Selasa, 22 Juni 2010

Melihat Perkembangan Usaha Bordir Tasik

Sudah sejak lama Kota Tasikmalaya terkenal dengan industri bordir. Usaha rumah tangga ini berkembang pesat berkat adanya perhatian dari pihak pemerintah dan swasta. Berkat dukungan dari semua pihak, produk bordir Tasikmalaya kini telah di ekspor ke manca Negara. Tertarik akan kemajuan usaha kecil dan menegah tersebut, Tim Penggerak PKK Kabupaten Pontianak melakukan kunjungan kerja ke sana.

Pringgo—Tasikmalaya

Usaha kerajinan tangan sepertinya telah menjadi identitas diri bagi kabupaten Tasikmalaya. Hal ini wajar adanya mengingat 40 persen penduduknya hidup dari kerajinan tangan dan industri. Melalu tangan-tangan trampil nan cekatan, sejumlah kreatifitas telah di tuangkan dalam bentuk produk kerajinan, seperti anyaman dari bambu, pandan dan mending; bordir; kelom geulis; payung tradisional; batik tulis dan sutra alam.

Khusus untuk kerajinan bordir, pangsa pasar dalam negrinya telah tersebar di seluruh Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Cirebon, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Lombok, Menado, Ujung Pandang, Banjarmasin, Balikpapan, Pontianak, Medan, Riau, dan lain-lainnya. Produk kerajinan ini juga menembus pasar ekspor. Beberapa Negara yang menjadi pasar bordir Tasik antaran Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Arab Saudi, Mesir, dan negara-negara Timur Tengah, Australia, Kanada, AS, Prancis, New Zealend, Inggris, Jerman. Meluasnya pasar bordir tidak terlepas dari harga bordir Tasik yang relatif murah, namun kualitasnya cukup bagus dan bisa diandalkan.

Pemaparan ini tersaji secara gambling saat rombongan Tim Penggerak PKK Kabupaten Pontianak bersilaturahmi dengan pengurus Tim Penggerak PKK Kabupaten Tasikmalaya, di Aula Gedung Sekretariat PKK Kabupaten Pontianak, 17 Juni lalu. Rombongan disambut dengan penuh keakraban oleh Hj. Al Fatimah Hidayat, Wakil Ketua I TP PKK Kabupaten Pontianak, mewakili Hj. M. Rohmiati Tatang. FH, Ketua TP PKK Kabupaten Pontianak yang kebetulan berhalangan untuk hadir.

Dalam penjelasannya, Fatimah mengungkapkan selain focus pada industri kerajinan tangan, warga masyarakat kabupaten Tasikmalaya, khususnya kaum perempuan, juga mengusahakan produksi makanan riangan. Produk home industries ini meliputi sale pisang, gula aren, dodol sirsak, dodol salak, manisan papaya, berbagai keripik dan lain sebagainya.

Untuk industri bordir Tasik, produksinya tersebar di 24 desa 12 kecamatan. Dari usaha kecil dan menegah ini, setidaknya mampu menyerap lebih tenaga kerja lebih dari tiga puluh ribuan orang pekerja. Usaha bordir Tasik ini kebanyakan berada di Kota Tasikmalaya, Kecamatan Cibeureum, Cikalong, Cikatomas, Cipatujah, Cipedes, Kawalu, Karangnunggal, Leuwisari, Manonjaya, Salopa, Sodonghilir, dan Sukaraja.

Mendengan pemaparan tentang kemajuan industri bordir Tasik tersebut, Ketua TP PKK Kabupaten Pontianak, Hj. Erlina Ria Norsan, SH.MH kemudian mengajak serta anggotanya untuk meninjau salah satu work shop bordir Tasik. Adapun tempat yang di tuju adalah Komalasari Bordir, di kecamatan Cisayong, Tasikmalaya. Usaha ini kepunyaan dari Hj. Komalasari, seorang pengusaha bordir tasik yang sukses. Turut serta dalam kunjungan tersebut Wakil Ketua I dan pengurus TP PKK Kabupaten Tasikmalaya; serta sejumlah pejabat di Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya.

Kepada salah seorang pengrajin bordir, Erlina bertanya tentang cara pembuatan motif bordir. Mendapat pertanyaan yang demikian, si pengrajin pun menjelaskan secara panjang lebar. Menurut dia, daya tarik dari bordir Tasik terletak pada teknik bordirnya. Tidak seperti bordiran kebanyakan, bordir Tasik lebih cendrung menggunakan teknik bordir modern. Motifnya juga sangat beragam, ada motif serangga, bunga, abtrak, dan lain sebagainya.

Mamat Rakhmad, penyuluh lapangan dari di Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, menambahkan selain memproduksi bordir, para pengusaha bordir juga membuka program pelatihan bordir. Setiap peserta pelatihan akan di beri ilmu pengetahuan tentang teknik bordir serta cara melakukan servis ringan pada mesin bordir. Melalui oprogram pelatihan ini, di harapkan para peserta tidak hanya mahir membordir, tetapi juga mampu memperbaiki kerusakan ringan pada mesin bordir. Untuk meningkatkan volume produksi, para pengusaha bordir juga mendapat bantuan pinjaman dana pembinaan dari pemda maupun pihak swasta, khususnya bank daerah. (bersambung)

Tidak ada komentar: