Kamis, 26 Februari 2009

Potensi Wisata Yang Bernilai Jual Tinggi (habis)


Keanekaragaman Budaya Hadir Disana

Robo-Robo bukan semata-mata milik komunitas etnis tertentu. Acara itu ada karena keanekaragaman budaya suku bangsa. Uniknya lagi, keharmonisan hidup itu telah ada sejak zaman pemerintahan Opu Daeng Manambon atau Pangeran Mas Surya Negara, 272 tahun yang silam. Seperti apa bentuk?

Catatan Pringgo—Pontianak

DALAM menjalankan roda pemerintahannya, Opu Daeng Manambon ternyata sangat menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis. Bukti dari kebesaran jiwanya itu terlihat dari sejumlah peninggalan bersejarah yang sampai saat ini masih terpelihara dengan baik.

Menurut catatan yang ada, pemerintahan Opu Daeng Manambon mendapat dukungan dari sejumlah panglima perang dari etnis Tionghoa dan Dayak. Dari etnis Tionghoa, ada Panglima Lau Thai Pa. Ahli tombak dari tanah Tiongkok ini datang ke Kesultanan Amantubillah Mempawah demi untuk mengabdikan diri kepada Opu Daeng Manambon. Peninggalannya yang masih dapat dinikmati sampai saat ini adalah tombak San Po Kong.

Selain Panglima Lau Thai Pa, pemerintahan Opu Daeng Manambon juga di perkuat dengan bergabungnya Panglima Unggie dan Panglima Idikonyan. Kala itu kedua pendekar pilih tanding ini tokoh yang amat disegani di kalangan masyarakat Dayak. Peninggalan yang tersisa dari kedua tokoh besar ini adalah senjata mandau.

Dari keberadaan tokoh-tokoh tersebut dapat di ketahui bahwa Opu Daeng Manambon tidak memandang suku, bangsa, etnis serta agama dalam menjalankan roda pemerintahannya. Pola pemerintahan yang menjunjung tinggi prinsip kebinekaan ini ternyata masih berlakukan hingga saat ini. Buktinya, Kesultanan Amantubillah Mempawah mampu menjadi wadah pemersatu bagi seluruh masyarakat.

Penerapan pola pemerintahan yang demikian di dukung penuh oleh P.Y Marutis, Ketua I Dewan Adat Dayak Kabupaten Pontianak. Saat di temui usai menghadiri acara Robo-Robo di Pendopo Kesultanan Amantubillah Mempawah, dirinya menceritakan bahwa persaudaraan antara masyarakat Melayu dan Dayak sudah lama ada. Hal ini di buktikan dari adanya hubungan baik antara Patih Gumantar dan Opu Daeng Manambon. “Sejarah telah mencatat bahwa saat Opu Daeng Manambon menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di tanah Mempawah, Patih Gumantar turut menyambutnya dengan perasaan suka cita. Ini membuktikan bahwa jalinan persaudaraan antara puak Melayu dan Dayak sudah lama ada. Dan yang lebih membanggakan lagi, hubungan kekerabatan itu masih terpelihara dengan baik hingga saat ini,” katanya.

Ungkapan yang sama juga di sampaikan oleh Suharjo Lie, Ketua Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Kabupaten Pontianak. Secara terpisah dirinya menambahkan keharmonisan antar etnis yang ada di kabupaten Pontianak ini sangatlah indah. Disini, keaneka ragaman budaya dan adat istiadat seolah menjadi kekayaan tersendiri. Agar potensi ini dapat terangkat kepermukaan, gelaran seni budaya multi etnis harus sering di tampilkan ke public. Momen Robo-Robo sepertinya menjadi saat yang tepat untuk menampilkan itu semua,”ungkapnya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

dengan ijin allah yang maha kuasa
para penguasa yang menduduki tahtabisa menjungjung tingi atasteriakan pakir miskin yatim piatu. prom wulan asri /pantai selatan