Minggu, 25 Oktober 2009

Terlambat Sedikit, Karimunting Terancam Hilang

PONTIANAK---Jika beberapa tahun kedepan daerah pesisir pantai di Desa Karimunting tidak di konservasi, maka dapat dipastikan kawasan tersebut akan hilang tergerus gelombang. Untuk bisa menyelamatkannya, penanaman mangrove merupakan solusi yang paling tepat. “Mangrove tidak hanya menyelamatkan kawasan pesisir pantai, tetapi juga bisa menumbuhkan daratan yang hilang,” kata Dwi Suprapti, aktivis dari World Wild Fund (WWF) Kalimantan Barat.

Berdasarkan hasil pengamatannya di lapangan, tingkat abrasi di sepanjang kawasan pesisir Pantai Utara Kalimantan Barat umumnya sudah sangat memprihatinkan. Di beberapa titik tertentu, beberapa meter daratan telah habis terkikis deburan ombak. Kondisi ini bisa di maklumi karena posisi Pantai Utara Kalimantan Barat memang menghadap ke Laut Cina Selatan.

Dijelaskan Dwi, kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Masing-masing elemen dalam ekosistem itu memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan. Untuk menciptakan keseimbangan kualitas lingkungan, keberadaan hutan mangrove sangatlah memegang peranan penting.

Salah satu sifat fisik dari tanaman mangrove adalah membantu terjadinya proses pengendapan lumpur. Jika mangrove di tanam di kawasan pesisir pantai, maka besar kemungkinan pengendapan lumpur di tepi pantai akan cepat tercipta. “Dalam jumlah tertentu, kumpulan mangrove dewasa dapat membentengi kawasan pesisir pantai dari serbuan gelombang laut,” terang Dwi.

Manfaat dari keberadaan hutan mangrove sebenarnya telah lama di nikmati oleh masyarakat di Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya. Catatan yang ada menyebutkan bahwa luas hutan mangrove disana mencapai 65 ribu hektar. Bagi masyarakat setempat, hutan mangrove merupakan tempat mencari rejeki yang tidak pernah habis.

Hutan mangrove berperan penting dalam menyediakan habitat bagi aneka ragam jenis-jenis komoditi penting perikanan baik dalam keseluruhan maupun sebagian dari siklus hidupnya. Hutan mangrove juga memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem air, menyediakan tempat berlindung dan tempat asuhan bagi anak-anak ikan, tempat kawin/pemijahan, dan lain-lain. Karena kaya akan sumber makanan bagi organisme air, tidak mengherankan apabila di hutan mangrove banyak di temukan kepiting, udang, kerang, serta ikan-ikan berukuran besar.

“Beberapa hari yang lalu saya sempat melihat-lihat hutan mangrove di kecamatan Batu Ampar. Hutan mangrove disana masih sangat asri. Buah vivipar mangrove jatuh dan terbawa air nantinya dapat tumbuh dan berkembang di dasar yang dangkal. Setelah besar, tanaman mangrove akan tumbuh membentuk kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam jangka panjang, habitat baru itu akan terus meluas sehingga membentuk sebuag daratan baru,” ungkap Dwi.

Disinggung soal adanya wacana kegiatan penanaman mangrove di kecamatan Batu Ampar, Dwi mengaku kurang sependapat. Pasalnya, proses tumbuh kembang mangrove di sana telah berjalan secara alami. Jadi, tanpa upaya penanaman pun, mangrove disana dapat tumbuh secara alami. “Adalah kurang tepat kiranya jika pelaksanaan penanaman mangrove di lakukan di sana. Idealnya, disana digelar kegiatan sosialisasi ke masyarakat tentang pentingnya tanaman mangrove bagi ekosistem hayati. Aksi lain yang tidak kalah penting adalah melakukan pelarangan terhadap aktivitas penebangan mangrove secara illegal,” saran Dwi.(go)

Tidak ada komentar: