Selasa, 27 Januari 2009

Jangan Lupakan Hakikat Imlek

PONTIANAK---Tahun baru Imlek 2560 sebentar lagi menjelang. Di tahun kerbau api nanti, segala sesuatunya tentu akan terasa sedikit lebih sulit. Untuk bisa bertahan di tengah rapatnya himpinan hidup yang ada, seluruh warga masyarakat Tionghoa di himbau untuk tidak berlebih-lebihan dalam merayakan datangnya tahun baru Imlek.

Ajakan ini disampaikan Drs Hendry Jurnawan SE MM, seorang pecinta dunia pendidikan di Kalbar. Dikatakan olehnya, saat ini kondisi perekonomian di dalam negeri, khususnya di Kalbar, tengah di rundung keprihatinan. Lesunya kondisi perekonomian ini tentunya tidak lepas dari pengaru krisis finansial global yang terjadi di Amerika.

Selain sektor perekonomian, dampak dari krisis dunia ini juga dirasakan di sektor pendidikan. Disadari atau tidak, harga buku, alat tulis serta pakaian seragam sekolah kini telah mengalami kenaikan. Meski kenaikannya tidak begitu mencolok, namun sedikit banyak hal itu menjadi beban tersendiri bagi orangtua.

“Di momen tahun baru Imlek ini, tidak ada salahnya jika kita berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang beruntung. Tak perlu menyumbang banyak, sedikit saja sudah sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan,” terangnya kepada Pontianak Post, Selasa (7/1) kemarin.

Berbagi kebahagiaan dalam tahun baru Imlek merupakan tindakan yang amat bijaksana. Perbuatan luhur ini sudah barang tentu selaras dengan hakikat dari perayaan Imlek, yakni membangun solidaritas sosial antar sesama umat manusia. Jika semangat kesetiakawan sosial ini bisa tumbuh dan berkembang, maka keseimbangan kehidupan tentu akan tercapai. Setidaknya, kesenjangan sosial di masyarakat dapat di minimalisir.

Terkait dengan hampir bersamaannya tiga tahun baru yang telah dan akan di rayakan, tahun baru Islam 1429 H, tahun baru Masehi 2009 dan tahun baru Imlek 2560, Hendry melihatnya sebagai nilai-nilai positif. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain hilangnya pengkotak-kotakan di kalangan masyarakat yang selama ini tersekat oleh unsur primoldial, baik suku, etnis, agama, budaya, kepentingan politik dan sebagainya. “Apa pun tahun barunya, baik itu Hijriah, Masehi maupun Imlek, semuanya merupakan bagian dari cerminan bineka tunggal ika. Semangat persatuan dan kesatuan bangsa seperti ini harus bisa dilestarikan,”ungkapnya.(go/*)

Tidak ada komentar: