Sabtu, 24 Oktober 2009

Sang Penyair Sufi

JALALUDDIN RUMI:

“Bagai roti dari Mesir sajakku. (Malam berlalu dan roti itu tak sempat termakan lagi olehmu)”.

Maulana Jalaluddin Muhammad Ibn Husain Balkhi Khurasani, dikenal dengan nama Rumi. Penyair Persia terbesar yang telah menghasilkan lebih dari tiga ribu kasidah dan lirik. Pada mulanya adalah seorang ulama dan penyiar agama.

Jalaluddin Rumi (1207-1273) lahir di Balkh (Afghanisthan). Dimasa kanak-kanak keluarganya pindah ke Baghdad, kemudian ke Konya (Turki). Rumi dibesarkan dalam keluarga dan masyarakat yang memberikan semangat keagamaan padanya. Rumi juga menyelesaikan pendidikan formal selama bertahun-tahun di Aleppo dan Damsyik, menjadi pengajar dan khatib di Konya.

Pada tahun 1244 Rumi mulai hidup sebagai mullah, seorang darwis pengembara bernama Syams Din At-Tabriz tiba-tiba datang dari ibukota Saljuq dan menarik perhatiannya karena tingkah lakunya yang ‘aneh’. Dalam diri darwis pengembara itu Rumi mendapatkan imaji yang sempurna tentang Yang Tercinta, yang selama ini dicarinya. Selama kurang lebih dua tahun keduanya tinggal tak terpisahkan, dan dimana Rumi belajar banyak darinya, seperti Musa yang bertemu Khidir.

Keharuan yang dalam karena pengalaman-pengalamannya dalam bergaul dengan sang darwis pengembara itu mengubah Rumi dari seorang alimyang tenang menjadi seorang penyair yang penuh haru gembira, yang sama sekali tak dapat menahan arus puisi yang berlimpah mengalir darinya.

Konon, Rumi menciptakan suatu tarian suci—sekarang lebih dikenal dengan tarian sufi—dengan berpusar-pusar melingkar, yang dilakukan oleh para darwis, diiringi bunyi seruling yang meratap dan suara genderang. Sementara Jalaluddin Rumi, di bawah pengaruh suasana yang penuh gairah dan mistik dari saat ke saat, tak hentinya mengucapkan sajak-sajak secara spontan tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Sebagai pengakuan terhadap orang yang telah mengilhaminya, seringkali Rumi menyebut nama Syams al-Din diakhir pengucapan sajak-sajaknya dalam kegandrungan spiritualnya. Tarian sufi Rumi diciptakan sebagai perlambang pencarian akan Kekasih yang hilang.

Rumi bukan penyair pertama yang menulis puisi mistis dalam sastra persia. Latar belakang keagamaannya yang kuat membukakan baginya kepustakaan yang luas diluar sastra dan puisi. Ia adalah ulama yang menguasai Al-Quran dan tafsirnya, hadist-hadist, dan hukum-hukum agama. Rumi juga akrab dengan ilmu-ilmu asing seperti filsafat dan sejarah, seperti yang terbias dalam kebanyakan puisinya.

Puisi karya Rumi tersimpan dalam Diwan Syams Tabrizi yang terdiri dari 35.000 sajak, Kitab sajak Matsnawi yang sekarang terdiri dari 6 jilid berisi hampir 26.000 sajak. Melalui karya-karyanya, sosok Rumi mendapat tempat khusus bagi pecinta puisi terutama dikalangan umat Islam.

Tidak ada komentar: