Jumat, 27 Februari 2009

Pembangunan Rumah Melayu Tahap II

Ada Kedai, Balai Pustaka dan Museum Mini

Rumah Melayu Kalimantan Barat berbenah kembali. Dalam pembangunan tahap II ini, panitia Perencanaan dan Pembangunan Rumah Melayu akan membangun sebuah bangunan dua lantai. Masing-masing lantai akan digunakan untuk pepentingan promosi serta pengenalan adat istiadat budaya Melayu Kalimantan Barat.

Catatan Pringgo—Pontianak

PEMBANGUNAN Rumah Melayu tahan II itu sudah cukup lama ada. Bahkan, kegiatannya sudah masuk dalam rencana induk pembangunan Rumah Melayu. Dalam rencana pembangunan tahap II ini, bentuk serta arsitektur yang diterapkan tetap bercirikan seni budaya Melayu. Warna-warna yang akan di gunakan juga di selaraskan dengan warna pada bangunan induk Rumah Melayu.

Menurut Ketua MABM (Majelis Adat Budaya Melayu) Kalimantan Barat, H Abang Iminen Thaha menerangkan bahwa sepintas lalu, bagunan dua lantai ini bentuknya mirip dengan Rumah Melayu. Hanya saja yang membedakannya adalah terdapatnya dua bangun yang bentuknya mirip menara. Di puncak atap di tempatkan penangkal petir yang berbentuk mirip mahkota. “Penangkal petir itu sengaja kita bentuk sedemikian rupa agar memancarkan kesan megah,” katanya.

Untuk mempercantik bentuk bangunan, di sisi kiri dan kanan di dirikan tiga tempat lesehan. Bentuknya sudah tentu di buat selaras dengan bangunan utama. Lesehan itu nantinya di gunakan sebagai tempat untuk menikmati aneka jenis masakan dan minuman yang dijual di Kedai Melayu.

Rencana pemanfaatan ruang ini di benarkan oleh Ir H Zulfadhli, Ketua Tim Perencanaan dan Pembangunan Kompleks Rumah Melayu Kalimantan Barat. Di jelaskan olehnya, pembangunan Kompleks Rumah Melayu Kalimantan Barat memang dilaksanakan secara bertahap. Untuk tahap II ini, dana yang diperlukan mencapai Rp 1 milyar. Dana tersebut setengahnya di peroleh dari APBD Provinsi Kalimantan Barat, sedangkan sisanya diperoleh dari sumbangan para dermawan. “Pembangunan tahap II ini kita mulai pada 12 April 2008. Jika tidak ada halangan, insyaallah akan selesai pada awal tahun 2010 mendatang,” terangnya.

Ditilik dari fungsinya, Zulfadhli menerangkan lantai satu dari bangunan itu akan di gunakan sebagai Kedai Melayu. Sesuai dengan namanya, kuliner yang sediakan tentu bercita rasa khas Melayu. Untuk lantai dua, rencananya akan digunakan untuk Balai Pustaka dan Museum Mini. Ruang Balai Pustaka nantinya akan di isi dengan aneka karya sastra Melayu kuno dan modern. Sementara ruang Museum Mini akan diisi dengan beragama amacam benda budaya Melayu.

Jika pembangunan tahap II ini selesai, rencananya akan dilanjutkan dengan pembangunan tahap III. di tahap lanjutan ini, sedianya akan di bangun Penginapan, Balai Kesehatan, Balai Kerja, serta Balai Pengobatan. “Kita optimis dalam waktu tiga atau empat tahun kedepan Rumah Melayu Kalbar akan tampil lebih indah lagi,” ujarnya.

Keraton Amantublillah Berikan Sembilan Gelar Kehormatan


Mardan: Mereka Peduli Terhadap Nilai Budaya Bangsa

MEMPAWAH--- Pangeran Ratu Mulawangsa Dr. Ir. Mardan Adijaya Kusuma Ibrahim. MSc tahun ini menganugerahkan sembilan gelar kehormatan. Mereka yang menerima anugerah tersebut kepada para tokoh yang peduli terhadap pelerstarian nilai-nilai luhur warisan budaya. Penganugerahan gelar kehormatan itu dilakukan dalam rangkaian pelaksanaan kegiatan Robo-Robo.

Dalam amanahnya, pangeran ratu mengatakan keraton merupakan media dalam membangun karakter bangsa (Nation Caracter Building) yang mempunyai jati diri, berdaya tahan dan daya juang yang tinggi terhadap segala bentuk terobosan budaya dari luar yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghagai nilai-nilai budaya bangsanya sendiri. Dan mereka yang mendapat gelar kehormatan kali ini termasuk di dalamnya,” katanya di hadapan para tamu dan undangan yang hadir di Balai Rung Keraton Amantubilah Mempawah, Selasa (24/20) kemarin.

Turut hadir dalam acara penganugerahan gelar kehormatan bupati Pontianak, Dandim 1202 Mempawah, Kapolres Pontianak, Kepala PN Mempawah, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, para pini sepuh, pemuka adat serta pemuka masyarakat. Siapa saja yang mendapat gelar kehormatan tersebut?Mereka itu adalah Abdi Nurkamil Mawardi mendapat Darjah Yang Mulia Pangkuan Astana dengan gelar Dato Petingi; H Rusman HM Ali SH mendapat Darjah Yang Mulai Setia Astana dengan gelar Dato Nata; H Ishaq Saleh mendapat Darjah Yang Mulia Setia Astana dengan gelar Dato Nata;

Drs Hendry Jurnawan SH. SIP.MM mendapat Darjah Yang Mulia Setia Astana dengan gelar Dato Nata; Rd HM Alex Suherman Bin Rd Mas Kartadi DI mendapat Darjah Yang Mulia Setia Astana dengan gelar Dato Nata; H Thaha HA Rahman mendapat Darjah Yang Mulia Setia Astana dengan gelar Dato Nata; Herdianto Halim SE.MBA mendapat Darjah Yang Mulia Setia Astana dengan gelar Dato Duta; Suparno Suroso mendapat Darjah Yang Mulia Setia Astana dengan gelar Dato Duta; dan Saiful Huda mendapat Darjah Yang Mulia Setia Astana dengan gelar Dato Nata;

Adanya pemberian anugerah gelar kehormatan ini di benarkan oleh Syaipul Ansyarie S.Kom, Ketua Panitia Napak Tilas Berdirinya Keraton Amantubillah Mempawah. Di tambahkan olehnya, sebenarnya tahun ini tokoh yang akan menerima gelar kehormatan berjumlah sebelas orang. Namun karena satu dan lain hal, dua orang tokoh belum berkesempatan menerima gelar kehormatan. Mereka yang berhalangan hadir dalam acara penganugerahan gelar kehirmatan kali ini adalah H Morkes Effendi SPd. MH, bupati Ketapang dan Mohd Zairi Bin Mohd Basri, Konsul Malaysia di Pontianak. “Kita berharap dalam kesempatan lain kedua pembesar tersebut berkesempatan menerima Darjah Kebesaran dari Keraton Amantubillah Mempawah,” terangnya.

Usai member anugerah kebesaran, seluruh tamu dan undangan berkesempatan makan saprahan bersama keluarga besar Keraton Amantubillah Mempawah. Tak hanya itu saja, mereka juga mendapat kehormata untuk dapat melihat dari dekat ratusan senjata pusaka milik Keraton Amantubillah Mempawah yang di pamerkan selama dua hari, 24-25 Februari.(go)

Kamis, 26 Februari 2009

Potensi Wisata Yang Bernilai Jual Tinggi (habis)


Keanekaragaman Budaya Hadir Disana

Robo-Robo bukan semata-mata milik komunitas etnis tertentu. Acara itu ada karena keanekaragaman budaya suku bangsa. Uniknya lagi, keharmonisan hidup itu telah ada sejak zaman pemerintahan Opu Daeng Manambon atau Pangeran Mas Surya Negara, 272 tahun yang silam. Seperti apa bentuk?

Catatan Pringgo—Pontianak

DALAM menjalankan roda pemerintahannya, Opu Daeng Manambon ternyata sangat menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis. Bukti dari kebesaran jiwanya itu terlihat dari sejumlah peninggalan bersejarah yang sampai saat ini masih terpelihara dengan baik.

Menurut catatan yang ada, pemerintahan Opu Daeng Manambon mendapat dukungan dari sejumlah panglima perang dari etnis Tionghoa dan Dayak. Dari etnis Tionghoa, ada Panglima Lau Thai Pa. Ahli tombak dari tanah Tiongkok ini datang ke Kesultanan Amantubillah Mempawah demi untuk mengabdikan diri kepada Opu Daeng Manambon. Peninggalannya yang masih dapat dinikmati sampai saat ini adalah tombak San Po Kong.

Selain Panglima Lau Thai Pa, pemerintahan Opu Daeng Manambon juga di perkuat dengan bergabungnya Panglima Unggie dan Panglima Idikonyan. Kala itu kedua pendekar pilih tanding ini tokoh yang amat disegani di kalangan masyarakat Dayak. Peninggalan yang tersisa dari kedua tokoh besar ini adalah senjata mandau.

Dari keberadaan tokoh-tokoh tersebut dapat di ketahui bahwa Opu Daeng Manambon tidak memandang suku, bangsa, etnis serta agama dalam menjalankan roda pemerintahannya. Pola pemerintahan yang menjunjung tinggi prinsip kebinekaan ini ternyata masih berlakukan hingga saat ini. Buktinya, Kesultanan Amantubillah Mempawah mampu menjadi wadah pemersatu bagi seluruh masyarakat.

Penerapan pola pemerintahan yang demikian di dukung penuh oleh P.Y Marutis, Ketua I Dewan Adat Dayak Kabupaten Pontianak. Saat di temui usai menghadiri acara Robo-Robo di Pendopo Kesultanan Amantubillah Mempawah, dirinya menceritakan bahwa persaudaraan antara masyarakat Melayu dan Dayak sudah lama ada. Hal ini di buktikan dari adanya hubungan baik antara Patih Gumantar dan Opu Daeng Manambon. “Sejarah telah mencatat bahwa saat Opu Daeng Manambon menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di tanah Mempawah, Patih Gumantar turut menyambutnya dengan perasaan suka cita. Ini membuktikan bahwa jalinan persaudaraan antara puak Melayu dan Dayak sudah lama ada. Dan yang lebih membanggakan lagi, hubungan kekerabatan itu masih terpelihara dengan baik hingga saat ini,” katanya.

Ungkapan yang sama juga di sampaikan oleh Suharjo Lie, Ketua Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Kabupaten Pontianak. Secara terpisah dirinya menambahkan keharmonisan antar etnis yang ada di kabupaten Pontianak ini sangatlah indah. Disini, keaneka ragaman budaya dan adat istiadat seolah menjadi kekayaan tersendiri. Agar potensi ini dapat terangkat kepermukaan, gelaran seni budaya multi etnis harus sering di tampilkan ke public. Momen Robo-Robo sepertinya menjadi saat yang tepat untuk menampilkan itu semua,”ungkapnya.

Potensi Wisata Yang Bernilai Jual Tinggi (bagian 1)

Ada Kesamaan di Balik Keberagaman

Industri pariwisata tidak akan habis untuk di eksploitasi. Semakin di gali, pesona pariwisata akan semakin menunjukkan keindahannya. Dan jika pariwisata di kelola secara professional, maka keberadaannya akan mampu memberi nilai lebih bagi pelaku ekonomi makro maupun mikro. Gambaran tentang itu semua ada dalam budaya Robo-Robo yang dipusatkan di Keraton Amantubillah Mempawah.

Catatan Pringgo—Mempawah


BAGI masyarakat kabupaten Pontianak, ritual Robo-Robo sarat akan kandungan nilai-nilai luhur kehidupan. Secara umum, ritual Robo-Robo di gelar sebagai sebuah ungkapan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas kedatangan rombongan Opu Daeng Menambon atau Pangeran Mas Surya Negara di ‘Bumi Galaherang’ Mempawah.Peristiwa bersejarah ini terjadi pada Rabu terakhir di bulan Syafar, sekitar tahun 1148 Hijriah atau 1737 Masehi.

Untuk mengenang datangnya pendiri Kesultanan Amantubillah Mempawah tersebut, seluruh masyarakat selalu menggelar acara syukuran. Karena di gelar di Rabu terakhir di bulan Syafar, maka acara itu pun di sebut Robo-Robo. Menurut Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kusuma Ibrahim, dari dulu hingga sekarang prosesi ritual Robo-Robo tidak mengalami perubahan.

Tahun ini, misalnya. Seperti biasa Raja Mempawah beserta seluruh kerabat keraton melakukan napak tilas berdirinya Kesultanan Amantubillah Mempawah. Sebelum bertolak ke perairan Benteng, rombongan beserta seluruh keluarga besar Keraton Amantubillah Mempawah menggelar makan saprahan di halaman Keraton Amantubillah Mempawah. Acara ini digelar Rabu (25/2) pagi kemarin.

Menu yang di santap terbilang istimewa, yakni ketupat lemak, bontong dan patlau pulot ketan. Panganan unik ini terasa lezat bila di makan bersama lauk rendang daging atau opor ayam kampung. Untuk minumnya disediakan wedang sepang. Usai bersantap, seluruh rombongan langsung bertolak ke perairan Benteng. Dari sana, dengan menggunakan Perahu Bedar atau Bidar Kesultanan Amantubillah Mempawah, rombongan berlayar melintasi laut menuju perairan Kuala Mempawah. Kedatangan rombongan kaum kerabat Keraton Amantubillah Mempawah ini langsung di sambut dengan suka cita oleh warga.

Sebagai bentuk penghormatan, ratusan kapal nelayan berukuran besar maupun kecil berjalan beriringan mengikuti laju perahu bedar. Iring-iringan rombongan besar ini mendarat di Pelabuhan Kuala Mempawah. Disana, seluruh kaum kerabat Kesultanan Amantubillah Mempawah di sambut dengan upacara tabur beras kuning, tanda ucapan selamat datang. Setelah tiba dengan selamat, seluruh rombongan kaum kerabat langsung bertolak ke Keraton Amantubillah Mempawah.

Dilain tempat, Pemerintah Kabupaten Pontianak menggelar acara seremonial Robo-Robo. Acara ini dilangsungkan di Pendopo Keraton Amantubillah Mempawah di Kompleks Perguruan Alfathanah. Hadir dalam kesempatan tersebut Gubernur Kalbar, Bupati Pontianak, Bupati dan Wakil Bupati Pontianak terpilih 2009-2013, Kapolres Pontianak, Dandim 1201 Mempawah, perwakilan Danlanal Pontianak, perwakilan Danlanud Supadio Pontianak, Kepala PN Mempawah, perwakilan Kejari Mempawah, Ketua MABM Kabupaten Pontianak, Ketua MABT Kabupaten Pontianak, perwakilan DAD Kabupaten Pontianak serta sejumlah pejabat teras di lingkup kerja Pemprov Kalbar dan Pemkab Pontianak.

Dalam sambutannya, Bupati Pontianak H Agus Salim mengatakan kegiatan Robo-Robo merupakan asset budaya yang perlu di pelihara kelestariannya. Selain kaya akan nuansa tradisi warisan leluhur, Robo-Robo juga sarat akan pesan-pesan moral. “Keunikan ini kedepannya harus bisa di tingkatkan lagi sehingga memiliki nilai jual pariwisata,” katanya.

Harapan yang sama juga di sampikan oleh Gubernur Kalbar, Drs Cornelis MH. Di katakan olehnya, kini telah masuk dalam calendar of event nasional. Tak hanya itu saja, Robo-Robo juga telah menjadi mendukung pelaksanaan Tahun Kunjungan Wisata ke Kalbar 2010. Untuk bisa menggaet banyak wisatawan nusantara dan mancanegara, Pemkab Pontianak berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan kepariwisataan. “Kabupaten Pontianak akan mampu tampil sebagai kabupaten yang maju dan berkembang jika bisa mengelola dan mengembangkan potensi kepariwisataan. Perlu di ingat bahwa industri kepariwisataan itu tidaka akan pernah habis untuk di kelola,” ungkapnya.

Melirik Pesona Wisata Robo-Robo


Pusaka Keraton Amantubillah Berusia Ratusan Tahun Bakal di Pamerkan

Tahun ini ada yang berbeda di acara napak tilas berdirinya Keraton Amantubillah Mempawah. Selain tetap mengedepankan prosesi Robo-Robo, panitia berencana menggelar pameran aneka senjata pusaka Keraton Amantubillah Mempawah. Acara ini sedianya akan dilaksanakan di Keraton Amantubillah Mempawah, 24-25 Februari 2009.

Catatan Pringgo—Pontianak


SEPERTI diungkapkan Syaipul Ansyarie SKom, Ketua Panitia Napak Tilas Berdirinya Keraton Amantubillah Mempawah, pameran benda-benda pusaka ini terbilang langka. Rata-rata, umur benda-benda bernilai sejarah tinggi itu mencapai ratusan tahun. Meski usianya sudah sangat tua, namun benda-benda bersejarah tersebut kondisinya tertap terawat dengan baik.

Adapun benda-benda pusaka yang akan di pamerkan antara lain meriam Si Gondah dan Ratu Mas, keris dan tombak Opu Daeng Manambon, keris Daeng Mataku, tongkat Ratu Mas, tombak Tan Kafie, tombak San Po Kong yang dipakai Panglima Lau Tai Pha, keris Syeh Yusuf, mandau Panglima Ungie, mandau Panglima Idikonyan, pedang Pagar Ruyung, pedang Ranggalawe, pedang Pakubuono V, pedang Samber Nyowo dan masih banyak lagi yang lain. Selain senjata pusaka, turut serta di pamerkan aneka jenis alat musik antik seperti gong, kenong, serta bonang; dan aneka busana kebesaran keraton beserta laskar.

Sehari sebelum di pamerkan, seluruh benda pusaka dibawa keliling kota. Kirab pusaka Keraton Amantubillah Mempawah ini dilakukan untuk memperkenalkan benda-benda pusaka yang ada kepada masyarakat sehingga menumbuhkan sense of belonging akan aset budaya yang dimiliki. Peserta kirab adalah pihak kerabat keraton, laskar dan unsur masyarakat lainnya. Rencananya, kirab pusaka akan di laksanakan pada pukul 08.00WIBA sampai dengan selesai.

Sore harinya, seluruh pusaka akan di bersihkan. Ritual pembersihkan benda pusaka ini akan dilaksanakan pukul 15.30WIBA sampai dengan selesai. Tujuan dari pembersihan alat-alat pusaka ini semata-mata hanya untuk memelihara dan merawat barang-barang pusaka agar tetap terjaga keasriannya

Malam harinya, acara dilanjutkan dengan tahlilan dan Yasinan, mengenang wafatnya Opu Daeng Manambon. Acara ini dilaksanakan padadi Keraton Amantubillah Mempawah, mulai pukul 19.00WIBA sampai dengan selesai. Ke esokkan harinya (Selasa, 24/2), di gelar acara ziarah ke makam Opu Daeng Menambon, di Sebukit Rama. Acara ini sedianya akan di laksanakan pada pukul 08.00WIBA. Selesai berziarah, akan ada penganugerahan gelar kehormatan kepada paratokoh yang dinilai telah berjasa bagi Kesulatanan Amantubillah Mempawah. Sebagai penutup, masyarakat akan diajak makan saprahan bersama keluarga besar Keraton Amantubillah Mempawah.

Besok paginya (Rabu,25/2), akan di laksanakan acara makan syafar. Kegiatan ini merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Mempawah dan sebagian masyarakat Kabupaten Pontianak. Acara makan bersama ini akan dipusatkan di halaman Keraton Amantubillah Mempawah. Sebelum mulai makan, aka nada pembacaan doa tolak bala. “Sekitar pukul 10.00WIBA, kita akan melaksanakan acara buang-buang di Muara Kuala Mempawah. Acara ini dimaksudkan untuk mengenang kedatangan Opu Daeng Manambon di tanah Mempawah,” terangnya.

Mengingat acara napak tilas berdirinya Keraton Amantubillah Mempawah sarat akan kandungan nilai-nilai moral serta sejarah, panitia mengajak semua pihak, baik yang ada di kabupaten/kota maupun provinsi untuk bersama-sama mensukseskan agenda wisata tahunan ini. Hal ini tentu erat kaitannya dengan suksesi tahun kunjungan wisata Kalbar 2010.

Rabu, 04 Februari 2009

Tanaman Pembawa Hoki di Perayaan Imlek

Kehadiran sejumlah tanaman serta buah-buahan dalam setiap perayaan tahun baru Imlek sepertinya bukan merupakan hal yang baru. Sejumlah kalangan berkeyakinan bahwa tradisi seperti ini sudah ada sejak ratusan tahun yang silam di tanah Tiongkok. Meski keberadaannya terbilang sudah membudaya, namun tidak semua buah layak di sajikan.

Catatan Pringgo—Pontianak

SEBAGIAN masyarakat Tionghoa beranggapan bahwa beberapa jenis tanaman dan buah-buahan di yakini mampu mendatangkan hoki. Keberuntungan itu akan hadir seiring dengan rasa serta warna dari buah yang di nikmati. Beberapa tanaman serta buah-buahan yang dipercaya membawa hoki itu antara lain bambu, tebu, kantung semar, pachira, pisang raja atau pisang mas, jeruk kasturi serta buah naga,

Mengapa tanaman serta buah-buahan tersebut dianggap membawa keberuntungan? Menurut Sinse Aleng dari Vihara Cetya Mandala, keberadaan bambu di dalam rumah akan mendatangkan rezeki. Bagi mereka yang percaya, tanaman yang tumbuh secara alami ini memiliki energi chi atau hawa yang kuat dan sempurna. Energi ini bisa mengaktifkan energi yang berhenti di dalam rumah. Terlepas dari benar atau tidaknya miros tersebut, yang jelas bambu memang sudah lama di kenal sebagai tanaman yang berfungsi sebagai penyaring udara karena mampu mengikat CO2 dan banyak melepaskan oksigen.

Tanaman bambu ini sangat mudah dibudidayakan. Bahkan, bamboo dapat tumbuh di dalam pot bentuknya akan terlihat lebih cantik apabila dirangkai. Selain bambu, tanaman tebu atau Saccharum officanarum juga di yakini membawa rezeki melimpah. Masyarakat Tionghoa biasa menyebut tebu dengan sebutan gan zi. “Rezeki yang dibawa oleh tebu ini di lambangkan dengan datangnya semut yang merubung tebu karena rasanya yang manis. Dalam setiap lelang sembahyang Cap Go Meh, biasanya tebu akan menjadi incaran warga. Tak mengherankan bila harga tebu yang dilelalang akan melambung tinggi,” jelas Aleng.

Tanaman lain yang tidak kalah menggoda adalah pachira atau Pachira aquatic. Di kalangan masyarakat Tionghoa, tanaman ini di kenal dengan sebutan pohon duit. Tanaman ini bentuknya mungil. Tinggi antara 25-30 sentimeter dengan daun seperti jari. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa tanaman pachira ini memiliki aura yang mampu membuat pemiliknya giat bekerja, membawa keberuntungan, mendatangkan kemakmuran serta menghadirkan pengaruh baik untuk kesehatan dan panjang umur.

Biasanya, pachira di jadikan hadiah bagi relasi yang baru saja memulai bisnis. Tanaman ini juga baik di letakkan di ruang kerja ataupun kantor. Umumnya, pachira di pajang dalam bentuk terkepang. Menurut fengsui, pengepangan ini merupakan perlambang dari penampungan rezeki.

Bagi mereka yang belum juga memperoleh jodoh, ada baiknya jika memelihara bunga dari tanaman kantong semar atau Nepenthes Sp. Bunga kantung semar berwana kemerah (li gua) sangat baik untuk mereka yang susah mendapatkan pasangan. Sedangkan bunga kantung semar yang berwarna kuning (qian gua) di percaya mampu mendatangkan rezeki yang berlimpah.

Selain di percaya mampu menarik jodoh, dalam fengsui kantung semar di yakini sebagai sarana penyerap energi dari lingkungan sekitar. Tanaman ini biasanya diletakkan di pintu utama karena pintu utama merupakan sumber masuknya energi, sehingga dengan diletakkan di sana, dapat mengubah energi jahat menjadi energi baik.

Bagaimana dengan buah-buahan yang dipercaya mendatangkan keberuntungan? Menurut Sinse Aleng, pisang raja atau pisang mas merupakan buah yang melambangkan kemakmuran. Lambing ini dapat terlihat dari warnanya yang kuning keemasan. Selain warnanya yang mengoda selera, rasanya yang manis juga melambangkan kesenangan dalam hidup dan kehidupan.

Nilai keberuntungan yang sama juga di hadirkan oleh jeruk kasturi (famili citrus mitis). Warna buah jeruk yang kuning ke emasan atau jing ju ini melambangkan unsur emas. Logam mulia ini merupakan symbol dari kekayaan, keberuntungan, keceriaan, kebahagiaan, dan pembawa perdamaian. “Orang yang menanam dan memelihara jeruk kasturi ini diharapkan rezekinya terus mengalir. Tak heran jika setiap tahun baru Imlek, tanaman ini menjadi hantaran sebagai hadiah bagi mereka yang di tuakan,” terangnya.

Selain pisang raja dan jeruk kasturi, buah yang selalu di buru untuk di jadikan bingkisan di tahun baru Imlek adalah buah naga. Tanaman bernama laitin Hylocereus undatus ini asalnya dari Meksiko, Amerika Tengah. Sekitar tahun 1870, tanaman ini dibawa oleh orang Prancis ke Vietnam sebagai tanaman hias. Di Vietnam, buah dari tanaman ini diletakkan di atas meja altar, dan di sandingkan di antara dua patung naga. Itulah awal nama buah naga atau thang loy ini di kenal. Di tilik dari penampilan fisiknya, buah naga ini mirip kepala naga dengan batang tanaman sebagai ekor yang penuh duri.

Minggu, 01 Februari 2009

Tanaman Pembawa Hoki di Perayaan Imlek

Kehadiran sejumlah tanaman serta buah-buahan dalam setiap perayaan tahun baru Imlek sepertinya bukan merupakan hal yang baru. Sejumlah kalangan berkeyakinan bahwa tradisi seperti ini sudah ada sejak ratusan tahun yang silam di tanah Tiongkok. Meski keberadaannya terbilang sudah membudaya, namun tidak semua buah layak di sajikan.

Catatan Pringgo—Pontianak

SEBAGIAN masyarakat Tionghoa beranggapan bahwa beberapa jenis tanaman dan buah-buahan di yakini mampu mendatangkan hoki. Keberuntungan itu akan hadir seiring dengan rasa serta warna dari buah yang di nikmati. Beberapa tanaman serta buah-buahan yang dipercaya membawa hoki itu antara lain bambu, tebu, kantung semar, pachira, pisang raja atau pisang mas, jeruk kasturi serta buah naga,

Mengapa tanaman serta buah-buahan tersebut dianggap membawa keberuntungan? Menurut Sinse Aleng dari Vihara Cetya Mandala, keberadaan bambu di dalam rumah akan mendatangkan rezeki. Bagi mereka yang percaya, tanaman yang tumbuh secara alami ini memiliki energi chi atau hawa yang kuat dan sempurna. Energi ini bisa mengaktifkan energi yang berhenti di dalam rumah. Terlepas dari benar atau tidaknya miros tersebut, yang jelas bambu memang sudah lama di kenal sebagai tanaman yang berfungsi sebagai penyaring udara karena mampu mengikat CO2 dan banyak melepaskan oksigen.

Tanaman bambu ini sangat mudah dibudidayakan. Bahkan, bamboo dapat tumbuh di dalam pot bentuknya akan terlihat lebih cantik apabila dirangkai. Selain bambu, tanaman tebu atau Saccharum officanarum juga di yakini membawa rezeki melimpah. Masyarakat Tionghoa biasa menyebut tebu dengan sebutan gan zi. “Rezeki yang dibawa oleh tebu ini di lambangkan dengan datangnya semut yang merubung tebu karena rasanya yang manis. Dalam setiap lelang sembahyang Cap Go Meh, biasanya tebu akan menjadi incaran warga. Tak mengherankan bila harga tebu yang dilelalang akan melambung tinggi,” jelas Aleng.

Tanaman lain yang tidak kalah menggoda adalah pachira atau Pachira aquatic. Di kalangan masyarakat Tionghoa, tanaman ini di kenal dengan sebutan pohon duit. Tanaman ini bentuknya mungil. Tinggi antara 25-30 sentimeter dengan daun seperti jari. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa tanaman pachira ini memiliki aura yang mampu membuat pemiliknya giat bekerja, membawa keberuntungan, mendatangkan kemakmuran serta menghadirkan pengaruh baik untuk kesehatan dan panjang umur.

Biasanya, pachira di jadikan hadiah bagi relasi yang baru saja memulai bisnis. Tanaman ini juga baik di letakkan di ruang kerja ataupun kantor. Umumnya, pachira di pajang dalam bentuk terkepang. Menurut fengsui, pengepangan ini merupakan perlambang dari penampungan rezeki.

Bagi mereka yang belum juga memperoleh jodoh, ada baiknya jika memelihara bunga dari tanaman kantong semar atau Nepenthes Sp. Bunga kantung semar berwana kemerah (li gua) sangat baik untuk mereka yang susah mendapatkan pasangan. Sedangkan bunga kantung semar yang berwarna kuning (qian gua) di percaya mampu mendatangkan rezeki yang berlimpah.

Selain di percaya mampu menarik jodoh, dalam fengsui kantung semar di yakini sebagai sarana penyerap energi dari lingkungan sekitar. Tanaman ini biasanya diletakkan di pintu utama karena pintu utama merupakan sumber masuknya energi, sehingga dengan diletakkan di sana, dapat mengubah energi jahat menjadi energi baik.

Bagaimana dengan buah-buahan yang dipercaya mendatangkan keberuntungan? Menurut Sinse Aleng, pisang raja atau pisang mas merupakan buah yang melambangkan kemakmuran. Lambing ini dapat terlihat dari warnanya yang kuning keemasan. Selain warnanya yang mengoda selera, rasanya yang manis juga melambangkan kesenangan dalam hidup dan kehidupan.

Nilai keberuntungan yang sama juga di hadirkan oleh jeruk kasturi (famili citrus mitis). Warna buah jeruk yang kuning ke emasan atau jing ju ini melambangkan unsur emas. Logam mulia ini merupakan symbol dari kekayaan, keberuntungan, keceriaan, kebahagiaan, dan pembawa perdamaian. “Orang yang menanam dan memelihara jeruk kasturi ini diharapkan rezekinya terus mengalir. Tak heran jika setiap tahun baru Imlek, tanaman ini menjadi hantaran sebagai hadiah bagi mereka yang di tuakan,” terangnya.

Selain pisang raja dan jeruk kasturi, buah yang selalu di buru untuk di jadikan bingkisan di tahun baru Imlek adalah buah naga. Tanaman bernama laitin Hylocereus undatus ini asalnya dari Meksiko, Amerika Tengah. Sekitar tahun 1870, tanaman ini dibawa oleh orang Prancis ke Vietnam sebagai tanaman hias. Di Vietnam, buah dari tanaman ini diletakkan di atas meja altar, dan di sandingkan di antara dua patung naga. Itulah awal nama buah naga atau thang loy ini di kenal. Di tilik dari penampilan fisiknya, buah naga ini mirip kepala naga dengan batang tanaman sebagai ekor yang penuh duri.