Rabu, 21 Oktober 2009

Bambu dan Tiang Beton Alternatif Pengganti Cerucuk

PONTIANAK—Hampir semua kegiatan pembangunan fisik di Kalimantan Barat menggunakan kayu cerucuk. Penggunaan kayu cerucuk terbanyak biasanya terdapat dalam pembangunan pondasi jalan dan rumah bertingkat. Tingginya permintaan akan kayu cerucuk ini berdampak buruk terhadap ketersediaan stok di alam. Jika hal ini terus di biarkan, maka keseimbangan ekosistem hutan pun akan menjadi terganggu karenanya.

Ditilik dari aspek teknis, pilihan penggunaan kayu cerucuk dalam penguatan pondasi jalan serta bangunan bertingkat lebih di karenakan sifat alaminya, yakni tahan lama dan tidak mudah melapuk. Selain itu, kayu cerucuk juga memiliki tinggat rekatan yang tinggi saat dibenamkan di dalam tanah.

Berdasarkan teori yang ada, semakin besar diameter kayu cerucuk yang di gunakan untuk pondasi jalan atau bangunan bertingkat, maka akan semakin besar kemampuan tahanan yang di dapat. Teori sederhana ini telah lama di terapkan dalam pembangunan pondasi Jalan A Yani II. Hal ini dibenarkan oleh Dekan Fakultas Teknik Untan, Ir H Syafaruddin, AS, MM.

Menurut dia, samapi saat ini sepertinya belum ada aturan khusus tentang penggunaan kayu cerucuk di Kalimantan Barat. Akibatnya, kayu cerucuk yang diambil dari dalam hutan tidak memiliki standar diameter khusus. Tindakan pengambilan katu cerucuk tersebut mungkin dipicu oleh adanya pemikiran singkat tentang masih cukup banyaknya stok cerucuk di hutan Kalimantan Barat. Cara pandang yang demikian harus segera di luruskan. “Untuk menguragi tingginya pemakaian cerucu, ada baiknya para pelaksana pekerjaan menggunakan bambu atau tiang beton,” sarannya.

Penggunaan bambu sebagai pondasi bangunan memang sedikit rentan. Pasalnya, bambu kurang memiliki daya rekat dengan tanah. Bagian liar bambu yang licin adalah penyebabnya. Untuk menyiasatinya, bagian luar bambu yang licin harus di buat tatahan yang mengarah ke bagian atas. Selain itu, bambu yang di gunakan untuk pondasi banguna hendaknya berdiameter besar.

Alternatif pengganti lain adalah dengan menggunakan tiang beton. Secara ekonomis, penggunaan tiang beton memang mahal. Harga itu tentu sebanding dengan kekuatan tahanan yang di tawarkan. Penggunaan tiang beton telah lama di terapkan dalam proyek-proyek pembangunan berskala besar. Dalam pembangunan landas pacu di Air Port Cengkareng, Jakarta, misalnya.

Cara kerja dari pondasi cakar ayam ini adalah menahan bobot beban bangunan dari satu titik, kemudian disebarkan merata keseluruh permukaan tapak bawah, dengan menghitung daya dukung tanah, berbanding beban yang ditanggung secara tepat dan efisien. Dengan tehnik ini, banyak sekali menghemat bahan bangunan, dan terutama waktu pengerjaannya menjadi sangat cepat.

Penggunaan pondasi cakar ayam dalam pembangunan juga mendatangkan multiplier fffect bagi sejumlah pihak. Dengan meningkatnya penggunaan tiang beton, maka akan peluang usaha pembuatan tiang beton pun akan semakin terbuka. Hal ini secara tidak langsung akan menyerap banyak tenaga kerja. “Agar hasilnya tidak mengecewakan, produk tiang beton harus memenuhi standar produksi yang berlaku,” imbuhnya.(go)

2 komentar:

Unknown mengatakan...

cakar ayamm itu cerocok yang seperti apa

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.