus istri atau jariah yang sah. “Wanita yang diambil sebagai jalan mut’ah tidak berfungsi sebagai jariah. Akad mut’ah bukan akad nikah,” katanya kepada Pontianak Post, Kamis (14/5) kemarin.

Beberapa alasan yang mendasari pemikiran itu adalah mut’ah tidak saling mewarisi, sementara akad nikah menjadi penyebab memperoleh harta warisan; iddah mut’ah tidak seperti iddah nikah biasa; dengan akad nikah menjadi kuranglah hak seseorang dalam hubungan dengan kebolehan beristri empat, sedangkan mut’ah tidaklah demikian; dengan melakukan mut’ah, seseorang tidak dianggap menjadi muhsan, karena wanita yang diambil dengan jalan mut’ah tidak berfungsi sebagai istri. Mut’ah tidak menjadikan status wanita sebagai istri dan tidak pula berstatus jariah.

Persoalan mut’ah ini di diskusikan MUI Kalbar dengan Ayatullah Syah Yusuf Ghomii, seorang ahli fiqih pada pusat kanjian Islam di Ghom, Iran, September 2005. Kepada rombongan MUI Kalbar, mantan hakim agung di Iran itu menegaskan meskipun masyarakat Islam di Iran berpaham Syiah, namun mereka tidak sepakat dengan praktik poligami, terlebih dilakukan tanpa persetujuan istri.

Pandangan yang sama juga di sampaikan oleh Pimpinan DPW Muhammadiyah Kalimantan Barat, Drs Pabali Musa MAg. Dikatakan, Islam tidak membenarkan kawin kontrak atau mut’ah. Di jaman Rasullullah SAW, ketika Islam mulai berkembang, mut’ah memang pernah ada, tapi kemudian diharamkan, sebagaimana dinyatakan oleh al-Imam an-Nawawi dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim:

“yang benar dalam masalah nikah mut’ah ini adalah bahwa pernah dibolehkan dan kemudian diharamkan sebanyak dua kali; yakni dibolehkan sebelum perang Khaibar, tapi kemudian diharamkan ketika perang Khaibar. Kemudian dibolehkan selama tiga hari ketika fathu Makkah, atau hari perang Authas, kemudian setelah itu diharamkan untuk selamanya sampai hari kiamat”.

Kenapa dibolehkan? Karena ketika itu dalam keadaan perang yang jauh dari istri, sehingga para sahabat yang ikut perang merasa sangat berat. Dan lagi pada masa itu masih dalam masa peralihan dari kebiasaan zaman jahiliyah. Jadi wajar jika Allah memberikan keringanan (rukhshah) bagi para sahabat ketika itu.

Jika di kompirasikan dengan keadaan sekarang, maka mut’ah jelas tidak lagi sesuai. Pasalnya, pelaku mut’ah yang sebagian beragama Islam asal Timur Tengah telah nyata-nyata melakukan mut’ah dengan dalil senang-senang atau berwisata. “Mut’ah yang mereka lakukan hanya mementingkan cinta sesaat dan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Mut’ah bisa di katagorikan sebagai praktik perdagangan orang yang terselubung,” ungkap Pabali.

Apa pandangan pakar hukum terhadap kawin kontrak? H Rusdi Said SH MH, pakar hukum dari Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura mengaku kurang sependapat dengan adanya kawin kontrak atau mut’ah. Menurutnya, kawin kontrak telah menodai aturan hukum positif. Demi memuaskan nafsu syahwat, para pelaku kawin kontrak terkadang menghalalkan secara cara, termasuk memalsukan dokumen domisili, status perkawinan, serta keterangan kewarganegaraan yang dikeluarkan Kedutaan Besar Negara yang bersangkutan.

Rusdi juga menegarai, maraknya kawin kontrak yang terjadi antara pria asing dengan perempuan local terjadi karena ada campur tangan pihak ketiga (calo, red), yang notebene adalah warga Indonesia sendiri. “Kedengarannya memang amat miris. Disaat Negara kita getol mengumandangkan anti perdanganan orang di negeri orang, ternyata praktik tercela itu dilakukan oleh anak negeri sendiri,” ungkapnya sedih.

Untuk menghindari terjadinya efek ikutan dari kawin kontrak, Rusdi meminta kepada aparat penegak hukum untuk bisa bertindak tegas. Bila perlu, pelaku maupun calo kawin kontrak di ganjar dengan hukuman yang berat. Bagaimana caranya? Lakukan razia pada lokasi-lokasi yang disinyalir kuat sebagai sarang pelaksanaan kawin kontrak. Jika petugas mendapati ada pasutri (pasangan suami istri) yang tidak bisa menunjukkan Surat Nikah serta KTP yang berstatus menikah dan memiliki alamat yang berbeda, maka mereka layak di curigai sebagai pasangan kawin kontrak. “Semua itu hanya bisa dilakukan jika semua pihak menunjukkan etiket yang baik,” imbuh Rusdi.(go)

Ketika Cium Tangan Jadi Cipika Cipiki

Di era tahun 50-an, seorang anak ingin berpamitan kepada orang tuanya selalu mencium punggung tangan kanan orangtuanya. Semua itu dilakukan sebagai bukti tanda hormat dan cinta. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya masyarakat ke Timuran itu mulai berganti dengan cipika cipiki (cium pipi kiri cium pipi kanan). Prilaku kebarat-baratan alias westernisasi itu sepertinya lebih popular, khususnya di kalangan anak muda. Mengapa demikian?

Catatan Pringgo—Pontianak

SORE itu sekelompok anak muda terlihat tengah asyik berjalan-jalan di sebuah Mall. Dari kejauhan, mendadak datang beberapa orang gadis belia menghampiri. Dengan tanpa risih sedikitpun, si gadis yang kala itu mengenakan kaos oblong plus celana pendek model masa kini langsung cipika cipiki kepada rekan prianya.

Tak lama berselang, melintas seorang pria setengah baya. Kumpulan muda-mudi itu sepertinya kenal betul dengan sosok pria yang dimaksud. Tanpa rasa sungkan sedikitpun, salah seorang dari mereka langsung menyapa sembari mengangkat tangan. Dengan penuh keakraban dia berkata “apa kabar pak”.

Pemandangan seperti itu bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan mungkin terbilang biasa. Malah sebagian orang menilai kalau hal itu adalah bagian dari gaya hidup modern. Cara pandang yang demikian menurut Drs Erwandi MSi, Humas Poli Teknik Negeri Pontianak jelas salah. Pasalnya, mereka (gerenasi muda) telah lupa akan jati dirinya sebagai bangsa Timur yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kesopanan, khususnya etika bergaul.

Dirinya menilai, aksi cipika cipiki yang ‘lazim’ dilakukan para anak muda itu besar kemungkinan terinspirasi dari pergaulan generasi muda di Barat yang tayangan televisi. Mereka sepertinya lupa bahwa hal yang demikian berseberangan dengan adat istiadat yang ada di tanah air.

Sedikit mengingatkan, dahulu ketika seseorang hendak berpamitan, si muda selalu mecium tangan mereka yang di tuakan. Ini merupakan sebagai bentuk tanda hormat. Kebiasaan ini tumbuh dan berkembang di hampir semua keluarga. Ketika sang anak akan berangkat ke sekolah, ia selalu mencium tangan orangtuanya. Saat suami hendak pergi ke kantor, dengan penuh kasih sayang sang istri kerap mencium tangan suaminya sebagai tanda bakti.

Tapi sekarang semuanya berbeda. Sejak budaya Westernisasi menyerbu Indonesia, hal-hal kecil yang demikian mulai hilang. Di kalangan muda mudi, yang popular malah kebiasaan cipika cipiki. Bila sudah begini kelakuan anak bangsa, lantas bagaimana masa depan bangsa ini. “Saya merasa prihatin. Dimata mereka tradisi cium tangan kepada orang yang di tuakan sepertinya dianggap kuno,” ungkapnya.

Bila sudah demikian, lantas siapa pihak yang patut dipersalahkan. Jawabannya tentu semua pihak. Mengapa? Karena tugas untuk mengajarkan etika, budi pekerti serta sopan santu dalam hidup dan kehidupan merupakan tanggungjawab dari semua pihak, baik itu orangtua, guru maupun masyarakat yang ada di sekitar.

Anak Hantu di Bagikan Secara Percuma

Rektor Universitas Tanjungpura (Untan), Prof DR H Chairil Effendi MS punya gaya yang unik dalam acara pengukuhan dirinya sebagai guru besar Untan. Dalam acara tersebut, dia membagikan “Anak Hantu”. Karya sastra lisan yang di bukukan itu

merupakan rekaman dari penuturan Marjani, warga Kampung Sejangkung, Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas. Apa yang menjadi alasan Chairil membagikan karya sastra lawas tersebut?

Catatan Pringgo—Pontianak

MENDENGAR nama anak hantu, dalam imajinasi kita tentu akan muncul sosok yang menyerankanAnak hantu mungkin di gambarkan sebagai mahluk yang berkulit hitam legam, bertubuh tinggi besar, bertaring serta berambut panjang yang awut-awutan. Benarkah demikian? Ternyata desktipsi tentang sosok Anak Hantu itu salah besar.

Folklore Anak Hantu itu sebenarnya memuat petuah bijak tentang sifat hidup manusia. Berdasarkan penuturan Marjani yang kemudian di rekam, di deskripsikan, di terjemahkan dan di tulis oleh Chairil Effendi. Buku Anak Hantu itu sendiri menceritakan kisah seorang putri raja yang tengah jatuh sakit. Kondisi putri yang amat memprihatinkan itu telah membuat hati sang raja risau.

Berbagai cara telah dilakukannya untuk menyembuhkan sang putri. Tapi sayang, ikhtiarnya tidak membuahkan hasil. Suatu ketika, raja bermimpi mendapat bisikan gaib Kepadanya, suara gaib itu memberi tahu kalau sang putri hanya bisa di sembuhkan oleh seorang miskin yang tinggal di ujung wilayah kerajaan. Suara gaib itu juga mengingatkan kepada sang raja untuk tidak inkar janji.

Keesokan harinya, sang raja memerintahkan kepada patih untuk memanggil seorang miskin tinggal di ujung kerajaan. Si miskin itu setiap hari bekerja sebagai pencari miding (tanaman paku-pakuan) di hutan. Ketika sampai di hadapan raja, si miskin langsung membuat air penawar. Ajaib. Dalam sekejab sang putri langsung sembuh seperti sedia kala. Merasa senang hati, raja pun menawarkan hadiah kepada si miskin. Kepada sang raja, si miskin hanya mengajukan satu permintaan, yakni berikan hadiah kepada tiga anak hantu yang saat ini tengah berkeliaran di luar sana.

Siapa gerangan tiga anak hantu yang dimaksud? Anak hantu yang pertama memiliki rambut yang panjang diikat, pipi di beri pupur, suka berteriak-teriak sewaktu orang sedang sembahyang Magrib. Yang perempuan selalu tampil dengan dandannan lelaki dan senang mengenakan celana pendek. Anak hantu yang kedua selalu berjalan tilanggak-langgak, bersiul-siul, sepak kiri-kanan, dan ketika berjumpa barang orang selalu dirusakkan. Sementara anak hantu ketiga selalu mengurangi timbangan. Sekilo dikatakan delapan ons, delapan ons dikatakan sekilo.
Kisah tiga anak hantu itu sebenarnya merupakan gambaran dari sifat manusia yang mulai lupa akan nilai-nilai kehidupan. Sikap hidup yang seharusnya penuh kasih sayang, sopan santun, serta ikhlas hati ternyata telah berganti dengan sifat benci, angkuh, sombong, serta riak. “Anak Hantu ini merupakan satu dari lima cerita rakyat yang ada dalam seri dongeng Melayu. Lima cerita lain yang juga terbit dalam buku Anak Hantu ini adalah kisah Si Bondang, Si Arif dan Si Bahlul, serta kisah Si Jalal dan Si Jalil, serta kisah Si Rancah Matahari dan Si Rancah Bulan,” terang Chairil yang 9 Mei lalu berulang tahun ke-52.

Ketertarikan Chairil terhadap cerita rakyat ini bermula saat Nek Keti, nenek dari sisi ayahnya. Kira-kira empat puluh lima hingga empat puluh tahun lalu, saya beserta kakak dan adik-adik saya, setiap malam, menjelang tidur, selalu “didongengi”[1] oleh nenek. Setiap malam, selama bertahun-tahun, nenek men-“dongeng”-kan berbagai cerita: cerita tentang kehidupan binatang, cerita tentang kehidupan orang-orang pandir, cerita tentang kehidupan orang-orang miskin, cerita tentang kehidupan para peri, cerita tentang kehidupan para raja dan putri-putrinya yang cantik nan jelita, cerita tentang kehidupan para wira, cerita tentang kehidupan para dewa di kayangan, dan sebagainya.

Nenek saya pandai sekali men-“dongeng”. Ia campin mendeskripsikan tampilan fisik dan karakter para tokohnya sehingga kami sering berdecak kagum membayangkan kecantikan putri kayangan dan kegagahan tokoh divine being—manusia setengah dewa; benci dan takut membayangkan tokoh-tokoh raksasa seperti Nenek Gergasi; atau, tertawa terbahak-bahak membayangkan kebodohan Pak Pandir, Pak Belalang, Lebai Malang, atau Pak Salui. Dalam pada itu, ia juga piawai menjalin berbagai kejadian dan peristiwa sehingga kami selalu penasaran dan menyela penceritaan nenek untuk mengetahui kelanjutan jalan ceritanya dengan kata-kata “terus apalagi, Nek”, “lalu bagaimana nasib si putri”, dan sebagainya. Meskipun demikian, tidak jarang pula kami terlelap sebelum nenek menyelesaikan ceritanya. Menurut cerita ibu kepada kami, setelah kami dewasa, ibu kerap melihat nenek terus men-“dongeng” sementara kami telah berlayar di alam mimpi.

Setelah lama nenek meninggal dunia kerap muncul pertanyaan dalam benak saya bagaimana nenek dapat melakukan semua itu? Bagaimana proses dia menjadi pen-“dongeng handal”? Dari siapa dan bagaimana dia mendapatkan cerita-ceritanya? Mungkinkah dia menghafal cerita yang jumlahnya banyak itu? Apakah dengan mendongeng itu nenek semata-mata ingin mendongeng atau ingin menyampaikan sesuatu kepada kami? Mengapa semakin hari semakin sedikit orang yang pandai mendongeng?

“Pertanyaan-pertanyaan itu sangat menggoda. Seperti air mengalir, sejak tahun 1977, saya mulai mempelajari dan menggeluti dunia sastra sebagai satu disiplin ilmu. Dan Alhamdulillah, dari cerita rakyat yang di kisahkan oleh Nek Keti itu saya dikukuhkan sebagai guru besar dengan menyandang gelar professor,” ungkap pria kelahiran Singkawang, 9 Mei 1957 ini.


Pengendali Rayap dari Fakultas Kehutanan Untan

Siapa sangka rayap mampu menghantarkan Dr Farah Diba, SHut, M.Si ke Istana Merdeka, Jakarta serta Keraton Surakarta Hadinigrat. Dan siapa yang mengira pula kalau rayap bisa menjadikan dosen di Fakultas Kehutanan Untan ini terbang menjelajahi Eropa dan Jepang dalam mempresentasikan makanan rayap. Sulit dipercaya memang, tapi begitulah kenyataannya. Bagaimana kisahnya?

Catatan Pinggo—Pontianak

KETERTARIKAN Farah terhadap rayap bermula saat dirinya mengadakan penelitian di IPB. Saat itu dosen pembimbingnya, Prof Dr Dodi Nandika, MS, menyarankan kepadanya untuk meneliti rayap. Menurut dose pembimbingnya, ratu dan raja rayap memiliki umur panjang. Benarkah demikian? Untuk membuktikannya, Farah pun melakukan penelitian.

Dan benar saja, raja rayap ternyta dapat hidup selama 5 – 10 tahun, sementara ratu rayap dapat bertahan hidup selama 20 – 50 tahun. Sang ratu rayap akan menghasilkan telur dan terus menghasilkan telur sampai akhir hidupnya. Ia memiliki kantung sperma, yang disebut spermatheca, yang berfungsi sebagai bank sperma, sehingga ratu dapat terus menghasilkan telur walaupun raja rayap mati.

Tubuh ratu akan bertambah besar, sehingga dia tidak dapat bergerak. Ratu dan raja hidup dalam sebuah singgasana kecil yang terletak di bagian tengah sarang rayap. Singgasana ini disebut dengan queen chamber, yang memiliki permukaan tanah yang sangat halus. Bagaimana ratu dapat bertahan hidup kalau dia tidak dapat bergerak? Ternyata seluruh kebutuhan ratu dan raja akan dilayani oleh pekerja rayap.

Prajurit merupakan anggota koloni yang berfungsi sebagai penjaga keamanan koloni rayap dari gangguan musuh. Prajurit memiliki mandibel dan bentuk kepala yang besar dan tebal (sclerotization), yang digunakan sebagai alat untuk bertempur menghadapi musuh. Seekor prajurit akan maju menyerang musuh, menancapkan mandibelnya pada tubuh musuh dan tidak melepaskannya sampai musuh mengalami kematian.

Pekerja rayap merupakan anggota koloni yang terbesar, tidak kurang dari 80% populasi dalam koloni rayap merupakan individu-individu kasta pekerja. Kasta pekerja berfungsi mengambil telur yang dikeluarkan ratu rayap, meletakkan telur di tempatnya, mencari makan, membangun sarang, membersihkan badan ratu, memberi makan ratu dan raja serta prajurit rayap. Sifat rayap yang saling memberi makan disebut dengan trofalaksis. Pekerja rayap mengatur efektivitas dari koloni dengan jalan membunuh dan memakan individu-individu yang lemah, ‘malas bekerja’ atau mati untuk menghemat energi dalam koloninya. Sifat ini disebut dengan necrofagy.

Pada beberapa spesies rayap seperti Macrotermes, Odontotermes, dan Microtermes anggota dari Famili Termitidae, serta beberapa spesies anggota dari Famili Rhinoter- mitidae, seperti Schedorhinotermes, kasta prajurit memiliki dua ukuran yang berbeda, yaitu: prajurit berukuran besar (prajurit major) dan prajurit berukuran kecil (prajurit minor). Mandibel yang keras membuat prajurit tidak dapat menggigit dan mengunyah makanan, sehingga ia disuapi makanan yang telah dihaluskan oleh pekerja rayap. Karena sifat hidupnya yang berkoloni, rayap selalu bekerja secara gotongroyong.

Dari hasil penelitiannya tentang rayap, Farah berhasil menemukan obat pembasmi rayap yang di namai ‘makanan rayap’. Disebut demikian cara kerjanya adalah memberi rayap umpan makanan yang mengandung zat khusus yang berfungsi menghambat pertumbuhan kulit rayap. Bila kulit rayap mengalami pertumbuhan yang lambat maka secara alamiah daya tahan tubuhnya akan turun dan berakibat pada kematian.

Makanan rayap ini telah di uji cobakan pada berbagai jenis kayu bersilolusa.

Berkat ilmu rayap ini, Farah dipercaya memperbaiki ruang kerja Megawati Sukarno Putri, saat di amasih menjabat sebagai Presiden, 2003. Setahun berselang, dirinya kembali mendapat kepercayaan mengatasi serangan rayap di Keraton Surakarta Hadinigrat, Solo. Kepercayaan yang sama juga di berikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada 2005, dirinya didaulat untuk membasmi rayap yang menyerang ruang tunggu tamu pribadi di Istana Merdeka, Jakarta.

Kepiawaiannya dalam mengatasi serbuan rayap juga telah menghantarkannya sebagai pembicara di seminar internasional tetang rayap di Bali pada 2008, di Jepang pada 2009 dan di Singapura pada 2010 mendatang.

Farah Diba, lahir di Pontianak Kalimantan Barat pada tanggal 16 November 1970. Menyelesaikan pendidikan sarjana kehutanan pada tahun 1994 di Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Pontianak, kemudian bekerja sebagai Dosen Fakultas Kehutanan, Departemen Teknologi Hasil Hutan, di Universitas Tanjungpura. Melanjutkan studi Magister Sains dalam bidang Entomologi Hutan di Program Pasca Sarjana IPB pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 1999, melanjutkan studi Doktor dalam bidang yang sama di IPB dan lulus pada bulan Juli 2006. Aktif dalam memberikan training mengenai hama rayap pada perusahaan pengendalian hama di DKI Jakarta, Semarang, dan Surabaya dan menjadi staf ahli untuk satu perusahaan pengendalian hama permukiman di Jakarta. Bersama Prof. Dr. Dodi Nandika,MS dan Ir.Yudi Rismayadi,M.Si telah menerbitkan buku yang berjudul: Rayap : Biologi dan Pengendaliannya, pada tahun 2003.

Pikir Dua Kali Untuk Mengkonsumsi Jeroan dan Insang Ikan Air Tawar

Penggemar masakan jeroan dan insang ikan air tawar sebaiknya berpikir dua kali untuk mengkonsumsi masakan kesukaannya itu. Di balik kelezatan cita rasanya yang khas, ternyata jeroan dan insang ikan air tawar menyimpan kandungan racun (toxin) yang amat berbahaya bagi manusia. Salah satunya racun dari logam berat. Benarkah demikian?

Catatan Pringgo—Pontianak

TEMUAN kandungan racun dalam jeroan dan insang ikan air tawar ini terungkap saat DR Ir Mardan Adijaya Kusuma Ibrahim MSc mengadakan penelitian di hulu Sungai Kapuas, sebelas tahun yang silam. Dalam penelitiannya tersebut, dosen Fakultas Pertanian di Universitas Tanjungpura ini menemukan fenomena yang aneh. Di dalam isi perut serta insang Ikan Mas, Kelabau, Jelawat, serta Gabus yang hidup di hulu Sungai Kapuas di temukan kandungan racum logam berat berbahaya, seperti Mecury (Hg), Crom (Cm), Argentum (Ag), serta Seng (Zn).

Ketika temuan itu di komparasikan dengan jenis ikan yang sama namun hidup di perairan gambut, maka hasilnya sangat bertolak belakang. Ikan air tawar yang hidup di perairan gambut ternyata tidak terkontaminasi dengan racun dari logam berat. Kalau pun ada, prosentasenya sangat kecil. Mengapa bisa demikian?

Berdasarkan hasil penelitian yang ia lakukan, air gambut ternyata memiliki kemampuan untuk menguraikan racun logam mulia. Beberapa zat organic yang bisa melakukan penguraian dengan baik adalah Asam Fulfat, Asam Humate (Humic Acid) dan Asam Humin. Zat asam itu hasilkan oleh akar-akaran, dedaunan serta kayu yang membusuk. Hasil penelitian tentang racun logam berat pada jeroan serta insang ikan air tawar itu telah mengantarkan Mardan meraih gelar doktor di Universitas of New Brunswik, Kanada, 1998.

Temuan tentang keberadaan logam berat ini secara tidak langsung telah mengilhami lahirnya standarisasi Ecolabelling di Indonesia. Ecolabelling perikanan sendiri bukan sebuah gagasan yang baru di tingkat nasional dan internasional. Pada tahun 1998, sebuah koalisi organisasi konservasi, industri akuarium, sealife centers, dan kelompok konsumen hobbyist mendorong terbentuknya Marine Aquarium Council (MAC).

Tujuan dari MAC adalah menjamin adanya perdagangan akuarium laut (ikan hias) yang bertanggung jawab dan berkelanjutan melalui sebuah sistem bersertifikat. Misi yang diemban MAC adalah menjaga kelestarian terumbu karang dan ekosistem laut, dengan cara menyediakan standar serta mendidik dan menyertifikasi semua pihak yang terlibat dalam penangkapan, pemeliharaan organisme akuarium (ikan hias), mulai dari habitatnya di terumbu karang sampai pedagang pengecer.

MAC menetapkan tiga standar dan best practice. Pertama, standar pengelolaan ekosistem, daerah penangkapan, dan konservasi. Kedua standar pengumpulan, cara penangkapan/pengambilan, keselamatan nelayan, dokumentasi, dan pemilihan jenis ikan. Ketiga standar penanganan yang meliputi pemeliharaan, pengemasan, dan transportasi di seluruh rantai perdagangan.

Dalam lingkup internasional, sertifikat ekolabel produk perikanan (eco-labell fish food) juga telah dikembangkan Marine Steward Council (MSC). Di mana saat ini sistem sertifikat MSC telah banyak dipakai oleh nelayan pengumpul dan eksportir di Australia dan Inggris.

Bagaimana dengan nelayan Indonesia, khususnya Kalimantan Barat menyikpai ecolabel? Secara umum sampai saat ini nelayan local belum mengintegrasi produk perikanan yang ramah lingkungan, terutama yang bersertifikat dalam perdagangan ikan. Akibatnya, daya saing produk perikanan Indonesia di pasar menjadi labil. Posisi tawar harga ikan pun menjadi rendah. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka potensi perikanan laut, sungai dan darat di Kalimantan Barat tentu akan sulit di terima oleh pasar Eropa, Amerika, Jepang dan Singapura.

Selain tertarik untuk meneliti kandungan racun logam berat pada ikan air tawar, Raja Mempawah yang bergelar Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kusuma Ibrahim ini rajin meneliti pengaruh makanan terhadap ketahanan tubuh manusia. Kesimpulannya ternyata cukup mengagetkan, yakni makan merupakan salah satu sumber racun.

Tanpa disadari, makan dan minum yang sehari-hari di konsumsi membawa bahan racun (toxin). Selama bertahun-tahun lamanya, jumlah racun yang mengendap dalam tubuh manusia akan terakumulasi menjadi racun yang sangat berbahaya. Akumulasi senyawa racun seperti ini merupakan bom waktu bagi bangkitnya berbagai penyakit berbahaya. Cepat dan lambat, racun-racun tersebut akan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

Beberapa racun yang terbawa oleh makanan dan minuman bisa datang dari lima hal, yaitu

pertama, secara alami terdapat di dalam makanan itu sendiri, seperti antitripsin pada kedele, asam jengkolat pada jengkol, dan hemaglutinin pada kacang-kacangan mentah. Kedua, akibat reaksi-reaksi kimia dari komponen pangan yang terjadi selama proses pengolahan dan penyimpanan. Ketiga, akibat penambahan senyawa tertentu selama proses pengolahan pangan, misalnya penggunaan bahan tambahan pangan (food additives) secara berlebih atau penggunaan senyawa kimia yang beracun.

Keempat, akibat migrasi senyawa beracun dari wadah/kemasan ke dalam makanan, misalnya monomer dari plastik atau logam best dari koran bekas. Dan kelima, akibat kontaminasi dari lingkungan yang tidak sehat, berupa kontaminasi senyawa kimia yang beracun atau mikroba penghasil racun.

Untuk mengurangi dampak dari racun yang ada di dalam tubuh, ada baiknya jika melakukan puasa. Dengan berpuasa, bahan-bahan beracun yang bisa menganggu sel, jaringan dan organ dalam tubuh dapat terlepas.Beberapa kajian ilmiah menunjukkan bukti bahwa puasa terbukti aman bagi siapa saja.

Puasa sangat efektif untuk tujuan membersihkan bagian dalam tubuh, regenerasi sel, dan peremajaan tubuh. Karena itu, puasa sebaiknya dilakukan secara teratur dan berkala. Dengan berpuasa, secara otomatis kita telah mengurangi asupan makanan berlemak dan makanan tinggi kalori, nikotin, alkohol, kafein, gala, susu, daging, dan telur. Selain itu, berpuasa juga akan membatasi pemasukan garam dan bumbu yang mengandung monosodium glutamat (MSG), zat pemanis buatan, zat pewarna sintetik, zat pengawet kimia, bahan-bahan lain yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.

DR Ir Mardan Adijaya Kusuma Ibrahim MSc adalah dosen di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Pada tahun 1985, pria kelahiran Pontianak, 19 Maret 1960 ini berhasil menamatkan kuliah di IPB jurusan perikanan perairan. Pada tahun 1994, dia melanjutkan studi S-2 di Universitas of New Brunswik, Kanada. Disana ia mendapat gelar master biologi bidang menejemen kualitas air. Di tahun 1998, pada univeritas yang sama dia sukes membawa pulang gelar doctor di bidang eco toxicology.

LAMS, Rumah Nyaman Bagi Puak Melayu

PONTIANAK—Pengamat social dan budaya dari Fisip Univesitas Tanjungpura, Drs M Sabran Achyar MSi mengatakan Lembaga Adat Melayu Serantau (LAMS) hendaknya menjadi rumah yang nyaman bagi seluruh puak Melayu yang ada di dunia. Keanekaragaman yang selama ini di miliki puak Melayu hendaknya menjadi mozaik yang indah. “LAMS lahir dari keberagaman puak Melayu. Di bawah payung LAMS, rumpun puak Melayu harus bersatu,” katanya.

Jika dilihat dari sejarah berdirinya LAMS, organisasi ini berbeda dengan organisasi ke-Melayu-an yang lain. LAMS memiliki tujuan yang jelas, yakni ingin menjadi jembatan bagi dunia Melayu. Meski focus perjuangannya memajukan eksistensi puak Melayu di seluruh dunia, bukan berarti LAMS ingin mengeksklusifkan diri dari suku bangsa lain. Justru sebaliknya, LAMS ingin bermitra dengan semua suku bangsa yang ada di dunia.

Seperti apa puak Melayu dunia saat ini? Secara umum kondisinya sangat memprihatinkan. Oleh budaya asing, Melayu di kotak-kotakkan dalam sub-sub suku tertentu. Tindakan seperti itu jelas bertentangan dengan semangat dari suku bangsa Melayu, yakni gemar menjalin ukuwah islamiyah. “Dampak dari pengkotakan ini selama berpuluh-puluh tahun ini menyebabkan puak Melayu tidak saling kenal dengan puak Melayu yang ada di belahan dunia yang lain. Alhasil, wawasan dari puak Melayu menjadi bersifat lokalistik,” ungkapnya kepada Pontianak Post, Rabu (27/5) kemarin.

Sadar akan adanya kerugian yang teramat besar, akhirnya sejumlah unsure pimpinan puak Melayu mencoba untuk merangkai puak-puak Melayu yang ada di negeri rantau. Hasil kerja keras mereka ini tertuang dalam LAMS. Bukti nyata dari luasnya jalinan kekerabatan antar puak Melayu serantau ini sudah banyak terlihat. Salah satunya adalah adanya hubungan pertalian darah antara Perdana Menteri (PM) Malaysia Datuk Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak dengan keturunan Raja Gowa ke-19, dengan gelar I Mappadulung Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Djalil Tumenanga ri Lakiung. “Ini adalah bukti nyata kalau puak Melayu itu tersebar di seluruh penjuru dunia,” tegas Sabran.

Sedikit mengutip buah pemikiran dari DR (HC) H Tengku Nazaruddin Said Effendi (HC) atau Tenas Effendi yang di muat dalam situs melayuonline.com, disana tertulis bahwa untuk bisa menghadapi ,asa depan yang penuh dengan cabaran dan tantangan diperlukan budaya yang tangguh. Guna menyikapi tantangan jaman tersebut, budaya Melayu yang Islami dan telah menjadi jatidiri. Nilai-nilai budaya Melayu ini mampu mengangkat marwah, harkat dan martabat ke-Melayu-an dalam arti luas. Dalam resam Melayu, nilai-nilai itu di paterikan ke dalam ungkapan-ungkapan adat yang lazim di sebut “Sifat Yang Duapuluh Lima” atau “Pakaian Yang Duapuluh Lima”. Jika sifat atau pakaian ini dijadikan sebagai jati diri, tentu insane akan menjadi sempurna lahir dan batin.(go)

Virus Denguea Ada di Telur Nyamuk Aides aegypti

PONTIANAK— Hasil penelitian di laboratorium Parasitologi FK UGM menyebutkan, dari 100 ekor nyamuk Aedes aegypti yang di teliti, dengan metode imunositokimia SBPC, 55 ekor nyamuk dinyatakan positif mengandung virus dengue. Artinya, tingkat Indeks Transmisi Transovarial (ITT) virus dengue berkisar antara 30 - 76,6 persen, dengan rata-rata 54,5 persen. “Sample nyamuk yang kita teliti diambil di daerah dengan insiden rate DBD yang ada di sepuluh kelurahan se-Kota Pontianak,” kata Cecep Dani Sucipto, SKM, MSc.

Lebih lanjut anggota Asosiasi Pengendali Nyamuk Indonesia (APNI) dan Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan di Poltekkes Pontianak ini menjelaskan keadaan seperti ini mengindikasikan bahwa transmisi transovarial berpotensi sebagai pendukung pemeliharaan endemisitas DBD, dengan nyamuk Aedes aegypti sebagai reservoir virus dengue sepanjang waktu. Ini terbukti di kelurahan endemis yang terdapat kasus DBD dalam setiap tahunnya.

Hasil yang sama juga ditemui pada penelitian yang dilakukan Leake et.al, dimana nyamuk Aedes aegypti betina mengalami infeksi virus jaringan ovariumnya dan terpelihara sampai generasi berikutnya secara genetik. Adanya korelasi nilai ITT dengan kejadian DBD di Kota Pontianak diperkirakan berhubungan dengan beberapa factor, seperti letak geografis berada di titik nol garis khatulistiwa yang beriklim tropis, dimana temperature dan kelambabannya amat ideal; kepadatan penduduk tinggi; mobilitas tinggi; serta tingkat kepeduliaan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) masih rendah.

“Kepadatan penduduk berperan dalam transmisi virus dengue. Jumlah penduduk yang padat mendukung frekuensi kontak dengan nyamuk vektor, karena sifat antropfilik dan menggigit berulang/multiple bitters. Mobilitas yang tinggi di daerah perkotaan memainkan peranan penting dalam penularan virus dengue dari pada mobilitas nyamuk Aedes aegypti sendiri,” jelasnya kepada Pontianak Post, Selasa (23/6) kemarin.

Menurut pendapat sejumlah ahli kesehatan lingkungan, faktor lingkungan fisik turut mempengaruhi eksistensi virus dengue dan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor DBD. Seperti pernah diberitakan oleh Intergovermental Panel on Climat Change (IPCC), kecenderungan aktivitas ekonomi, kerusakan hutan tropis termasuk dampak emisi gas dari industri dan kendaraan bermotor mengakibatkan terjadinya pergeseran curah hujan dan kenaikan suhu bumi rata-rata sekitar 1 – 3,5 derajat Celcius.

Perubahan komponen lingkungan tersebut dapat mempengaruhi kepadatan vektor, kebiasaan reproduksi, usia hidup dan perkembangan serta ketangguhan dari patogen. Suhu udara dan kelembaban nisbi udara berpengaruh pada viabilitas nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus maupun virus dengue. “Suhu yang relatif rendah maupun tinggi serta kelembaban nisbi udara yang rendah dapat mengurangi viabilitas virus Dengue yang hidup dalam tubuh nyamuk maupun viabilitas nyamuk itu sendiri, sehingga menambah population at risk,” paparnya.

Bagaimana cara mencegah persebaran DBD? Hasil penelitian yang dilakukan Cecep merekomendasi untukmelakukan fogging focus yang dilakukan minimal 2 siklus setiap titik kasus DBD. Siklus pertama untuk memberantas nyamuk dewasa yang infektif virus dengue. Sedangkan siklus kedua untuk memberantas nyamuk yang baru muncul yang mengandung virus dengue melalui transmisi transovarial. Caranya adalah dengan melakukan fogging yang dikombinasikan dengan pemberian serbuk abate. Melalui cara ini, jentik dan telur nyamuk Aedes aegypti akan mati.(go)

Suami Baiknya Tidak “Jajan”

PONTIANAK—Tersiarnya kabar tentang tingginya angka penularan penyakit seksual di kalangan kaum ibu jelas sangat memilukan. Ironisnya, mereka terjangkiti oleh suaminya sendiri yang kemungkinan besar senang "jajan" alias berhubungan seks dengan wanita lain.

Beberapa penyakit seksual yang lazim menimpa kaum ibu antara lain Gonorhoe (Go) , Sifilis, Chandidiasis, serta Chlamydia. “Dari sejumlah penyakit seksual yang kerap menimpa kaum ibu, sepertinya Go cukup mendominasi,” kata dr Retno Mustikaningsih, dokter spesialis kulit dan kelamin di RSUD dr Soedarso Pontianak.

Berdasarkan sejumlah kasus yang pernah ditemui, pada mulanya kaum ibu yang terinfeksi kuman gonokokus (penyebab Go) tidak mengeluhkan rasa sakit sedikit pun. Hanya sebagian kecil wanita yang merasakan adanya gejala keluar cairan berlebih di liang vagina.

Oleh sebagian wanita, cairan berlebih yang keluar dari liang vagina dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu di khawatirkan. Padahal, tidak lama setelah melewati fase ini biasanya keputihan yang dialami kaum wanita akan menjurus pada sebuah kondisi yang tidak wajar, seperti berbau, gatal dan berubah warna. Saat hendak buang air kecil akan terasa nyeri dan rasa panas yang teramat sangat.

Pada kaum pria, gejala Go tampak dari keluarnya cairan kental (nanah) dari lubang uretra atau saluran kemih. Beberapa pada pria bahkan tidak mengalami gejala ini. Bagi kaum pria yang terkena Go, mereka akan merasakan nyeri atau rasa panas yang hebat saat buang air kecil. Biasanya, gejala Go yang timbul pada pria dan wanita akan mulai tampak setelah 2-10 hari melakukan hubungan intim. "Penyakit GO kerap menyerang leher dan mulut rahim. Jika seorang ibu yang terkena Go melahirkan anaknya, maka secara otomatis banyinya akan tertular Go pula," jelasnya.
Penyakit seksual sebenarnya bisa di cegah jika suami-istri mau terbuka. Dengan mengedepankan sikap keterbukaan, kemungkinan untuk bisa terjangkiti penyakit seksual tentu dapat di minimalisir. Jika pasangan menunjukkan tanda-tanda terinfeksi penyakit seksual menular, ada baiknya dia disarankan untuk berobat ke dokter. Selama masa penyembuhan, sebaiknya hindari melakukan hubungan intim. Kalau pun ingin, lakukanlah dengan menggunakan alat pengaman, seperti kondom.(go)

Jika Termakan, Formadihide Bisa Menjadi Cuka Getah

PONTIANAK—Penggunaan melamine were sebaiknya di hindari. Anjuran ini disampaikan karena peralatan makan yang terbuat dari melamin bisa melepas senyawa formalin jika di gunakan untuk mewadahi makanan yang berair atau berasa asam, terlebih dalam keadaan panas.

Apabila senyawa formalin yang ada pada peralatan makan berbahan baku melamin itu termakan dan teroksidasi di dalam tubuh, maka ia akan menjelma menjadi formie acid atau cuka getah. Dalam waktu dekat, pengaruh dari senyawa formalin yang ada di dalam tubuh mungkin tidak akan terasa nyata. Keadaan akan menjadi lain manakala dalam waktu yang cukup lama jumlahnya terakumulasi.

Jika tubuh sedang dalam kondisi prima, oleh hati atau lever formie acid akan di uraikan melalui proses detoxifikasi. Hasil dari penguraian racun ini di keluarkan dalam bentuk keringat, urine atau feses. Bagaimana bila fungsi hati terganggu? “Besar kemungkinan sejumlah racun berbahaya akan mengendap di hati serta di ginjal. Bila sudah begini, keja hati dan ginjal menjadi terganggu,” katan Dr Thamrin DEA, Dekan Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura, kepada Pontianak Post, Kamis (4/6) kemarin.

Di lihat dari factor penyebabnya, lepasnya senyawa formalin dari peralatan makan berbahan dasar melamin itu lebih disebabkan oleh penggunaan polymer berbahan dasar urea melamine formaldehyde. Formaldehid yang ada dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena depolimerisasi. Akibat proses ini, formaldehid terlepas menjadi monomer yang bersifat racun. Pemicunya bisa berupa paparan panas, sinar ultraviolet, gesekan, dan tergerusnya permukaan melamin hingga partikel formaldehid terlepas.

Dilihat dari proses produksinya, bahan dasar tersebut di panaskan kemudian di cetak dalam ukuran serta bentuk-bentuk tertentu. Proses ini lazim disebut hot press moulding. Agar produk yang dihasilkan tampil cantik dan menarik, produk tersebut di beri lapisan minyak dan pewarna.

Untuk mengetahui tingkat keamanan (food grade) dari wadah makan bermelamin, ada baiknya konsumen melakukan pengujian sederhana. Caranya, pertama lakukan uji bakar.

Bakarlah ujung melamin dengan lilin selama 20 detik. Jika tercium gas formaldehid yang menyengat, berarti tidak memenuhi food grade. Pada melamin asli hanya tampak gosong tanpa bau formaldehid. Kedua, lakukan uji rebus selama 30 menit sampai satu jam. Melamin palsu akan berubah bentuk, meliuk, bahkan rapuh dan mencair. Uap rebusannya pun menyebabkan mata perih, batuk, dan mual.

Apa itu formalin? Formalin merupakan nama dagang dari formaldehid. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan kandungan formaldehid 10-40 persen. Formalin umum digunakan untuk kepentingan industri makanan serta industri kecantikan.

Di pasaran, produk perlengkapan makan berbahan dasar melamin ini bentuk serta warnanya amat beragam. Harganya pun terbilang super murah. Di sejumlah pasar tradisional yang ada di kota Pontianak, 3-4 buah produk melamin dari segala jenis dan ukuran hanya dihargai Rp 10.000. Tawaran yang tak kalah menggoda datang pula dari sejumlah pusat grosir. Mereka menawarkan wadah makan melamin dengan harga Rp 20.000-Rp30.000 per kg. Wadah makanan dari bahan melamin ini kebanyakan berupa sendok, gelas, cangkir, piring, pinggan, mangkuk, toples dan lain sebagainya.(go)

Tingginya Nilai UAN Belum Bisa Jadi Ukuran

PONTIANAK—Tingginya angka kelulusan UAN (Ujian Akhir Nasional) tidak bisa dijadikan ukuran utama dalam menilai kecerdasan anak. Nilai hasil ujian hanya merupakan pelengkap dari 190 faktor penyebab kecerdasan seseorang. “Sepertinya kurang bijaksana jika mengatakan seseorang kurang cerdas hanya karena nilai hasil ujiannya anjlok,” kata Dr Leo Sutrisno, pakar pendidikan dari FKIP Untan.

Kecerdasan seorang anak dapat diakibatkan oleh banyak factor. Dari sekian banyak factor penyebab kecerdasan, factor keberuntungan kememegang peranan yang cukup penting. Disebut demikian karena kebanyakan ahli mengakui bahwasannya sebagian besar ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini ada karena pengaruh factor kebetulan.

Dalam kontek UAN, banyak ditemukan peserta ujian yang gagal memenuhi standarisasi nilai kelulusan. Kerja keras yang mereka lakukan, seperti mengikuti bimbingan belajar, entah kenapa tiba-tiba saja tidak banyak membantu. Sebaliknya, siswa yang mempersiapkan diri dengan apa adanya, tidak mengikuti bimbingan belajar, justru berhasil memenuhi standarisasi kelulusan.

Meski factor keberuntungan turut serta mempengaruhi hasil ujian, bukan berarti para siswa harus pasrah. Dalam menghadapi UAN, idealnya para siswa harus belajar lebih giat lagi. Misalnya dengan memperdalam mata pelajaran yang akan di ujian atau melakukan diskusi terbuka dengan guru tentang prediksi materi pelajaran yang akan di ujikan kelak. “Evaluasi sebaiknya dilakukan pula pada proses pembelajaran. Guru hendaknya cerdik dalam membidik materi pelajaran mana yang nantinya bakal di ujikan di UAN,” sarannya.

Soal ketersediaan guru mata pelajaran untuk SMA/SMK serta SMP/MTs, untuk wilayah perkotaan, persoalan seperti ini tentu tidak ditemukan. Tapi bagaimana dengan sekolah yang ada di daerah terpencil? Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah seorang rekan dosen yang ditugasi mengawas pelaksanaan UAN, pada sebuah kecamatan di Kapuas Hulu, disana ad SMA yang tidak memiliki guru pelajaran matematika.

Karena mata pelajaran tersebut masuk dalam jajaran mata pelajaran yang di ujikan, maka mau tidak mau kepala sekolah, yang kebetulan lulusan sarjana pendidikan kimia, berperan sebagai guru matematika. “Saya tidak tahu persis berapa tingkat kelulusan pelajaran matematika di sekolah itu. Tapi, terlepas dari itu semua, ketiadaan guru mata pelajaran jelas berpengaruh kualitas hasil ajar di sekolah,” ungkapnya.

Persoalan seperti ini merupakan bagian dari factor penghambat kelulusan peserta UAN. Untuk mengatasinya, satu-satunya jalan adalah pemerintah daerah harus menambah jumlah guru mata pelajaran. Khusus kepada sekolah yang kebetulan kurang begitu banyak meluluskan siswanya di tahun ajaran ini, sebaiknya mulai dari sekarang pisak sekolah melakukan evaluasi kegiatan belajar mengajar.

Kalau boleh menyarankan, kata Leo, para siswa sebaiknya diberikan pelajaran yang bersifat umum ketika mereka memasuki kelas 7 dan 8 (untuk SMP/MTs) atau kelas 10 dan 11 (untuk SMA/SMK). Saat beranjak ke kelas berikutnya, mereka sudah harus mendapat pendalaman materi pelajaran yang akan di ujian di UAN. Melalui pola pembelajaran yang demikian, anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan diri.(go)

Sabtu, 27 Juni 2009

Gado-Gado Seroja Bercita Rasa Khas

Gado-gado bisa saja sama namanya. Tapi soal cita rasa, Gado-Gado Seroja merupakan juara. Perpaduan saus petis serta racikan bumbu kacang yang eksotik, terasa nikmat bermain di lidah. Kuliner istimewa ini harganya terbilang cukup murah. Untuk satu porsi Gado-Gado Seroja, harganya cuma Rp10.000.

Catatan Pringgo—Pontianak


USAI berkeliling menikmati suasana siang di kota Pontianak, tanpa terasa perut pun mulai keroncongan. Untuk mengobati hasrat yang satu ini, santap siang adalah jawabannya. Pilihan kuliner pun jatuh ke Gado-Gado Seroja. Disebut demikian karena tempat mangkal penjual gado-gado lezat tersebut ada di Pasar Seroja, tepatnya di samping pusat berpelanjaan Khatulistiwa Plaza Pontianak.

Menurut Akiong, usaha berjualan gado-gado yang di tekuninya ini merupakan warisan dari sang ayah, Suandi atau Ng Kiok Cun (70). Orang tuanya telah berjualan gado-gado sejak tahun 1945. Meski sudah beberapa kali berpindah tempat, namun keluarga besar Akiong tetap membuka usaha di sekitar Pasar Seroja.

Berbeda dengan gado-gado kebanyakan, gado-gado buatan Akiong ini memiliki cita rasa yang khas. Saus kacang yang digunakan di racik khusus dengan menggunakan bahan-bahan pilihan. Untuk lebih menggugah selera, Akiong selalu memberi saus petis. “Kami yakin, aroma petis yang eksotik akan mampu meningkatkan selera untuk bersantap,” ungkapnya ramah.

Gado-Gado Seroja buatan Akiong ini terdiri dari campuran aneka sayuran bernilai gizi tinggi, seperti kacang panjang, kangkung, daun ubi, jantung pisang, mentimun, serta kecambah. Agar nilai gizinya lengkap, tak lupa di beri irisan kentang, serta tahu. Setelah di guyur saus kacang dan petis, di atasnya di taburi emping melinjo.

Bagi penggemar pedas, Akiong menyediakan sambal kecrot. Sambal ini sengaja di berikan terpisah agar penikmat Gado-Gado Seroja bisa memuaskan selera pedasnya masing-masing. Bagaimana cara menjinakkan rasa pedas yang hadir akibat terlalu banyak memberi sambal kecrot? Untuk persoalan yang satu ini, Akiong telah menyediakan beragam pilihan minuman. Ada es teh, es kincau, es kopi dan masih banyak lagi yang lain. Soal harga, dijamin murah meriah. Segelas es teh harganya hanya Rp2000. Nah, tunggu apa lagi. Bagi para pecinta kuliner, tidak ada salahnya jika anda mencicipi menu Gado-Gado Seroja.


Kalbar Tourism 2010 Tinggal Enam Bulan

Martias: Sampai Dimana Kesiapan Kita

PONTIANAK—Enam bulan kedepan program Kalimantan Barat Toursm 2010 di gelar. Sebagian daerah kabupaten/kota telah menyatakan siap. Sementara sebagian lagi mengaku belum siap. Melihat kenyataan yang ada, Dinas Kebudayan dan Pariwisata justru lebih memilih diam. “Aneh, gerakan sadar wisata di Kalbar sepertinya tidak sesemarak di daerah lain,” kata Ketua Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) Kalbar, Drs H Martias.

Di Yogyakarta, kampanye gerakan sadar wisata telah dimulai dengan mengagas sejumlah kegiatan yang bersifat massal, seperti gerakan bersih pantai; gerakan tanam 1000 pohon; gerakan pemasangan peta wisata dan penataan tempat sampah; lomba bersih toilet; lomba warung wisata; lomba kuliner; lomba menggambar dan lain sebagainya. Rangkaian kegiatan itu digelar 12-13 Juni. Sebagai acara puncak dari kegiatan, panitia malah menggelar Launching PNPM Mandiri Pariwisata.

Bagaimana dengan Kalbar? Menurut Martias sampai saat ini gerakan kearah sana belum juga terlihat. Kalau pun ada, persiapannya tidak dilakukan secara maksimal. Gaung Kalbar Toursm 2010 kalah lantang dengan promosi Visi Malaysia 2007. “Diminta maupun tidak, MPI sebenarnya telah mencoba membangkitkan gerakan sadar wisata melalui pemberian Toursm Award. Sayang, kerja keras kami tersebut kurang mengundang respon dari Disbudpar Kalbar,” ungkap Martias.

Terlepas dari persoalan yang ada, MPI Kalbar tetap berupaya mengkampanyekan gerakan sadar wisata di Kalbar. Kedepan, MPI Kalbar berharap pemerintah segera membentuk Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI). Melalui lembaga ini, pesona keindahan panorama alam serta keanekaragaman seni budaya Kalbar dapat terekspos hingga ke tingkat nasional, bahkan internasional. Jalan kearah sana sepertinya sudah mulai terbuka. Menurut informasi yang di terima MPI, dalam waktu dekat Presiden akan menandatangani RUU Kepariwisataan yang sebelumnya sudah disetujui oleh DPR-RI. (go)

Kehidupan Ekonomi Masyarakat Memburuk

Pasca Operasi Illegal Loging dan Illegal Meaning

PONTIANAK—Kehidupan perekonomian masyarakat di kabupaten Ketapang, pasca operasi illegal loging dan illegal meaning sekarang semakin memburuk. Jika sebelumnya masyarakat di sejumlah kecamatan dapat hidup dengan layak, kini semuanya menjadi amat memprihatinkan. Alhasil, beberapa penyakit social kemasyarakatan pun mulai bermunculan.

Lihat saja kehidupan masyarakat di kecamatan Tumbang Titi, Matan Hilir Selatan, Kendawangan, Masau serta Manis Mata. Setelah operasi illegal meaning galak di gelar, rata-rata masyarakat disana sekarang hidup berkesusahan. “Beberapa tahun yang silam, perekonomian disana maju dengan pesat. Kegiatan perdagangan hidup. Tapi itu cerita dulu,” kata M Malik AY, tokoh masyarakat kabupaten Ketapang saat berada di Pontianak, Jumat (26/6) kemarin.

Keadaan yang sama juga di rasakan oleh hampir sebagian masyarakat kabupaten Ketapang yang dulunya bekerja sebagai pengumpul dan penjual kayu. Di era tahun 90’an, banyak warga masyarakat yang berebut membeli kendaraan bermotor. Saking tingginya daya beli masyarakat akan kendaraan bermotor, pernah suatu ketika beberap dielar motor di Kota Ketapang kehasisan stok.

Kini semuanya telah berbeda. Setelah pemerintah menghentikan aktivitas kegiatan illegal loging, perlahan-lahan gairah pertumbuhan ekonomi masyarakat mulai melemah. Banyak perusahaan pembiayaan kredit yang terpaksa menarik kreditan motor dari nasabahnya karena menunggak. “Kegiatan industri hilir sekarang nyaris terhenti. Proyek-proyek pembangunan mulai sedikit. Ini semua merupakan bukti nyata bahwa pemerintah kurang memperhatikan nasib rakyat kecil,” ungkapnya.

Keadaan seperti ini sebenarnya dapat di atasi jika pemerintah kabupaten Ketapang bisa mencarikan solusi dari dampak operasi illegal login dan illegal meaning. Solusi seperti itu jauh hari tentunya sudah dipikirkan sebelum operasi illegal loging dan illegal meaning di lakukan. “Kalau solusinya baru akan di rumuskan sekarang, maka itu merupakan sebuah indicator terjadinya kemunduran dari pemerintahan daerah,” pungkas Malik.(go)

KDP Muncul Akibat Hubungan Yang Tidak Sehat

PONTIANAK—Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) terjadi karena di picu oleh adanya hubungan yang tidak sehat. Kebanyakan korban KDP adalah perempuan. Anehnya, meski “teraniaya” para korban KDP ini cendrung memaksakan diri untuk terus berhubungan bersama pasangannya.

Kondisi psikologis seperti ini menurut Romi Arif Rianto, s.Psi, pimpinan Biro Konsultasi Psikologi Persona Kalbar, merupakan sebuah tindak kekerasan yang sellau di lakukan dengan mengatas namakan “cinta”. Bentuk KDP digolongkan menjadi dua, yakni fisik dan non fisik. Secara fisik, pelaku KDP biasanya akan menyakiti tubuh pasangannya dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memukul atau menampar.

Berbeda dengan kekerasan fisik, bentuk dari KDP non fisik sepintas lalu nyaris tidak terlihat. Kendati secara fisik tidak tampak, namun secara psikologis korban KDP akan mengalami penurunan aktivitas. “Jika dulunya korban selalu tampil ceria, setelah diperlakukan dengan tidak adil dia akan menjadi sosok yang pemurung,” ungkapnya kepada Pontianak Post, Sabtu (20/6) kemarin.

Menyelesaikan persoalan KDP memang susah susah mudah. Disebut demikian karena orang pacaran pasti didasari perasaan cinta, simpati, sayang, dan perasaan-perasaan positif lainnya. Jika pasangan sedang marah, kemudian membentak atau menampar, maka besar kemungkinan kondisi kejiwaannya sedang labil. Penyebabnya tentu banyak, bisa karena merasa kesal, bad mood atau mungkin karena kesalahan yang dilakukan oleh pasangannya sendiri.

Ironisnya, persoalan klasik yang sering muncul dalam KDP adalah perasaan menyalahkan diri sendiri dan merasa "pantas" untuk diperlakukan seperti itu. Bisa sudah begini, korban KDP akan merasa tertekan dan tidak nyaman. Korban KDP sebenarnya tidak mutlak harus perempuan atau remaja putri saja, remaja putra pun ada. Biasanya, remaja putra yang menjadi korban KDP merasa dirinya telah tertipu oleh pasangannya sendiri. Bentuknya beragam, ada yang di duakan cintanya, atau ada yang merasa di manfaatkan. “Korban biasanya cenderung lemah, kurang percaya diri, dan amat mencintai pasangannya,” terang Romi.

Mengapa perempuan atau remaja putri banyak menjadi KDP? Secara umum hal itu terjadi karena adanya ketimpangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan. Ketidak adilan dalam jender, misalnya. Dari dulu masyarakat cendrung menilai kaum perempuan sebagai makhluk yang lemah, penurut, pasif, senang mengutamakan kepentingan laki-laki dan lain sebagainya.

Ketika sang pacar (remaja putra) usai melakukan KDP, mereka biasanya akan menunjukkan sikap menyesal, minta maaf, berjanji tidak akan mengulanginya lagi, dan bersikap manis kepada pasangannya. Pada saat inilah, sesungguhnya remaja putri di rugikan. “Kembali atas nama cinta, remaja putri yang kebetulan sangat mencintai pasangannya pasti akan berharap sang pacar akan benar-benar sadar dan tidak akan lagi bermuat kesalahan yang sama. Hubungan pun kemudian dilanjutkan seperti biasa, seolah tidak pernah ada KDP,” terang pria berkaca mata minus ini.

Bagaimana menghadapi remaja putra yang gemar melakukan KDP? Untuk menyiasati prilaku menyimpang tersebut, Romi menyarankan kepada remaja putri untuk bisa mengenal dengan baik prilaku atau temperamen dari pasangannya masing-masing. Jika memiliki pasangan yang temperamen, ada baiknya untuk mengkaji ulang hubungan yang telah terbina. Sikap ini penting agar tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Khusus bagi korban KDP, disarankan untuk membuka diri kepada sahabat serta orangtua. Dengan bersikap terbuka, maka sedikit banyak beban mental yang diderita dapat berkurang.(go)

Pesona Wisata Keluarga di Taman Alun Kapuas

Mengunjungi Kota Pontianak terasa belum lengkap bila belum ke Taman Alun Kapuas. Ungkapan itu disampaikan oleh seorang sahabat kepada Said, wisatawan asal Brunai Darussalam. Sebagai orang yang awam akan objek wisata di Kota Pontianak, dengan senang hati Said pun menerima tawaran tersebut.

Objek wisata ini terletak di Jalan Rahadi Oesman, tepatnya di depan kantor Walikota Pontianak. Karena letaknya yang amat strategis, tak mengherankan banyak warga yang menjadikannya sebagai tempat rekreasi favorit. Di kala sore hari, kawasan waterfront city yang di bangun di tepian Sungai Kapuas selalu menyajikan pesona panorama alam yang indah.

Pengunjung juga dapat menikmati eksotisme kawasan ini sambil duduk-duduk di tangga-tangga yang terdapat di tepian sungai (waterfront). Rasa lelah serta penat yang menyerang saat beraktivitas seharian dalam sekejap akan hilang jika mencelupkan kaki ke Sungai Kapuas. “Luar biasa, rasa lelah di badan langsung hilang. Saya benar-benar merasa fresh,” ujarnya ramah.

Sembari mencicipi aneka jajanan yang di tawarkan para pedagang kaki lima, suasana menjelang petang akan terasa indah bila di nikmati bersama keluarga atau sahabat. Jika perut terasa lapar, kuliner bakso tenis, kacang rebus, sate, jagung bakar/rebus, dan aneka makanan ringan lainnya telah menanti untuk di santap.

Ketika malam menjelang, jumlah pengunjung yang mendatangi Taman Alun Kapuas terlihat semakin banyak. Keadaan akan bertambah ramai saat akhir pekan atau waktu-waktu liburan tiba. Suasana malam kian hidup dan romantis dengan kehadiran para pengamen. Dengan gitar serta biola, mereka membawakan tembang-tembang hit serta nostalgia. Soal tips, semua di serahkan kepada keikhlasan hati dari para pendengar.

Bagi yang gemar dengan permainan ketangkasan, Taman Alun Kapuas juga menyediakan arena khusus untuk itu. Permainan ketangkasan yang di tawarkan cukup beragam, ada campak gelang, lempar bola, tebak angka dan lain sebagainya. Soal hadiah, dijamin tidak mengecewakan, ada rokok, sirup, jam dinding, dan masih banyak lagi yang lainnya. “Pesona Taman Alun Kapuas memang amat mengesankan. Sayang, objek wisata cantik ini tidak di lengkapi dengan fasilitas umum, seperti toilet atau pos kemanan seperti di tempat wisata pada umumnya,” ungkapnya sedih.

Agar Taman Alun Kapuas tetap menjadi objek wisata pilihan bagi para wisatawan, pemerintah kota Pontianak perlu menyediakan aneka fasilitas umum. Penempatan petugas keamanan, semisal polisi wisata.(go)

Segarnya Teh Kembang

PONTIANAK merupakan surganya kuliner. Beragam makanan dan minuman lezat dapat dengan mudah di temui dan dinikmati. Bagi para penikmat minuman segar, tidak ada salahnya jika mencoba minuman Teh Kembang. Disebut teh kembang karena di buat dari hasil seduan bunga krisan atau Seruni yang berwarna putih atau kuning (Chrysanthemum morifolium or Chrysanthemum indicum).

Minuman ini sebenarnya sudah sangat lama di kenal oleh masyarakat di kawasan Asia Timur, seperti Korea, Jepang dan China Utara. Konon, air seduan dari bunga krisan ini diyakini bisa memulihkan kebugaran badan dan menyembuhkan influenza, jerawat, mengobati panas dalam, sakit tenggorokan dan menetralisir racun di dalam tubuh. Sebagian kalangan malah meyakini teh krisan mampu membersihkan liver.

Teh kembang memiliki cita rasa yang khas. Harum bunga krisan akan keluar ketika disedu dengan air panas. Setelah dingin, air seduan bunga krisan akan terasa manis. Di Negara modern, teh bunga krisan ini sudah di pasarkan dalam bentuk teh seduh serta minuman kalengan.

Penjual teh kembang di kota Pontianak banyak mangkal di Jalan Gajahmada dan Jalan Tanjungpura. Harga segelas teh kembang hanya Rp3.000. Teh kembang akan terasa lebih menyegarkan jika di minum dalam kondisi dingin. Bagi yang ingin sembuh dari demam, disarankan untuk menikmati teh krisan dalam kondisi hangat.(go)

Menikmati Lezatnya Roti Cane

Pagi hari adalah awal yang baik dalam memulai aktivitas. Sebelum larut dalam kesibukan kerja, ada baiknya jika anda mengawali hari dengan sarapan. Nah, menu kita hari ini adalah Roti Cane. Meski kuliner istimewa ini aslinya berasal dari negeri India, namun keberadannya sudah sangat familiar dengan lidah masyarakat kota Pontianak.

Roti Cane dapat ditemui di beberapa kedai. Seperti di Jalan Juanda, Jalan H A Rachman, Jalan Nusa Indah, Pasar Flamboyan dan lain sebagainya. Setiap kedai Roti Cane selalu menyajikan sesuatu yang istimewa. Kedai Roti Cane di Jalan Juanda, misalnya. Khusus bagi penggemar daging kambing, disana tersedia menu Riti Cane dengan kuah kari kambing.

Roti Cane special ini terdiri dari lempeng goreng yang disajikan dengan beberapa potong daging kambing. Lempeng goreng sendiri terbuat dari adonan tepung terigu yang di pipihkan, kemudian di goreng dengan minyak nabati. Agar lempeng goreng terasa empuk, sebelum di goreng adonan tepung terigu di pipihkan dengan cara membanting di atas meja. “Plak”, begitu bunyinya.

Setelah matang, lempeng goreng kemudian di tepuk-tepuk. Tujuannya agar lempeng goreng mudah di potong. Bagi yang senang dengan cita rasa lembeng goreng yang renyah, kuah kari kambing dapat di tempatkan dalam wadah yang terpisah. Sementara bagi yang senang dengan lembeng goreng yang bercitarasa lembut, kuah kari kambing dapat di siramkan di atasnya. Untuk menghadirkan rasa segar, acar mentimun selalu di sertakan. Harganya satu porsi roti cane istimewa ini hanya Rp14 ribu.

Kelezatan roti cane memang sulit untuk di carikan tandingannya. Menurut Abdi, wiraswasta muda, roti cane Pontianak memang berbeda. Aroma bumbu yang di sebarkan dari kuah kari yang hangat sangat khas. “Kebetulan saya sering keluar negeri. Dari sekian kedai yang menjual roti cane yang saya kunjungi, sepertinya hanya roti cane Pontianak yang memiliki cita rasa yang nikmat,” ungkapnya sembari menikmati roti cane kegemarannya.(pringgo)


Menyusuri Pesona Kampung Bansir


HARI menjelang petang. Matahari mulai tampak kemerahan saat aku dan beberapa sahabat tiba di Kampung Bansir. Sambil berjalan kaki meniti geretak kayu belian (ulin), kami pun diajak menikmati pesona senja di kampung yang sarat akan sejarah tersebut. Menurut informasi yang diperoleh dari salah seorang sahabat, Kampung Bansir termasuk kawasan pemukiman tua.

Dulunya sebagian besar masyarakat yang tinggal Kampung Bansir adalah warga keturunan Arab. Berdasarkan cerita orang-orang tua disana, nama Bansir diambil dari nama pendiri kampung tersebut, yakni Syekh Umar bin Achmad Bansir. Peninggalan sejarah yang samapi saat ini masih tetap terpelihara adalah Masjid Baitul Makmur Kampung Bansir.

Mesjid Baitul Makmur usianya hampir setara dengan Kota Pontianak. meski data lengkap mengenai kapan masjid itu berdiri sulit ditemukan, namun yang patut dikenang adalah ketokohan Syekh Umar. Dia merupakan salah satu Qadi di Kerajaan Pontianak di masa pemerintahan Sultan Syarif Abdurrahman bin Habib Husain Alkadrie (1771—1808).

Tanpa terasa, geretak kayu belian yang kami susuri telah membawa kami ke Mesjid Baitul Makmur. Mesjid ini bentuknya sangat artistic. Letaknya persis di tepian Sungai Kapuas. Meski usianya terbilang tua, namun mesjid ini tetap masih di fungsikan oleh masyarakat setempat dalam menunaikan ibadah sholat lima waktu.

Puas melihat-lihat Mesjid Baitul Makmur, kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki kembali. Sembari menikmati suasana senja yang mulai temaram, salah seorang sahabat menyampaikan bahwa pada bulan suci Ramadhan, tepatnya malam ke dua puluh satu hingga hari raya Idul Fitri menjelang, masyarakat Kampung Bansir kerap membunyikan meriam karbit.

Meriam karbit ini dibuat dari bahan kayu belian (ulin). Disebut meriam karbit karena mesiu yang digunakan adalah karbit. Ukuran meriam karbit yang dimainkan terbilang besar, yakni berdiameter 30 sentimeter dengan panjang 4- 6 meter. Suara khas yang menggelegar dari kedua sisi Sungai Kapuas kerap terdengar saling bersautan. Atraksi ini jelas menjadi data tarik tersendiri bagi para wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Puas menikmati pesona senja di tepian Sungai Kapuas, kami pun berniat mencari tempat untuk beristirahat. Pilihan untuk melepas lelah akhirnya jatuh di sebuah kafe yang letaknya persis di tepi Sungai Kapuas. Kantin Pa’ We, namanya.

Pemilik kafe ini terbilang sangat kreatif. Dengan memanfatkan papan dan kayu bulat, mereka membuat sebuah bangunan terapung yang bentuknya mirip dengan Kapal Lancang Kuning. Agar bisa tampil menarik, bangunan tersebut di warnai dengan warna-warna cerah. Warna kuning terlihat amat kentara.

Karena tidak ingin melepaskan pesona keindahan Sungai Kapuas di kala senja, kami pun sepakat untuk menikmati kuliner istimewa yang di tawarkan Kantin Pa’We. Setelah mengorder panganan serta minuman ringan, kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama di atas kantin terapung tersebut. Beberapa menin kemudian, pesanan yang diminta pun datang. Rak gelombang yang datang menerpa membuat kantin terapung mengalun. Bila sudah begini, rasanya seperti sedang berada di dalam sebuah kapal. Sungai Kapuas benar-benar menawarkan berjuta keindahan kepadfa setiap insan.(Pringgo)