Selasa, 27 Januari 2009

Filosofi Tebu di Perayaan Imlek

Hampir di setiap prosesi sembahyang Cap Go Meh, tebu selalu di hadir. Bagi sebagian masyarakat Tionghoa, tanaman bernama latin Saccharum officinarum ini di yakini membawa keberuntungan. Tak mengherankan apabila dalam setiap acara lelang, harga tebu yang di pajang di altar menjadi sangat mahal.

Catatan Pringgo—Pontianak

KEPERCAYAAN terhadap tebu di kalangan warga masyarakat Tionghoa telah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang silam. Mereka percaya bahwa tebu merupakan salah satu tanaman yang di mampu mendatangkan hoki. Tebu yang dimaksud disini tentunya bukan tebu sembarang tebu.

Tebu yang di percaya membawa keberuntungan adalah tebu yang memiliki panjang lebih dari dua meter dan berwarna hijau. Biasanya, oleh petani tebu yang dipersiapkan untuk keperluan sembahyang Cap Go Meh mendapat perawatan khusus dari petani. Semakin panjang tebu, maka akan semakin tinggi nilai ekonomisnya.

Biasanya, dalam setiap acara lelang sembahyang Cap Go Meh, tebu bisa laku terjual hingga ratusan bahkan jutaan rupiah. Oleh mereka yang membeli, biasanya tebu di pajang di tempat usaha. Mereka sangat percaya kalau tebu yang di beli dari acara lelang sembahyang akan membawa hoki tersendiri. Selain itu, tebu di yakini mampu mengusir hawa jahat.

Menurut budayawan Tionghoa Kalimantan Barat, FX Asali, tebu merupakan tanaman yang melambangkan umur panjang. Semakin panjang dan banyak ruas yang ada pada tebu, maka semakin banyak hoki yang di bawanya. Dalam bahasa Mandarin, filosofi tersebut di kenal dengan sebutan ciek-ciek shiang-shiang. Artinya, setiap ruas yang ada pada tebu melambangkan tahapan hidup manusia.

Coba lihat dan perhatikan proses tumbuhnya tebu. Ketika di tanam, mata tunas yang menempel pada ruas tebu secara perlahan namun pasti menjelma sebagai tanaman tebu baru. Tebu muda ini terus tumbuh menjulang tinggi ke angkasa. Pada waktunya, tebu akan merunduk ke bumi.

Proses tumbuhnya tebu baru ini sama persis dengan alur kehidupan manusia. Di saat masih muda belia, manusia akan berlomba-lomba menggapai cita-citanya. Seiring dengan bertambahnya usia, manusia akan mengalami masa kematangan emosiaonal. “Sebagai mahluk yang sempurna, manusia sebaiknya harus bisa mawas diri. Melihat ke bawah jauh lebih bijaksana dalam menjalani hidup dan kehidupan. Itulah makna yang tersimpan dalam tebu,” ungkap Asali.

Di lihat dari segi rasanya, tebu adalah salah satu tanaman yang banyak disukai mahluk hidup karena rasanya yang manis. Dari rasa tebu yang manis ini, keberadaan manusia di muka bumi ini hendaknya bisa mendatangkan manfaat bagi sesama mahluk hidup. Makna hidup yang terkandung dalam tebu ini sama persis dengan bambu. Bentuknya yang beruas-ruas serta panjang melambangkan panjang umur. Sementara warnanya yang hijau bermakna kemurahan rejeki.

Tidak ada komentar: