Beberaa penyebab utama dari meninggalnya para perokok antara lain menderita penyakit kanker, jantung, bengkak pada paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan udara dan penyakit lain. Tembakau menewaskan sepertiga sampai separuh orang yang merokok.
Seperti di ungkapkan Dr Muherman Harun, seorang pakar ahli paru-paru Indonesia, di acara Simposium Bunga Rampai Penyakit Paru-Paru, Sabtu (17/10) kemarin, risiko kematian akibat kanker paru-paru lebih dari 23 kali lebih besar pada pria yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok dan 13 kali lebih tinggi pada perempuan yang merokok.
Saat ini, kata Muherman, hampir seperempat pemuda mengaku telah mencicipi rokok untuk pertama kalinya saat mereka sebelum usia 10 tahun. Sebanyak 50 juta anak di China, kebanyakan anak laki, di perkirakan meninggal dalam usia muda akibat penyakit yang berkaitan dengan tembakau. “Generasi muda adalah pangsa pasar produktif bagi para produsen rokok,” terang Muherman ketika mengupas buku berjudul Tembakau Ancaman Global.
Buku karya John Crofton dan David Simpson ini di luncurkan di Indonesia pada peringatan Hari Tembakau Sedunia, 31 Mei 2009. Buku tersebut di bagikan gratis kepada 50 peserta pertama Simposium Bunga Rampai Penyakit Paru-Paru.yang membawa undangan. Dijelaskan oleh Muherman, rokok itu tidak ubahnya narkoba. Keduanya sama-sama mampu menimbulkan efek ketergantungan yang tinggi.
Muherman juga mengatakan kebiasaan merokok bisa memperburuk gejala Tuberculosa (TB). Demikian juga dengan perokok pasif yang mengisap asap rokok, akan lebih mudah terinfeksi kuman TB karena asap rokok berdampak buruk pada daya tahan paru terhadap bakteri.
Terkait mengenai fatwa Majelis Ulama Indonesia yang mengharamkan rokok, secara pribadi Muherman mendukung penuh. Sikap tegas MUI tersebut sangat tepat karena dampak negative dari merokok sangatlah besar. Selain merusak kesehatan tubuh, rokok juga mendorong orang untuk berpola hidup boros dan konsumtif. Dan ini tentu saja tidak sesuai dengan ajaran agama manapun.(go)
1 komentar:
ASAL USUL BP4 PONTIANAK
Latar Belakang
Penulis, Muhrman Harun di tahun 1960 bertugas di Putussibau, kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Kegemaranku mengunjungi mantra-mantri kesehatan yang tinggal di muara anak sungai. Ku suka menelusuri anak sungai sampai di hulu. Hubungan kapal bermotor tempel (outboard) atau tongkang yang lamban. Tak ada jalan sepeda, kecuali jalan tikus. RSU Putussibau dikepalai mantri Pak M. Jahja, dibantu suster Bernadet (Belanda), suster Martha (Canada – Belanda), mantri Balthasar dan perawat Helena Korah suku Kayan, lulusan RS Carolus Jakarta!. Setelah kl setahun bertugas, aku perlu kembali Pontianak untuk perawatan gigi (patah, daging ayam alot Bersama suku Iban).
Ada tim dokter, terkejut melihat tampangku seperti ‘orang dari hutan’. Lebih terkejut melihat foto toraks saya (hanya satu paru yang bersih). Aku dikirim kembali ke Jakarta, diberi cuti sakit setahun! Dokter Paru di RSUP menyatakan saya ‘tidak sakit’ dan membolehkan saya praktek/belajar di bagian Penyakit Dalam “asal tidak praktek/hadir di kamar bedah”!
Menjelang setengah tahun, dr Gularso, Kepala bag Personil DepKes RI, bertanya:”Anda sakit TB, apa mau dididik khusus untuk jadi dokter paru TB(‘longarts’?” Banyak terima kasih, jawabku. Pendidikan Paru secara ‘kilat’ dilakukan oleh DR L.G.J. Samallo, gurubesar Penyakit Dalam dan Paru TBC dari GAMA. Selama ½ tahun aku di hotel Garuda Jl Malioboro Jogjakarta, berlatih di Balai Pusat Pemberantasan Penyakit Paru, Jl Malioboro.
Selesai pendidikan, pertengahan 1962 ku tugaskan mendirikan gedung BP4 di Pontianak. Disertai ‘blueprint’ = denah gedung BP4 berbentuk segi empat dengan ruangan di tengahnya, seluas 961 m2.
Padahal, saat itu situasi ekonomi keuangan di seluruh negeri sedang berantakan. Pertama-tama ku disarankan mengajukan permohonan bantuan dana kepada Gubernur Kalimantan Barat untuk pembangunan gedung BP4. Gubernur JC UVAANG URAY merasa sangat tersinggung. Sebab proseduralnya dianggap ‘salah kaprah’. Dengan geram, ku harus kembali ke DEPKES RI. Celaka tigabelas: Depkes sendiri juga tidak punya uang!
Betapa bingung dan frustrasiku. Dengan semangat menyala, aku ke Pontianak untuk mewujudkan hasratku mengobati penderita TB. Betapapun, pengobatan TB ku langsung laksanakan bertempat di Balai Pengobatan Umum, dibantu Sr Barahama (perawat pendidikan di Belanda asal Sangihe).
Mengikuti saran ‘orang dalam’ aku ingin berupaya menghadap Panglima KOPEDASAN (Komando Pertahanan Daerah Perbatasan). Maklum, kita sedang berkonfrontasi dengan Malaysia (DWIKORA = Dwi Komando Rakyat, “Ganyang Malaysia”). Syukur! Sebab Panglimanya Kolonel M JUSUF langsung menyetujui rencanaku, bersedia membiayai seluruh pembangunan gedung BP4! Aku dijadikannya bendaharawan.
Puji Syukur pada Tuhan! Sebab, akhirnya Pemprov Kalbar maupun Depkes RI tak perlu mengeluarkan uang ‘sepeser’pun untuk pembangunan BP4 yang indah dan megah yang terletak di atas sebidang tanah seluas 10 000 m2. Alamat BP4: Jl.KS. Tubun, No. 30, Pontianak, Kalimantan Barat 78116; tel: 0561- 32741. Ikes, Pengawas Kepala Dinas Kesehatan KalBar: Dr Soedarso; Kontraktor: Man A Tong, Pengawas: Ir Soedarjo (kakak Dr Soedarso). Gedung BP4 berfungsi lengkap sekitar tahun 1964. Mantan karyawan BP4 (masih ada): Pak M. Thamrin,, Ibu Hasiah, Ibu Kilar.Bp Yusuf, Pak Kadir.
Pendiri -> Pemimpin BP4 s/d 1970: Chew Gin Sioe (1931)
Tambahan:
Sebagai Kepala LPKB (Lembaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa) di Pontianak, KalBar ku mengganti nama menjadi Muherman Harun. Sejak tahun 1967- 1970 tugas bertambah membantu dan menyelenggarakan resettlement pengungsi Kal Bar. Lalu pelayanan pengungsi sebagai sukwan dokter di Vietnam Selatan dan Laos (perang AS-Vietnam 1970), dan Pakistan Timur -> Bangladesh (perang saudara’1971).
Dr Muherman Harun
The Bellezza Apt Permata Hijau Jaksel. tel 0813 1542 3688; muhermanharun@gmail.com
Posting Komentar