Sabtu, 24 Oktober 2009

Rumi, Dunia Mengakuinya

Maulana Jalaluddin Rumi dikenal tidak saja sebagai penyair-mistik, tapi juga sebagai tokoh humanis terbesar sepanjang masa. Ia lahir pada tahun 604 Hijriah (30 September 1207) di Kota Balkhan, salah satu kota kecil yang dulu merupakan bagian dari Provinsi Khurasan di Iran, dan kini telah menjadi bagian dari Afganistan.

Seorang ulama terkenal di Nishafur, Fariruddin Attar, penulis buku Mantiq at-Thair yang bercerita tentang sekelompok burung yang mencari tuhannya, pernah meramalkan bahwa pada suatu saat nanti Maulana Rumi akan menjadi orang terkenal. Ramalan ini menjadi kenyataan, kini siapa yang tidak pernah mengenal Rumi. Ia adalah tokoh humanis-toleran yang selalu menebarkan cinta kasih dan perdamaian untuk manusia.

UNESCO menetapkan tahun ini sebagai tahun Maulana Rumi. 6 September 2007 lalu, badan PBB itu merayakan kelahiran Rumi yang dihadiri oleh Dirjen UNESCO, Koichiro Matsura, dan tiga orang menteri yang mewakili Afghanistan, Iran, dan Turki.

Disusul kemudian Negeri para Mullah, Iran menggelar Konferensi Internasional peringatan Maulana Rumi pada 28-30 Oktober 2007. Dan pada 25 Oktober 2007 lalu, beberapa kedutaan untuk Indonesia seperti Iran dan Turki juga menggelar acara yang sama di Taman Ismail Marzuki.

Selama hidupnya, Rumi memiliki banyak guru yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan pengetahuan tahapan kenabian dan ketuhanan. Syamsi Tabriz adalah salah satu guru Rumi yang paling memberikan kesan dalam hatinya.

Syam adalah orang yang mengenalkan kepada Rumi tarian sufi, Sama’. Tarian ini biasanya dibawakan oleh para darwis, orang-orang yang mempelajari ajaran sufi. Bagi Rumi, Tabriz adalah pembakar api, sedangkan Rumi sendiri sang penangkap api.

Pertemuan keduanya telah mengubah Rumi menjadi seorang tokoh mistik terbesar sepanjang sejarah. Maka untuk berterima kasih kepadanya (Syam), Rumi membuat bait-bait syair cinta yang dikumpulkannya dalam sebuah buku tebal berjudul Diwan-Syamsi-Tabriz.

Tidak ada komentar: